Friday, November 9, 2018

1427. ILMU PENGETAHUAN


ILMU PENGETAHUAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang perkembangan ilmu pengetahuan?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
1.    Sebagian ulama berpendapat bahwa syariat Islam (Al-Quran dan hadis Nabi) harus dipahami berdasarkan pemahaman masyarakat pada zaman turunnya.
2.    Hal ini mengakibatkan pembatasan dalam memahami teks ayat Al-Quran berdasarkan pemahaman disiplin ilmu dan tingkat pengetahuan masyarakat pada saat turunnya Al-Quran yang masih terbelakang dalam perkembangan ilmu.
3.    Pembatasan di atas tentunya tidak dapat diterima, apalagi setelah memperhatikan prinsip bahwa Al-Quran diturunkan untuk semua manusia pada zaman apa pun dan di mana pun.
4.    Mustahil untuk menjadikan semua orang berpikir dengan pola yang sama.
5.    Al-Quran memerintahkan setiap orang untuk berpikir, tentunya setiap orang akan memakai pikirannya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan.
6.    Berdasarkan pendapat itu, maka pembatasan dalam penafsiran ayat Al-Quran sulit diterima.
7.    Perlu dibedakan antara pemikiran ilmiah kontemporer (zaman sekarang) dengan pembenaran setiap teori ilmiah.
8.    Ketika ilmu pengetahuan membuktikan secara pasti dan mapan bahwa bumi kita ini bulat, para mufasir memahami dan menafsirkan firman Allah dalam Al-Quran surah Nuh (surah ke-71) ayat 19.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا
        Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan.
9.    Pengertian bahwa  “Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan”, tidak bertentangan dengan kebulatannya, karena keterhamparan ini terlihat dan disaksikan oleh siapa pun dan ke mana pun seseorang melangkahkan kakinya, apalagi redaksi ayat Al-Quran tidak menyatakan “Allah menciptakan”,  tetapi “Menjadikan untukmu”.
10. Demikian juga ketika eksperimen membuktikan bahwa para ahli telah dapat mendeteksi jenis janin yang masih berada dalam perut ibunya.
11. Pemahaman kita terhadap ayat Allah “mengetahui apa yang dikandung” oleh setiap perempuan (hamil) seperti dalam Al-Quran surah Ar-R’adu (surah ke-13) ayat 8.

اللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَىٰ وَمَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ ۖ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ
          Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.
12. Pengertian kata "apa" beralih dari yang tadinya dipahami sebagai “jenis kelamin bayi” menjadi lebih umum dari sekadar jenisnya, sehingga mencakup “masa depan, bakat, jiwa, dan segala perinciannya”.
13. Kata “apa” dalam istilah Al-Quran dapat mencakup segala sesuatu, sedangkan kalimat “Allah mengetahui” bukan dalam arti “hanya Allah yang mengetahui” apabila yang dimaksud dengan “apa” adalah jenis kelamin janin, karena dengan teknologi, maka jenis kelamin dalam perut ibu dapat diketahui.
14. Pemahaman dan penafsiran ayat Al-Quran seperti ini tentunya tidak dapat ditempuh apabila pembatasan seperti zaman para sahabat diterapkan.
15. Tidak berarti bahwa setiap teori ilmiah yang belum mapan dapat dijadikan dasar dalam pemahaman dan penafsiran ayat-ayat Al-Quran.
16. Pemakaian teori ilmiah yang belum mapan dalam penafsiran ayat Al-Quran harus dibatasi, karena dapat mengakibatkan bahaya seperti yang pernah dialami oleh bangsa Eropa terhadap penafsiran Kitab Suci Kristen yang terbukti bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang sejati.
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment