Saturday, June 30, 2018

921. AGAMA

AGAMA DISEMPURNAKAN
DAN
NIKMAT DICUKUPKAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Beberapa orang bertanya,”Mengapa muncul istilah agama disempurnakan dan nikmat dicukupkan?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      AL-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 3.
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

      Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam menjadi agama bagimu. Barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
      Hibban bin Abbas menjelaskan “asbabun nuzul” (penyebab turunnya) surah Al-Maidah ayat 3, “Saya dan para sahabat sedang berkumpul bersama Nabi Muhammad, saya sedang memasak daging bangkai, tidak lama kemudian Allah menurunkan  ayat Al-Quran yang mengharamkan bangkai, maka saya menumpahkan periuk berisi daging bangkai itu.”
     Ibnu Abbas menuturkan bahwa pada hari Jumat tahun ke-10  Hijriah, setelah salat Asar, Nabi Muhammad mengerjakan haji wada (haji perpisahan), lalu memberikan nasihat kepada para jamaah saat wukuf di Arafah.
      Di sela-sela Nabi berkhotbah muncul malaikat Jibril menyampaikan ayat ini, yang artinya, ”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam menjadi agama bagimu.”
      AL-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 3.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

     Menurut Tim Penerjemahan Kementerian Agama, kata “akmaltu” diterjemahkan “Aku sempurnakan” dan “atmamtu” diterjemahkan ”Aku cukupkan”.
      Kata “sempurna” (menurut KBBI V) dapat diartikan “lengkap, komplet, utuh dan lengkap segalanya, tidak bercacat dan bercela”, sedangkan kata “cukup” artinya “tidak kurang, sudah memadai, tidak perlu ditambah lagi, dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan dan sebagainya”.
      Al-Quran menggunakan keduanya untuk makna yang sama, tetapi tidak serupa, karena “akmaltu” diartikan “menghimpun banyak hal yang semuanya sempurna, dalam satu wadah yang utuh”, sedangkan “atmamtu” diartikan “menghimpun banyak hal yang belum sempurna, sehingga menjadi sempurna.”
      Agama disempurnakan dan nikmat dicukupkan, yang dimaksudkan dengan agama disempurnakan adalah semua petunjuk agama yang beraneka ragam itu masing-masing sudah sempurna, misalnya petunjuk tentang salat, zakat, nikah, jual beli, dan sebagainya yang disampaikan Al-Quran semuanya sudah sempurna yang dihimpun dalam satu wadah yang bernama “din” (agama Islam).
     Sedangkan nikmat dicukupkan artinya banyak nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, tetapi semua nikmat tersebut masih kurang, meskipun semua nikmat tersebut digabungkan masih belum sempurna dan akan menjadi sempurna apabila semua nikmat tersebut digabungkan dengan petunjuk Allah.
      Apabila kita memperoleh nikmat berupa harta kekayaan tanpa petunjuk agama, berapa pun besarnya harta kekayaan kita, semuanya itu masih belum sempurna. Begitupun nikmat yang lainnya, semuanya masih kurang sempurna apabila tanpa petunjuk agama.
     Kata “din” yang artinya “agama” dan kata “dain” artinya “utang”, keduanya berasal dari akar kata yang sama dan mempunyai kaitan makna yang erat, karena orang yang beragama adalah berusaha mensyukuri nikmat Allah sekaligus berusaha membayar utang dan balas budi.
     Nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia sangat banyak jumlahnya, sehingga manusia tidak mampu menghitungnya, maka ketika datang menghadap Allah, manusia berkata,”Ya Allah, saya tidak mampu membayar utang saya. Oleh  karena itu, saya datang menyerahkan wajah kepada Engkau.” Hal inilah yang dimaksudkan dengan Islam yang artinya penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
4. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
5. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
6. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
7. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
8. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
9. Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment