ILMU PENGETAHUAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang perkembangan ilmu
pengetahuan?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
1. Sebagian ulama berpendapat bahwa syariat
Islam (Al-Quran dan hadis Nabi) harus dipahami berdasarkan pemahaman masyarakat
pada zaman turunnya.
2. Hal ini mengakibatkan pembatasan dalam
memahami teks ayat Al-Quran berdasarkan pemahaman disiplin ilmu dan tingkat
pengetahuan masyarakat pada saat turunnya Al-Quran yang masih terbelakang dalam
perkembangan ilmu.
3. Pembatasan di atas tentunya tidak dapat
diterima, apalagi setelah memperhatikan prinsip bahwa Al-Quran diturunkan untuk
semua manusia pada zaman apa pun dan di mana pun.
4. Mustahil untuk menjadikan semua orang berpikir
dengan pola yang sama.
5. Al-Quran memerintahkan setiap orang untuk
berpikir, tentunya setiap orang akan memakai pikirannya berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan.
6. Berdasarkan pendapat itu, maka pembatasan
dalam penafsiran ayat Al-Quran sulit diterima.
7. Perlu dibedakan antara pemikiran ilmiah
kontemporer (zaman sekarang) dengan pembenaran setiap teori ilmiah.
8. Ketika ilmu pengetahuan membuktikan
secara pasti dan mapan bahwa bumi kita ini bulat, para mufasir memahami dan
menafsirkan firman Allah dalam Al-Quran surah Nuh (surah ke-71) ayat 19.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا
Dan
Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan.
9. Pengertian bahwa “Allah menjadikan bumi untukmu sebagai
hamparan”, tidak bertentangan dengan kebulatannya, karena keterhamparan ini
terlihat dan disaksikan oleh siapa pun dan ke mana pun seseorang melangkahkan
kakinya, apalagi redaksi ayat Al-Quran tidak menyatakan “Allah menciptakan”, tetapi “Menjadikan untukmu”.
10. Demikian juga ketika eksperimen
membuktikan bahwa para ahli telah dapat mendeteksi jenis janin yang masih
berada dalam perut ibunya.
11. Pemahaman kita terhadap ayat Allah “mengetahui
apa yang dikandung” oleh setiap perempuan (hamil) seperti dalam Al-Quran surah Ar-R’adu
(surah ke-13) ayat 8.
اللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَىٰ
وَمَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ ۖ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ
بِمِقْدَارٍ
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh
setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah.
Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.
12. Pengertian kata "apa" beralih
dari yang tadinya dipahami sebagai “jenis kelamin bayi” menjadi lebih umum dari
sekadar jenisnya, sehingga mencakup “masa depan, bakat, jiwa, dan segala
perinciannya”.
13. Kata “apa” dalam istilah Al-Quran dapat
mencakup segala sesuatu, sedangkan kalimat “Allah mengetahui” bukan dalam arti “hanya
Allah yang mengetahui” apabila yang dimaksud dengan “apa” adalah jenis kelamin
janin, karena dengan teknologi, maka jenis kelamin dalam perut ibu dapat
diketahui.
14. Pemahaman dan penafsiran ayat Al-Quran
seperti ini tentunya tidak dapat ditempuh apabila pembatasan seperti zaman para
sahabat diterapkan.
15. Tidak berarti bahwa setiap teori ilmiah
yang belum mapan dapat dijadikan dasar dalam pemahaman dan penafsiran ayat-ayat
Al-Quran.
16. Pemakaian teori ilmiah yang belum mapan
dalam penafsiran ayat Al-Quran harus dibatasi, karena dapat mengakibatkan
bahaya seperti yang pernah dialami oleh bangsa Eropa terhadap penafsiran Kitab
Suci Kristen yang terbukti bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang
sejati.
Daftar Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan
Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran.
Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver
3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment