Wednesday, July 24, 2019

2746. QATH'I DAN ZHANNY


QATH’I DAN ZHANNY
Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.


         Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pendapat para ulama tentang konsep Qath’i dan Zhanny?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Istilah “qath’i” (pasti) dan “zhanniy” (kemungkinan) masing-masing terdiri atas dua bagian, yaitu:
1)    Menyangkut “al-tsubut” (kebenaran sumber).
2)    Menyangkut “al-dalalah” (kandungan makna).
2.    Tidak terdapat perbedaan pendapat di kalangan umat Islam menyangkut kebenaran sumber Al-Quran.
3.    Semua umat Islam bersepakat dan meyakini bahwa redaksi ayat Al-Quran yang terhimpun dalam mushaf Al-Quran dan dibaca oleh umat Islam di seluruh dunia sekarang, tetap sama dan tidak ada perbedaan sedikit pun dengan yang diterima oleh Nabi Muhammad dari Allah melalui malaikat Jibril.
4.    Al-Quran jelas “qath’i al-tsubut” (benar sumbernya dan benar maknanya).
5.    Yang menjadi masalah adalah menyangkut kandungan makna redaksi ayat Al-Quran.
6.    Para ulama tafsir tidak membahas masalah ini, karena dalam segi penggalian makna, para ulama tafsir mengenal ungkapan, “Seorang tidak disebut mufasir, kecuali dia mampu memberikan interpretasi beragam terhadap ayat Al-Quran”.
7.    Sikap ini tentunya tidak sejalan dengan konsep “qath'iy dalalah” yang menurut hakikatnya adalah:
1)    Menunjuk kepada makna tertentu yang harus dipahami dari teksnya.
2)    Tidak mengandung kemungkinan takwil (penafsiran ayat Al-Quran  mengandung penafsiran yang tersirat).
3)    Tidak ada tempat atau peluang untuk memahami makna selain makna tersebut dari teks tersebut.
8.    Sebagian ulama berkata,“Al-Quran mengandung kemungkinan makna yang tidak terbatas”, sehingga Al-Quran selalu terbuka untuk menerima penafsiran yang berbeda.
9.    Para ulama berkata,”Apabila Anda membaca Al-Quran, maknanya akan jelas di hadapan Anda, tetapi jika Anda membaca sekali lagi, maka Anda akan menemukan makna lain yang berbeda dengan makna terdahulu.
10. Demikian seterusnya, sampai-sampai Anda dapat menemukan kata atau kalimat yang mempunyai arti beraneka macam.
11. Semuanya pendapat ulama benar atau mungkin benar.
12. Ayat Al-Quran bagaikan intan, yang setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda-beda dan dapat menyilaukan.
13. Jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, maka dia akan melihat pemandangan yang berbeda dan lebih banyak dari yang Anda lihat.
14. Dapat dikatakan bahwa setiap “nash” (redaksi) Al-Quran mengandung minimal dua “dalalah” (kemungkinan arti).
1)    Menurut si pengucap, redaksi ayat Al-Quran hanya mengandung satu arti saja, yakni arti yang dimaksudkan olehnya, ini yang disebut “dalalah haqiqiyyah”.
2)    Tetapi, bagi para pendengar atau pembaca yang lain, “dalalah” atau “kemungkinan arti” bersifat relatif.
15. Para pendengar dan pembaca yang lain tidak dapat memastikan maksud si pembicara.
16. Pemahaman mereka terhadap nash (redaksi) ayat Al-Quran  dipengaruhi banyak hal.
17. Oleh karena itu, semua orang dapat berbeda-beda  pendapatnya, hal ini yang  disebut “dalalah nishbiyyah”.
18. Pembahasan tentang “qath’i dalalah” tidak diuraikan secara khusus oleh para ahli tafsir Al-Quran, tetapi masalah ini dibahas oleh para ulama “ushul fiqh”.
19. Para ahli tafsir Al-Quran pada umumya menjadikan masalah “ushul fiqh” sebagai masalah yang “qathi” (pasti).
20. Meskipun, para ulama tafsir Al-Quran tidak membicarakan masalah “qathi” (pasti)  dan “zhanny” (kemungkinan), tetapi mereka menekankan perlunya seorang mufasir untuk mengetahui “ushul fiqh” (ilmu yang membahas tentang dalil fikih), terutama untuk menggali ayat-ayat Al-Quran tentang hukum Islam.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment