NABI MEMBENARKAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang Nabi Muhammad pernah
membenarkan perbuatan para sahabat, padahal beliau tidak melakukannya?” Ustad
Abdul Somad, Lc. M.A. menjelaskannya.
1. Nabi Muhammad membenarkan perbuatan para
sahabat, padahal Nabi tidak pernah melakukannya, tidak pernah beliau ucapkan dan
tidak pernah beliau
ajarkan, tetapi dilakukan oleh sahabat dan Nabi membenarkannya.
2. Kasus ke-1, salat dua rakaat setelah wudu’.
3. Abu Hurairah berkisah Nabi bersabda
kepada Bilal pada salat Subuh, “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amal
yang paling engkau harapkan yang telah engkau amalkan dalam Islam? Karena aku
mendengar suara gesekan sandalmu di depanku di dalam surga.”
4. Bilal menjawab, “Saya tidak pernah
melakukan amal yang paling saya harapkan, hanya saja saya tidak pernah bersuci
(wudu) di waktu malam atau siang, melainkan aku salat dengan itu (salat sunah wudu),
salat yang telah ditetapkan bagiku.” (HR. Bukhari).
5. Nabi Muhammad tidak pernah melakukan,
mengucapkan, atau mengajarkan salat sunat dua rakaat setelah berwudu.
6. Sehingga salat sunah setelah wudu adalah
bid’ah, karena Nabi Muhamad tidak pernah melakukannya, maka salat sunah dua
rakaat setelah wudu adalah bid’ah hasanah (yang baik).
7. Hal itu dikatakan sunah “taqririyah” setelah
Nabi Muhammad membenarkannya, tetapi sebelum Nabi membenarkannya, salat sunat
dua rakaat setelah berwudu adalah bid’ah (amal yang dibuat-buat oleh Bilal).
8. Seandainya Nabi Muuhammad tidak bertanya
kepada Bilal, tentulah Bilal melakukannya seumur hidupnya tanpa mengetahui apa
pendapat Nabi tentang salat dua rakaat setelah wudu.
9. Sehingga salat setelah wudu itu adalah bid’ah
hasanah (yang baik) sebelum diakui Nabi Muhammad, dan setelah mendapatkan
pengakuan Nabi, maka berubah menjadi sunah “taqririyah” (tanggapan/respon Nabi
Muhammad).
10. Kasus ke-2, salat dua rakaat sebelum dibunuh.
11. Abu
Hurairah berkisah, “Rasulullah mengrimkan utusan 10 orang ke daerah Hadah (antara
Asfan dan Mekah), ternyata Khubaib ditawan pasukan musuh. Ketika pasukan musuh akan
membunuhnya, Khubaib berkata,”Izinkan aku melaksanakan salat dua rakaat”. Pasukan
musuh mengizinkan dan kemudian membunuhnya.
12. Khubaib adalah orang pertama yang “men-sunah-kan”
salat sunah bagi setiap muslim yang terbunuh dalam keadaan sabar. (HR. Bukhari).
13. Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan,
“Hai orang-orang beriman, jika kamu akan dibunuh, maka salat sunahlah dua
rakaat”.
14. Salat sunah dua rakaat ini murni
inisiatif dari Khubaib.
15. Khubaib melakukan perbuatan yang tidak
dilakukan, tidak diucapkan dan tidak diajarkan oleh Nabi, maka termasuk bid’ah,
tetapi bid’ah hasanah (yang baik).
16. Setelah disampaikan kepada Nabi Muhammad dan
diakui beliau, barulah ia menjadi sunah taqririyah.
17. Kasus ke-3, membaca surah Al-Ikhlas sebelum
surat yang lain.
18. Anas bin Malik berkisah tentang seorang
laki-laki yang menjadi imam salat kaum Ansar di Masjid Quba, setiap selesai
membaca Fatihah, ia mengawalinya dengan membaca surat Al-Ikhlas, setelah itu
barulah ia membaca surah yang lain.
19. Para sahabat melaporkan kepada Nabi,
kemudian Nabi Muhammad bersabda, “Wahai fulan, apa yang membuatmu terus membaca
surat Al-Ikhlas?”
20. Ia menjawab, “Sesungguhnya saya sangat
suka surat Al-Ikhlas”.
21. Nabi Muhammad bersabda,“Cintamu kepada
surat Al -Ikhlas membuatmu masuk surga.”(HR. Bukhari).
22. Kasus ke-4, sahabat menutup bacaan dengan
surat Al-Ikhlas.
23. Aisyah (istri Rasulullah) berkata,”Nabi Muhammad
mengutus seorang laki-laki dalam satu pasukan perang. Ia menjadi imam bagi para
sahabatnya dalam salat mereka. Ia selalu menutup bacaan ayat dengan surah Al-Ikhlas.
Ketika mereka kembali, peristiwa dilaporkan kepada Nabi, dan Nabi
bersabda,”Tanyakan kepadanya, mengapa dia melakukannya?” Sahabat menjawab,“Karena
dalam surah Al-Ikhlas adalah sifat
Allah Yang Maha
Pengasih, maka saya suka
membacanya”. Nabi Muhammad bersabda,“Beritahukan kepadanya bahwa Allah mencintainya.”(HR.
Bukhari dan Muslim).
24. Kasus ke-5, Qatadah bin Nu’man membaca surat
Al-Ikhlas semalam penuh. Kemudian
dilaporkan kepada Nabi, maka Nabi Muhammad bersabda,”Sesungguhnya surat Al-Ikhlas sama dengan sepertiga Al-Quran.” (HR. Bukhari).
25. Kasus ke-6, bacaan iftitah yang dibuat oleh
sahabat.
26. Ibnu Umar berkata, “Ketika kami salat
bersama Rasulullah, seorang laki-laki dari suatu kaum mengucapkan doa iftitah
tertentu, maka Rasulullah bersabda,”Siapakah yang mengucapkan kalimat anu dan
anu?” Laki-laki itu menjawab, “Saya wahai Rasulullah.” Nabi Muhamad bersabda,”Saya
kagum dengan bacaan itu, karena pintu-pintu langit dibukakan karena doa itu.”
27. Kasus ke-7, sebuah doa yang dibuat oleh sahabat
Nabi.
28. Anas bin Malik berkata,”Sesungguhnya Rasulullah
mendengar seorang laki-laki mengucapkan suatu doa tertentu.” Nabi Muhammad bersabda,“Engkau
telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, apabila berdoa dengan
doa itu maka doanya akan dikabulkan oleh Allah.”
29. Kasus ke-8, doa tambahan pada bacaan sesudah
rukuk.
30. Rifa’ah bin Rafi’ berkata, “Suatu hari
kami salat di belakang Nabi, ketika Nabi mengangkat kepala dari rukuk dan
mengucapkan doa, maka seorang laki-laki yang berada di belakangnya mengucapkan
doa tambahan tertentu. Ketika selesai salat,
Nabi bersabda, “Siapakah yang
mengucapkan kalimat tadi?”. Laki-laki itu menjawab, “Saya”. Nabi bersabda,”Aku
melihat puluhan malaikat mendatangimu, para malaikat berebut menuliskannya
pertama kali.” (HR. Bukhari dan Muslim).
31. Kasus ke-9, bacaan rukiah dibuat oleh sahabat
Nabi.
32. Seorang sahabat menyembuhkan orang gila
yang terikat dengan rukiah, dengan membacakan surat Al-Fatihah tiga hari pagi
dan petang. Dia berkata,”Setiap kali selesai membaca surat Al-Fatihah, saya
kumpulkan air liur saya, kemudian saya tiupkan. Seakan-akan orang gila itu
sadar dari ikatannya, lalu mereka memberi saya upah, maka saya jawab: Saya akan
menanyakan hukumnya kepada Nabi terlebih dahulu.”
33. Nabi Muhammad bersabda,”Sungguh engkau
telah makan dari hasil rukiah yang benar.” (HR. Abu Daud, Ahmad dan Hakim).
34. Rukiah (ruqiyah) adalah pengobatan dengan
berzikir atau doa seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad berfungsi untuk
mengusir pengaruh jahat dari hati.
Daftar Pustaka
1.
Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab
Seputar Salat, 2017.
2.
Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab
Seputar Salat, 2017.
3.
Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab
Masalah Populer, 2017.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver
3.2
5.
Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment