HIDANGAN DARI ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hidangan dari Allah menurut
Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1. Pada suatu malam, Nabi Muhammad berbisik
kepada Aisyah, “Apakah kamu rela pada malam giliranmu ini, aku beribadah kepada
Allah?” “Saya sungguh senang selalu berada di sampingmu, tetapi saya pun rela dengan
sesuatu yang engkau sukai,” jawab Aisyah (istri Nabi Muhammad).”
2. Nabi Muhammad bangkit untuk berwudu,
beliau hanya menggunakan air sedikit, lalu Nabi melakukan salat dengan membaca Al-Quran,
sambil menangis sampai air mata beliau menetes membasahi ikat pinggangnya.
3. Selesai salat, Nabi Muhammad duduk memuji
Allah, air matanya masih bercucuran sehingga membasahi pula lantai tempat
duduknya, itulah cerita Aisyah (istri Nabi Muhammad).
4. Bilal berkata,“Rasulullah biasanya masuk
ke Masjid Nabawi sebelum salat Subuh, apakah yang terjadi?"
5. Bilal mendatangi kamar Rasulullah yang
berada di samping Masjid Nabawi, dan Bilal menjumpai beliau sedang menangis.
6. “Mengapa engkau menangis, wahai Rasulullah?
Bukankah Allah telah mengampuni dosamu?" tanya Bilal.
7. Rasulullah bersabda,”Betapa aku tidak menangis,
semalam telah turun kepadaku wahyu dari Allah”.
8. Rasulullah membacakan surah Ali Imran (surah
ke-3) ayat 190-191.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang
mengingat Allah, sambil berdiri, duduk atau berbaring, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,”Ya Tuhan kami, tidaklah
engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, jagalah kami dari
siksa neraka”.
9. Rasulullah bersabda kepada Bilal, “Rugilah
orang yang membaca Al-Quran, tetapi tidak menghayati kandungannya”.
10. Orang-orang yang berakal menggunakan
potensinya untuk memahami ayat-ayat Allah yang tertulis di dalam mushaf Al-Quran
dan yang terbentang di alam semesta.
a. Mereka tidak menempatkan diri di atas menara
gading.
b. Tidak pernah berpikir terlepas dari Allah.
c. Tidak membatasi ingatan kepada Allah
hanya pada waktu tertentu saja.
d. Ketika sedang berdiri, duduk, dan
berbaring sekalipun, mereka tetap mengingat Allah.
e. Selalu berusaha memahami semua ciptaan
Allah.
f. Mengakui tentang hak yang mewarnai
seluruh ciptaan Allah.
11. Pengakuan ini kemudian menghasilkan amal nyata
dan karya besar.
a. Pemahaman tanpa pengakuan adalah
kejahilan.
b. Pengakuan tanpa pengamalan adalah kesesatan.
12. Nabi Muhammad bersabda, “Ayat-ayat Al-Quran
adalah hidangan dari Allah.”
a. Allah mengundang manusia untuk menelaah
ayat-ayat-Nya.
b. Menghadiri undangan dari Allah berarti
menikmati santapan yang diberikan oleh Allah.
c. Kenikmatan makanan dalam suatu hidangan perjamuan
akan semakin terasa nikmatnya, dengan kehadiran teman-teman yang berbudi.
13. Demikian pula dengan jamuan dan hidangan
dari Allah, terdapat etika dan tata cara bersantap makan dan minum yang baik
yang harus dipatuhi oleh setiap orang terhormat.
14. Mengecap dan menikmati cita rasa makanan yang
dihidangkan adalah tujuan awal memenuhi undangan, tetapi ada tujuan utama dari
si pengundang yang harus disadari oleh para undangan, yaitu agar terjalin
hubungan yang mesra.
15. Ayat ayat yang dibaca atau dilihat adalah
berbagai jenis makanan yang dihidangkan, bukan hanya untuk dinikmati oleh para
undangan sendirian, tetapi harus dinikmati bersama-sama.
16. Nabi Muhammad bersabda, “Makanlah hidangan
yang terjangkau oleh tangan kananmu dan ulurkan makanan itu kepada yang tidak
menjangkaunya.”
17. Hal ini berarti terdapat tanggung jawab
untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, artinya pengetahuan saja tidak
cukup, pengakuan pun masih kurang, maka buahnya harus ada untuk diri sendiri
dan dibagikan kepada orang lain.
18. Orang yang tidak menghadiri jamuan hidangan
yang mewah dari Allah adalah rugi.
19. Orang yang lebih rugi adalah orang yang menghadiri
undangan, tetapi tidak menikmati hidangannya.
20. Orang yang menikmati hidangan sendirian adalah
tercela.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment