PERMAINAN
AHLI UANG
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Awalnya saya berpikir
Bentjok --Benny Tjokrosaputro-- pasti lolos lagi.
2. Kali ini pun. Ternyata
Kejaksaan Agung kali ini hebat.
3. Bentjok sudah ditetapkan
sebagai tersangka.
4. Bersama 4 tersangka
lainnya.
5. Dalam kasus Jiwasraya
yang seru itu.
6. Semula saya pikir
Bentjok masih pintar: bisa lepas dari jeratan hukum.
7. Dengan menggunakan
hukum-hukum dagang yang tersedia.
8. Yang, menurut hukum itu,
bisa saja ia merasa benar.
9. Bisa saja Bentjok merasa
sudah sesuai dengan peraturan yang ada.
10. Dalam hal itu Bentjok
memang orang yang terkenal pintar.
11. Ia tidak merasa menipu -
-meski ada yang tiba-tiba tertipu.
12. Bentjok pasti merasa
benar.
13. Yang salah, menurut
jalan pikiran itu, adalah orang yang merasa tertipu itu.
14. Atau orang yang
membodohkan diri sehingga mau tertipu.
15. Atau orang itu disuruh
bodoh sampai tidak merasa kalau akan tertipu.
16. Bentjok adalah tipe orang
yang berpikir panjang.
17. Segala langkahnya sudah
dihitung.
18. Pun untuk masa yang
jauh.
19. Termasuk sudah
memperhitungkan akibat hukumnya.
20. Bahwa sekarang ia jadi
tersangka mungkin salahnya pepatah --sepandai-pandai tupai melompat akhirnya
ada tangga yang jatuh.
21. Bahwa ia pernah memakai
uang Jiwasraya ratusan miliar ia akui.
22. Tapi, katanya, sudah
lunas.
23. Dan proses pemakaian
uang itu pasti sudah ia persiapkan.
24. Ia pasti sudah
melengkapinya dengan dokumen yang rapi.
25. Bentuknya pun pasti
sudah diatur yang tidak melanggar hukum --menurut ia.
26. Misalnya waktu
mengeluarkan MTN --surat utang jangka menengah. Mediun term note.
27. Itulah cara Bentjok
pinjam uang secara legal.
28. Kesalahan Jiwasraya: kok
mau meminjami.
29. Tapi direksinya juga
merasa tidak salah.
30. Mereka mengejar bunga
besar.
31. Untuk menutup defisit
yang terjadi sejak turun menurun.
32. Secara hukum semua
perusahaan boleh menerbitkan MTN.
33. Sesuai dengan peraturan
internal perusahaan itu.
34. Secara hukum pula semua
perusahaan boleh membeli MTN.
35. Sesuai dengan aturan
internal mereka.
36. MTN itu sederhana.
37. Untuk bisa menerbitkan
MTN modalnya satu: selembar kertas.
38. Yang diberi tanda tangan
dan stempel.
39. Siapa saja --termasuk
Anda-- bisa menerbitkan MTN.
40. Untuk mendapatkan uang
berapa saja.
41. Pun sampai ratusan
miliar.
42. Alatnya benar-benar
hanya selembar kertas biasa.
43. Betul-betul selembar
kertas saja.
44. Yang ada kop surat
perusahaan Anda.
45. Di kertas itu Anda cukup
menulis: dengan ini kami berhutang, misalnya, Rp 500 miliar.
46. Utang akan dibayar pada
tanggal.... (bisa kapan saja atau tiga tahun kemudian atau sesuai dengan
kesepakatan).
47. Dengan bunga...persen
setahun.
48. Misalnya 10 persen atau
12 persen. Kian tinggi bunga yang Anda janjikan kian banyak peminatnya.
49. Lalu Anda tanda tangani
di bagian bawah.
50. Disertai nama terang.
51. Juga jabatan Anda di
perusahaan itu --sebagai direktur utama.
52. Selembar surat itu Anda
serahkan ke perusahaan sekuritas.
53. Atau juga disebut
pialang. Broker.
54. Pialanglah yang
memasarkan surat itu.
55. Pialang yang mencari
pembeli.
56. Pialang juga yang ikut
menjamin utang itu akan kembali.
57. Anda hanya harus
membayar komisi kepada pialang.
58. Bisa setengah persen.
59. Bisa satu persen.
60. Tergantung tingkat
kepepet Anda untuk segera mendapatkan uang itu.
61. Bisa juga Anda sendiri
yang mencari pembeli.
62. Misalnya, kebetulan,
Anda punya banyak kenalan.
63. Biar pun bisa mendapat
pembeli sendiri tetap saja Anda harus melewatkan utang itu ke pialang.
64. Hanya bayar fee-nya
bisa lebih kecil.
65. Dalam kasus seperti ini
pialangnya tidak perlu bekerja.
66. Hanya diperlukan
legalitasnya.
67. Untuk orang sekelas
Bentjok ia harus punya perusahaan pialang sendiri.
68. Atau perusahaannya orang
lain tapi sebenarnya ia juga yang punya.
69. Setidaknya pengendalinya
--pakai remote
control sekali pun.
70. Ke mana perusahaan
pialang memasarkannya?
71. Mereka biasanya tahu:
siapa saja yang punya uang nganggur.
72. Atau siapa saja yang
ingin memutar uang.
73. Yang kalau ditaruh di
bank hanya mendapat bunga 5 atau 6 persen.
74. Kalau Anda menawarkan
surat utang itu dengan bunga 12 persen tentu banyak yang mau.
75. Di Mayapada ini banyak
orang yang tertarik bunga tinggi.
76. Ada juga yang tergiur
komisi di bawah tangan --untuk kantong pribadi.
77. Kalau Anda direktur
utama dari perusahaan milik Anda sendiri, Anda pasti tidak mau komisi gelap
seperti itu.
78. Anda akan memilih
memperoleh bunga setinggi-tingginya.
79. Ditambah jaminan bahwa
utang pasti kembali.
80. Kalau perlu minta
jaminan tambahan yang cukup.
81. Tapi kalau Anda direktur
utama dari sebuah perusahaan yang bukan milik Anda, komisi gelap itu sangat
menggiurkan.
82. Apalagi kalau pemilik
perusahaan itu negara.
83. Yang hanya mementingkan
proses legalitas.
84. Yang penting
administrasinya benar.
85. Padahal administrasi itu
bisa diberes-bereskan.
86. Tidak akan ketahuan
--kalau nasibnya baik.
87. Apalagi kalau
transaksinya di luar negeri.
88. Seperti di Petral.
89. Atau di Garuda.
90. Yang proses
administrasinya ada di luar negeri.
91. Bahwa kasus Garuda
terkuak itu hanya karena nasib tadi --di sononya terbongkar.
92. Maka Benny Tjokrosaputro
pasti merasa akan lolos lagi.
93. Secara administrasi ia
pasti bisa bebuat tidak salah.
94. Semua transaksinya sudah
dibuat legal.
95. Apalagi --seperti
dikatakannya kepada media-- ia sudah melunasinya.
96. Satu-satunya faktor yang
bisa membuat Benny 'kena' adalah: kalau ia menyuap direksi Jiwasraya.
97. Agar Jiwasraya mau
membeli surat utangnya.
98. Atau kalau ia menyuap
siapa pun yang terkait transaksi ini.
99. Tapi orang seperti Benny
pasti teliti.
100. Tidak akan mengirim suap
--sebut saja komisi-- seperti itu lewat rekening bank.
101. Yang bisa dilacak di kemudian hari.
102. Kalau pun dibayar kontan
lewat orang pasti sudah diputus mata rantainya.
103. Bagaimana kalau direksi
Jiwasraya mengaku disogok?
104. Emangnya mau mengaku?
105. Benny bukan orang bodoh.
106. Benny itu sudah belajar
main saham sejak umur 19 tahun.
107. Sejak masih SMA.
108. Yakni menggunakan uang
jajan dari ayahnya --si pewaris Batik Keris Solo.
109. Yang terkenal itu.
110. Benny adalah cucu
pendiri perusahaan batik itu.
111. Tapi MTN bukan
satu-satunya transaksi antara Jiwasraya dan perusahaan Bentjok.
112. Masih ada lagi transaksi
lewat pasar modal: membeli saham Henson International milik Bentjok.
113. Jiwasraya belanja saham
Henson Internasional ketika harganya Rp 1.300/lembar.
114. Sebanyak Rp 760 miliar.
115. Banyak yang menilai itu
kemahalan.
116. Tapi itulah harga resmi
di pasar modal.
117. Setahun kemudian harga
saham itu naik drastis.
118. Menjadi Rp 1.865/lembar.
119. Saat inilah mestinya
Jiwasraya jual saham.
120. Bisa untung lebih Rp 100
miliar.
121. Tapi itu tidak
dilakukan.
122. Mungkin menunggu harga
naik lagi.
123. Padahal setelah itu
saham Henson terjun bebas.
124. Ke dasar jurang yang
paling dalam: tinggal Rp 50/lembar.
125. Tidak ada lagi harga
saham yang lebih rendah dari itu.
126. Itulah saham
asfalasafilin.
127. Hitung sendiri berapa
ratus miliar uang Jiwasraya hilang.
128. Saya bukanlah pengamat
pasar modal.
129. Juga tidak pernah beli
saham di bursa --sejak tahun 1999.
130. Sejak uang saya habis
terbakar di bursa saham --akibat krisis moneter terberat dalam sejarah
Indonesia.
131. Yang sampai membuat
Presiden Soeharto lengser.
132. Mungkin justru ada
pembaca yang tahu, ada apa dengan Henson saat itu. Kok sahamnya terjun bebas
seperti itu.
133. Betul-betul terjun
bebas.
134. Hanya dalam hitungan
jam.
135. Di sekitar hari
pergantian presiden tahun 2014 itu.
136. Ternyata tidak hanya
politik yang memanfaatkan 'masa transisi' melainkan juga para pemain saham.
137. Begitulah jadinya.
138. Sepanjang yang
diberitakan media, hanya dua jenis transaksi itu yang terkait dengan Benny
--MTN dan beli saham.
139. Yang MTN, katanya, sudah
dilunasi empat tahun lalu.
140. Yang untuk beli saham ya
sudah terkubur secara sah di jurang penggorengan itu.
141. Kalau benar MTN itu
sudah dilunasi empat tahun lalu, jangan-jangan justru di sini lucunya: uang
untuk melunasi utang ke Jiwasraya itu memakai uang Jiwasraya yang untuk membeli
saham itu.
142. Kalau benar begitu,
sungguh luar biasa lihainya.
143. Apalagi kalau ia sendiri
yang bisa membuat harga saham naik dan harga saham turun.
144. Tapi belum tentu seperti
itu.
145. Kita tunggu hasil
pengusutannya.
146. Benny sendiri bukan
sosok yang misterius.
147. Bukan orang yang
sembunyi-sembunyi.
148. Ia orang yang selalu
yakin langkahnya tidak melawan hukum.
149. Misalnya saat Benny
mengumpulkan uang dari publik.
150. Yang juga mencapai
ratusan miliar rupiah.
151. Yang kemudian diperiksa
OJK. Dan dinyatakan melanggar.
152. Benny tenang saja.
153. Memang ia lantas
menghentikan pengumpulan dana itu.
154. Dan hanya membayar
denda.
155. Tapi seandainya perkara
ini sampai ke ranah hukum pun ia sangat siap --dengan dokumen yang bisa
dianggap tidak melanggar hukum.
156. Bisa saja ada dokumen
transaksi yang disiapkan di balik proses pengumpulan dana itu. Misalnya bisa
saja disiapkan dokumen jual beli tanah.
157. Bisa saja secara resmi
mereka itu bukan 'menempatkan uang'.
158. Tapi pembeli kapling
tanah. Tanahnya ada --setidaknya di layar komputer.
159. Untuk itu pembeli bisa
saja diberi bunga 12 persen setahun.
160. Sebelum tanahnya
diserahterimakan. Selama uang mereka disimpan di situ.
161. Bisa jadi pemilik uang
sendiri tidak berharap memperoleh tanah itu sungguh-sungguh.
162. Sepanjang bunga
tingginya terus dibayar.
163. Saat harga tanah sudah
menjadi mahal Benny bisa membayar kembali uang mereka.
164. Atau terus membayar
bunga.
165. Agar uangnya bisa
dipakai yang lain lagi.
166. Memang bisa saja
kelihatannya orang menabung uang ke Benny.
167. Tapi disertai dokumen
transaksi jual beli tanah --sebagai jaga-jaga kalau dianggap melanggar.
168. Benny memang punya
banyak tanah.
169. Bisnisnya memang di
bidang bank tanah. Ia beli tanah. Ia jual tanah.
170. Orang Solo akan menyebut
orang seperti Benny sebagai pengusaha lemah --lemahe akeh tenan.
171. Kini Benny punya sekitar
6.500 ha tanah.
172. Betapa kayanya.
173. Pun ia masih perlu
banyak uang untuk terus membeli tanah.
174. Kadang ia 'sulit uang'
kalau jualan tanahnya lagi sepi.
175. Seperti 4 tahun terakhir
ini.
176. Benny sudah main tanah
sejak muda.
177. Sejak masih di Solo.
178. Awalnya karena ia
jengkel: setiap Batik Keris mau memperluas pabrik harga tanah di sebelahnya
sudah naik.
179. Maka Benny muda
memutuskan agar Batik Keris sekalian saja beli tanah yang luas.
180. Kapan pun mau memperluas
pabrik tidak jengkel lagi.
181. Ternyata perkembangan
Batik Keris tidak terus memerlukan perluasan pabrik.
182. Ternyata jualan rumah
lebih cepat mendapat uang --daripada jualan batik.
183. Maka tanahnya yang 'itu'
dijadikan real estate.
184. Di Solo Baru.
185. Itulah real
estate pertama yang modern di Solo.
186. Di selatan kota Solo.
187. Sudah masuk wilayah
kabupaten.
188. Kabupaten apa ya?
Sukoharjo?
189. Dari situ Benny lebih
tertarik ke tanah daripada batik.
190. Ups... Juga tetap
tertarik main saham.
191. Meski begitu Benny tidak
rela digelari tukang goreng saham.
192. Beberapa kali ia menepis
gelar itu.
193. Tapi itulah gelar yang
sudah amat terkenal di lingkungan bursa saham.
194. "Saya ini lebih
tepat dikatakan suka membawa perusahaan ke pasar modal," katanya pada
media.
195. Memang banyak sekali
perusahaan Benny yang sudah melantai di pasar modal.
196. Sudah banyak media yang
memuat keterangannya seperti itu.
197. Bukan penggorengan saham
seperti gelar itu.
198. Tapi penjelasannya itu
tidak mampu mencabut gelarnya sebagai tukang goreng saham.
199. Saham dan tanah.
200. Langit dan bumi.
201. Benny menguasai langit
dan menguasai bumi.
202. Saat di bumi ia terlihat
lagi di langit.
203. Saat di langit ia
terlihat dari bumi.
204. Maka Benny bukanlah
sosok misterius.
205. Itu terlihat dari
seringnya Benny melayani wartawan.
206. Mingguan bisnis Kontan
pernah menerbitkan wawancara amat panjang dengan Benny. Sangat menarik. Isinya
masih saya ingat sampai sekarang.
207. Yang antara lain menjadi
bahan tulisan ini.
208. Setidaknya dua kali
Benny menjadi orang mulia.
209. Pertama ketika ia
menolong adiknya dari kebangkrutan.
210. Ia lunasi utang adiknya.
211. Kedua, ketika ia datang
ke bank untuk melunasi utang adiknya.
212. Sayangnya ia gagal
melunasi utang itu.
213. Bukan karena tiba-tiba
tidak mau.
214. Tapi tidak bisa.
215. Saat ia datang ke bank
itu banknya sudah tutup.
216. Selamanya.
217. Bank itu dilikuidasi
oleh pemerintah di saat krismon 1998.
218. Lalu ia datang ke BPPN
--yang mengambil alih bank itu.
219. Sebenarnya Benny tidak
harus mengejar untuk melunasi hutang adiknya.
220. Toh dokumen-dokumennya
hilang.
221. Tapi, menurut Benny,
utang adalah utang.
222. Ia bayar utang adiknya
itu dengan tanah.
223. Benny mengaku
menyerahkan 6.000 ha tanah ke BPPN.
224. Begitu mulianya.
225. Yakni tanah di Serpong
--entah siapa yang mengembangkan tanah itu sekarang.
226. Sebaliknya dalam kasus
saham Bank Pikko.
227. Yang akhirnya ditutup
itu.
228. Nama Benny hitam di
situ.
229. Ia terbukti melakukan
goreng saham.
230. Ialah yang menaikkan dan
menurunkan harga saham.
231. Tapi ia bisa lolos.
232. Hanya harus membayar
denda.
233. Sebesar keuntungan yang
ia dapat.
234. Ia harus menyerahkan
seluruh keuntungan dari goreng sahamnya itu ke kas negara. Negara untung.
235. Tapi para pembeli saham
tetap rugi. Uang mereka hangus di penggorengan.
236. Kini ujian datang lagi.
D
237. i Jiwasraya.
238. Kali ini ia jadi
tersangka.
239. Kita akan melihat
persilatan seperti apa lagi yang akan dimainkan Benny.
240. Hanya saja Benny bukan
tipe orang yang suka lari.
241. Ia orang Solo dalam
pengertian yang sebenarnya.
242. Tanah airnya adalah
Solo.
243. Tidak akan lari ke
mana-mana.
244. Siapa pun tetap bisa
menunggunya di Solo --meski bukan di stasiun Balapan Solo.
245. Benny hanyalah salah
satu dari mereka yang mendapat aliran dana Jiwasraya.
246. Bisa jadi yang lain-lain
itu bisa lebih rumit dari Benny.
247. Yang kalau diusut secara
hukum kelihatannya belum tentu uang bisa kembali.
248. Rasanya kalau perlu
minta bantuan Pak Harto --yang dengan tersenyum pun uang bisa kembali.
249. Yang penting uang kembali.
(Sumbee: internet Dahlan Iskan)
0 comments:
Post a Comment