ANSAR
DAN MUHAJIRIN BERSATU
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya, “Mohon
dijelaskan tentang persatuan kaum Ansar dengan Muhajirin? Berikut
penjelasannya.
Kaum Muhajirin adalah umat Islam pendatang
dari Mekah yang meninggalkan rumah, harta kekayaan, dan keluarganya karena mengikuti
Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Kaum Ansar adalah umat Islam penduduk asli
Madinah yang terdiri atas dua kabilah besar yaitu Bani Aus dan Bani
Khazraj.
Nabi tinggal di Madinah, lalu membangun
Masjid Nabawi bersama para sahabat sebagai sarana menyatukan umat Islam,
kemudian Nabi mempersaudarakan kaum Ansar dengan kaum Muhajirin.
Bertempat di rumah Anas bin Malik, Nabi menyatukan
dan mempersaudarakan sebanyak 45 orang kaum Ansar dengan 45 orang kaum Muhajirin
agar mereka saling menolong dan saling mewarisi, apabila ada yang meninggal
dunia dan perjanjian ini berlaku sampai Perang Badar.
Al-Quran
surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 75.
وَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْ بَعْدُ
وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا مَعَكُمْ فَأُولَٰئِكَ مِنْكُمْ ۚ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ
أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu,
kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu, maka orang-orang itu termasuk
golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebih
berhak terhadap sesamanya (daripada yang kerabat) di dalam kitab Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Setelah turun Al-Quran surah Al-Anfal (surah
ke-8) ayat 75 hak saling mewarisi antara
kaum Ansar dengan kaum Mujahirin menjadi gugur, tetapi ikatan persaudaraan
tetap berlaku.
Nabi menyatukan kaum Ansar dengan kaum
Muhajirin untuk menghilangkan fanatisme jahiliah (kepercayaan dan keyakinan
yang terlalu kuat terhadap ajaran nenek moyang yang salah).
Nabi menghapus perbedaan latar belakang,
menghilangkan perbedaan asal-usul, perbedaan suku, warna kulit, dan asal daerah
agar tidak ada pihak yang merasa lebih unggul dibandingkan dengan pihak lainnya,
tetapi yang dibela hanya satu, yaitu kepatuhan dan ketaatan penuh kepada Allah
dan Rasul-Nya.
Saad bin Rabi (Ansar) berkata kepada Abdurrahman
bin Auf (Muhajirin), ”Aku orang Ansar paling kaya di Madinah, semua harta
kekayaanku akan kubagi dua, aku memiliki dua orang istri, maka pilihlah salah
satu, agar aku bisa menceraikannya, serta apabila masa iddahnya habis, maka
kamu menikahlah dengan dia.”
Abdurrahman bin Aus menjawab,”Semoga
Allah memberkatimu, keluargamu, dan hartamu, terima kasih atas kebaikannmu,
sebaiknya tunjukkan saja, tempat pasar yang terdekat?” Kaum Ansar menunjukkan lokasi
pasar kaum Yahudi Bani Qainuqa kepada kaum Muhajirin.
Beberapa hari kemudian, Nabi bertanya
kepada Abdurahman bin Auf, ”Bagaimana keadaanmu?” “Saya sudah menikah,” jawab
Abdurahman. Nabi bersabda,”Berapa emas kawinnya?” “Beberapa keping emas,”jawab
Abdurahman.
Kaum Ansar berkata,”Wahai Nabi, bagilah
kebun kurma kami untuk diberikan kepada saudara kami dari kaum Muhajirin, kami akan
mendengarkan dan kami akan patuh” Nabi bersabda,”Tidak perlu, cukuplah kalian kaum
Ansar memberikan bahan makanan pokok saja kepada kaum Muhajirin, sehingga kami dapat
bergabung dalam memanen buahnya.” Sungguh, Nabi berhasil menyatukan ikatan
persaudaraaan mereka yang sangat luar biasa.
Dorongan melayani orang lain sangat besar,
sehingga mereka lebih mendahulukan kepentingan saudaranya dibandingkan dirinya
sendiri dan persaudaraan antara kaum Ansar dengan kaum Muhajirin sungguh hebat
yang sulit dicarikan bandingannya sampai
sekarang.
Kaum Ansar bersedia memberikan semuanya
kepada kaum Muhajirin dan kaum Muhajirin menerimanya dengan gembira serta menganggap
sebagai kehormatan luar biasa, tetapi kaum Muhajirin hanya menerima bahan makanan
pokok saja, mereka saling menghormati dan menyayangi.
Allah Pencipta langit, bumi, dan segala
isinya memuji hubungan persaudaraan antara kaum Ansar dan Muhajirin dalam Al-Quran
surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 9.
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ
وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ
فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ
كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati
Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(orang Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri , sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung”.
Nabi Muhammad terus memupuk persaudaraan
sesama muslim agar tercipta masyarakat Islam yang kuat luar biasa, Nabi selalu
memompakan semangat dan motivasi
membentuk persatuan dan kesatuan yang tangguh.
Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-49)
ayat 10.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
”Sesungguhnya orang-orang mukmin
bersaudara. Oleh karena itu, damaikan antara kedua saudaramu yang berselisih.
Bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapatkan rahmat”:
Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-49)
ayat 11.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ
مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ
وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ
ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kelompok menghina kelompok yang lain, mungkin yang dihina lebih baik
daripada yang menghina. Jangan pula para wanita menghina wanita yang lain,
mungkin wanita yang dihina lebih baik daripada
yang menghina. Jangan kamu mencela dirimu sendiri, dan jangan kamu
saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah beriman. Barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka
orang-orang yang zalim”.
Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-49)
ayat 13.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikanmu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling
mulia sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya, Allah Maha
Mengetahui dan Maha Mengenal.”
Nabi bersabda, “Tidak halal seorang
muslim menjauhi saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari. Ketika mereka
berjumpa, yang satu memalingkan muka dan yang lain juga berpaling. Yang terbaik adalah orang yang
memulai mengucapkan salam lebih dulu.”
Rasul bersabda, “Hak seorang muslim atas
muslim yang lain ada 6 perkara, yaitu (1) jika bertemu, ucapkan salam; (2) jika
mengundang, penuhilah;(3) jika meminta nasihat, berilah nasihat; (4) jika
bersin, ucapkan hamdalah dan doakan; (5) jika sakit, jenguklah; dan (6) jika
meninggal, antarkan jenazahnya.”
Nabi bersabda, “Muslim adalah saudara
bagi muslim yang lain dan dia tidak saling menzalimi dan saling membiarkan. Barangsiapa
yang menghilangkan suatu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan
menghilangkan kesulitannya di hari kiamat. barangsiapa yang menutupi aib
seorang muslim, maka Allah pasti akan menutupi aibnya pada hari kiamat nanti.”
Nabi bersabda. “Seorang muslim adalah saudara
muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan menzalimi dan meremehkannya dan jangan
pula menyakitinya."
Isi perjanjian kaum Ansar dan Muhajirin
adalah berikut ini.
Ke-1, Semua umat Islam adalah satu
kesatuan tidak terpisahkan, karena kaum Muhajirin dan kaum Ansar memiliki adat
kebiasaan sendiri, maka semua masalah harus diselesaikan dengan adil dan baik.
Ke-2, Semua umat Islam harus melawan
orang yang berbuat zalim dan setiap umat Islam wajib membantu saudaranya sesama
Islam.
Ke-3, Apabila ada kezaliman, maka semua
orang Islam wajib menegur dan membetulkannya serta semua orang Islam dilarang
membantu orang non-Islam yang berbuat jahat dan apabila terdapat perselisihan harus
dilaporkan kepada Nabi.
Abdullah bin Salam (seorang Yahudi)
Madinah berkata,”Ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah, saya menjumpainya. Saya
melihat wajah Nabi dengan jelas, wajah Nabi bukan wajah seorang pendusta,
ketika Nabi bersabda,”Wahai manusia sebarkan keselamatan, sambunglah
silaturahmi, berikan makanan, dan kerjakan salat malam ketika orang sedang
tidur, niscaya kalian akan masuk surga.”
Nabi Muhammad memiliki sifat lahir dan
batin yang sempurna, berperilaku penuh keutamaan akhlak, sikap dan perlaku Nabi
sangat bagus, sehingga semua orang pasti tertarik kepada setiap ucapan Nabi.
Setiap perkataan Nabi pasti dilaksanakan dengan
cepat oleh para sahabat, bahkan semua para sahabat berebut mengerjakan semua bimbingan
dan penjelasan Nabi.
Nabi berhasil membangun masyarakat baru
di Madinah yang amat mengagumkan dalam sejarah, Nabi sukses menyelesaikan semua
masalah kehidupan, sehingga berhasil tercapai kondisi spiritual yang luar biasa
yang siap menghadapi segala tantangan zaman.
Daftar
Pustaka
1. Al-Mubarakfury,
Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2006.
2. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi, Madinah, 2004.
3. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah, 2004
4. Al-Kandahlawi,
Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal Penebit Ash-Shaff, Jogyakarta, 2000.
5. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
6. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment