WUKUF
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang wukuf sebagai puncak ibadah haji?” Profesor Quraish Shihab
menjelaskannya.
1. Pada
setiap tahun tanggal 9 Zulhijah, umat Islam yang melaksanakan ibadah haji melakukan
wuquf di Arafah.
2. Wukuf
di Arafah adalah rukun haji, artinya jemaah haji yang tidak dapat melaksanakan wukuf di Arafah, Ibadah hajinya tidak
sah.
3. Setelah
wukuf di Arafah, jemaah haji menuju Muzdalifah, kemudian ke Mina untuk melempar jumrah, selanjutnya berkorban dan
berlebaran.
4. Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 196.
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ
فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ
الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ
فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ
بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ
فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ
كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan`umrah
karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit),
maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur
kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di
antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka
wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban.
Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah
sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah
didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu),
maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila
kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu
(kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di
sekitar) Masjidilharam (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.
5. Pendapat
kaum sufi tentang ibadah haji.
a. Terdapat
orang yang memandang Kakbah, wuquf di Arafah, dan melakukan kegiatan haji
lainnya, tetapi tidak mencapai makna haji yang sebenarnya.
b. Terdapat
orang yang berada di Mekah bagaikan berkunjung ke rumah orang yang tidak berpenghuni.
c. Terdapat
orang yang tidak berkunjung ke Mekah, tetapi
kerasakan kehadiran Allah yang hadir mengunjungi rumahnya.
d. Siapa
yang memandang kepada makhluk akan binasa, dan siapa yang memandang kepada Allah
akan kuasa.
6. Ibadah
haji adalah suatu mujahadah (upaya jiwa yang bersungguh-sungguh), untuk mencapai
musyahadah (penyaksian).
7. Ketika
jemaah haji wukuf di Arafah, diharapkan semua para jamaah haji telah singgah
dalam musyahadah (menyaksikan dengan hati) kehadiran Allah.
8. Saat
wuquf di Arafah adalah saat musyahadah (penyaksian).
9. Terdapat
dua dua macam musyahadah (upaya
jiwa yang bersungguh-sungguh).
a. Kepercayaan
yang sempurna kepada Allah.
b. Kehangatan
cinta yang membara kepada Allah.
10. Dengan
“keterbakaran” cinta, seseorang akan mengalami dirinya fana (merasa dirinya
hilang dan musnah), sehingga tidak ada yang disaksikannya selain orang yang dicintainya.
11. Bahkan
dia akan iri kepada segala sesuatu, termasuk kepada matanya sendiri,”Sungguh
aku iri kepada mataku sendiri dan kututup mataku apabila aku menghadap Engkau,
Ya Allah.”
12. Nabi
Muhammad ketika dalam perjalanan isra mikraj.
a. Aisyah
(istri Nabi) berkata bahwa Nabi Muhammad tidak dapat melihat Allah ketika isra
mikraj.
b. Tetapi
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad dapat melihat Allah.
13. Kedua
berita tersebut adalah benar.
a. Nabi
Muhammad tidak dapat melihat Allah dengan pandangan fisik mata, seperti yang
disampaikan oleh Rasul kepada Aisyah yang “formalis”.
b. Tetapi
Nabi Muhammad dapat “melihat” Allah (dengan mata hati) seperti penyampaian Ibnu
Abbas yang “spiritualis”.
Daftar
Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online







0 comments:
Post a Comment