Sunday, November 11, 2018

1439. HIDANGAN ALLAH






HIDANGAN DARI ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hidangan dari Allah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Pada suatu malam, Nabi Muhammad berbisik kepada Aisyah, “Apakah kamu rela pada malam giliranmu ini, aku beribadah kepada Allah?” “Saya sungguh senang selalu berada di sampingmu, tetapi saya pun rela dengan sesuatu yang engkau sukai,” jawab Aisyah (istri Nabi Muhammad).”
2.    Nabi Muhammad bangkit untuk berwudu, beliau hanya menggunakan air sedikit, lalu  Nabi melakukan salat dengan membaca Al-Quran, sambil menangis sampai air mata beliau menetes membasahi ikat pinggangnya.
3.    Selesai salat, Nabi Muhammad duduk memuji Allah, air matanya masih bercucuran sehingga membasahi pula lantai tempat duduknya, itulah cerita Aisyah (istri Nabi Muhammad).
4.    Bilal berkata,“Rasulullah biasanya masuk ke Masjid Nabawi sebelum salat Subuh, apakah yang terjadi?"
5.    Bilal mendatangi kamar Rasulullah yang berada di samping Masjid Nabawi, dan Bilal menjumpai beliau sedang menangis.
6.    “Mengapa engkau menangis, wahai Rasulullah? Bukankah Allah telah mengampuni dosamu?" tanya Bilal.
7.    Rasulullah bersabda,”Betapa aku tidak menangis, semalam telah turun kepadaku wahyu dari Allah”.
8.    Rasulullah membacakan surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 190-191.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
      Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah, sambil berdiri, duduk atau berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,”Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, jagalah kami dari siksa neraka”.
9.    Rasulullah bersabda kepada Bilal, “Rugilah orang yang membaca Al-Quran, tetapi tidak menghayati kandungannya”.
10. Orang-orang yang berakal menggunakan potensinya untuk memahami ayat-ayat Allah yang tertulis di dalam mushaf Al-Quran dan yang terbentang di alam semesta.
a.    Mereka tidak menempatkan diri di atas menara gading.
b.    Tidak pernah berpikir terlepas dari Allah.
c.    Tidak membatasi ingatan kepada Allah hanya pada waktu tertentu saja.
d.    Ketika sedang berdiri, duduk, dan berbaring sekalipun, mereka tetap mengingat Allah.
e.    Selalu berusaha memahami semua ciptaan Allah.
f.     Mengakui tentang hak yang mewarnai seluruh ciptaan Allah.
11. Pengakuan ini kemudian menghasilkan amal nyata dan karya besar.
a.    Pemahaman tanpa pengakuan adalah kejahilan.
b.    Pengakuan tanpa pengamalan adalah  kesesatan.
12. Nabi Muhammad bersabda, “Ayat-ayat Al-Quran adalah hidangan dari Allah.”
a.    Allah mengundang manusia untuk menelaah ayat-ayat-Nya.
b.    Menghadiri undangan dari Allah berarti menikmati santapan yang diberikan oleh Allah.
c.    Kenikmatan makanan dalam suatu hidangan perjamuan akan semakin terasa nikmatnya, dengan kehadiran teman-teman yang berbudi.
13. Demikian pula dengan jamuan dan hidangan dari Allah, terdapat etika dan tata cara bersantap makan dan minum yang baik yang harus dipatuhi oleh setiap orang terhormat.
14. Mengecap dan menikmati cita rasa makanan yang dihidangkan adalah tujuan awal memenuhi undangan, tetapi ada tujuan utama dari si pengundang yang harus disadari oleh para undangan, yaitu agar terjalin hubungan yang mesra.
15. Ayat ayat yang dibaca atau dilihat adalah berbagai jenis makanan yang dihidangkan, bukan hanya untuk dinikmati oleh para undangan sendirian, tetapi harus dinikmati bersama-sama.
16. Nabi Muhammad bersabda, “Makanlah hidangan yang terjangkau oleh tangan kananmu dan ulurkan makanan itu kepada yang tidak menjangkaunya.”
17. Hal ini berarti terdapat tanggung jawab untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, artinya pengetahuan saja tidak cukup, pengakuan pun masih kurang, maka buahnya harus ada untuk diri sendiri dan dibagikan kepada orang lain.
18. Orang yang tidak menghadiri jamuan hidangan yang mewah dari Allah adalah rugi.
19. Orang yang lebih rugi adalah orang yang menghadiri undangan, tetapi tidak menikmati hidangannya.
20. Orang yang menikmati hidangan sendirian adalah  tercela.
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment