Saturday, November 17, 2018

1485. WUKUF
















WUKUF
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang wukuf sebagai puncak ibadah haji?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Pada setiap tahun tanggal 9 Zulhijah, umat Islam yang melaksanakan ibadah haji melakukan wuquf di Arafah.
2.    Wukuf di Arafah adalah rukun haji, artinya jemaah haji yang tidak dapat  melaksanakan wukuf di Arafah, Ibadah hajinya tidak sah.
3.    Setelah wukuf di Arafah, jemaah haji menuju Muzdalifah, kemudian ke Mina untuk  melempar jumrah, selanjutnya berkorban dan berlebaran.
4.    Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 196.

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

       Dan sempurnakanlah ibadah haji dan`umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidilharam (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.
5.    Pendapat kaum sufi tentang ibadah haji.
a.    Terdapat orang yang memandang Kakbah, wuquf di Arafah, dan melakukan kegiatan haji lainnya, tetapi tidak mencapai makna haji yang sebenarnya.
b.    Terdapat orang yang berada di Mekah bagaikan berkunjung ke rumah orang yang tidak berpenghuni.
c.    Terdapat orang yang tidak berkunjung ke Mekah, tetapi  kerasakan kehadiran Allah yang hadir mengunjungi rumahnya.
d.    Siapa yang memandang kepada makhluk akan binasa, dan siapa yang memandang kepada Allah akan kuasa.
6.    Ibadah haji adalah suatu mujahadah (upaya jiwa yang bersungguh-sungguh), untuk mencapai musyahadah (penyaksian).
7.    Ketika jemaah haji wukuf di Arafah, diharapkan semua para jamaah haji telah singgah dalam musyahadah (menyaksikan dengan hati) kehadiran Allah.
8.    Saat wuquf di Arafah adalah saat musyahadah (penyaksian).
9.    Terdapat dua  dua macam musyahadah (upaya jiwa yang bersungguh-sungguh).
a.    Kepercayaan yang sempurna kepada Allah.
b.    Kehangatan cinta yang membara kepada Allah.
10. Dengan “keterbakaran” cinta, seseorang akan mengalami dirinya fana (merasa dirinya hilang dan musnah), sehingga tidak ada yang disaksikannya selain orang yang dicintainya.
11. Bahkan dia akan iri kepada segala sesuatu, termasuk kepada matanya sendiri,”Sungguh aku iri kepada mataku sendiri dan kututup mataku apabila aku menghadap Engkau, Ya Allah.”
12. Nabi Muhammad ketika dalam perjalanan isra mikraj.
a.    Aisyah (istri Nabi) berkata bahwa Nabi Muhammad tidak dapat melihat Allah ketika isra mikraj.
b.    Tetapi Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad dapat melihat Allah.
13. Kedua berita tersebut adalah benar.
a.    Nabi Muhammad tidak dapat melihat Allah dengan pandangan fisik mata, seperti yang disampaikan oleh Rasul kepada Aisyah yang “formalis”.
b.    Tetapi Nabi Muhammad dapat “melihat” Allah (dengan mata hati) seperti penyampaian Ibnu Abbas yang “spiritualis”.
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online
Description: D:\yusron-1\13. FOTO HAJI 2018\3. FOTO MEKAH 2018\21.jpgDescription: D:\yusron-1\13. FOTO HAJI 2018\3. FOTO MEKAH 2018\17ز - Copy.jpgDescription: D:\yusron-1\13. FOTO HAJI 2018\3. FOTO MEKAH 2018\9ز - Copy.jpgDescription: D:\yusron-1\13. FOTO HAJI 2018\3. FOTO MEKAH 2018\8 - Copy.jpgDescription: D:\yusron-1\13. FOTO HAJI 2018\3. FOTO MEKAH 2018\7ز.jpg
Description: C:\Users\YUS\Pictures\arafah-1.bmpDescription: C:\Users\YUS\Pictures\arafah-2.png

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment