LEKRA
PKI MENGEJEK TUHAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M.

1. GELORA.CO
- Tulisan Dr KH Amidhan aslinya berjudul Benturan Lekra dengan Manikebu,
Lesbumi, HSBI, dan ISBM.
2. Tulisan
itu untuk Arief Budiman, aktivis Manifesto Kebudayaan, yang meninggal 23 April
2020.
3. Oleh
beberapa media online tulisan tersebut kembali dimuat kembali.
4. Seperti
semangatnews.com yang menerbitkan Senin (15/6/2020) dengan judul Gusti Allah
Mantu.
5. Redaksi
mengingatkan pembaca sejarah Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra), organ
kebudayaan PKI, provokatif menyerang konsep ketuhanan Islam.
6. Hangatnya
polemik RUU Haluan Ideologi Pancasila—yang mengindikasikan kebangkitan kembali PKI—membuat
tulisan ini sangat penting dibaca, terutama bagi generasi milenial.
7. Wudu
dengan Air Kencing.
1) “Wis
rasah macak ayu ayu, ora ayu yo payu.
2) Nek ra
ayu, yo, raup diniati wudhu.
3) Nek
ora ana banyu yo nganggo uyuhku.
4) Banyu
uyuhku padha sucine karo banyu wudhu.”
5) Artinya,
“Tidak usah bersolek cantik-cantik.Tidak cantik juga akan laku. Kalau tidak
laku ya cuci muka dengan niat wudhu. Kalau tidak ada air ya pakai air
kencingku. Air kencingku sama sucinya dengan air wudhu”.
6) Itu
salah satu penggalan dialog ludruk dengan lakon Gusti Allah Mantu yang
dipentaskan di Kediri, Jawa Timur, menjelang meletusnya peristiwa G30S PKI.
8. Dalam
pentas ludruk lakon Gusti Allah Mboten Sare, misalnya, ada dialog seperti ini:
1) “La,
piye, Gusti Allah yo mboten sare.
2) Ora
duwe bantal lan klasa. Piye turue.
3) La,
gimana, Gus Allah ya tidak tidur.
4) Gak
punya bantal dan tikar.
5) Bagaimana
tidurnya?”
9. Lakon
ludruk (Jawa Timur), ketoprak (Jawa Tengah), dan sandiwara (Jawa Barat) saat
itu, PKI berada di atas angin karena mendapat “dukungan” elit politik dan oknum
militer, memang narasinya aneh-aneh.
10. Ada
lakon dengan judul:
1) Patine
Gusti Allah.
2) Gusti
Allah Dadi Manten.
3) Malaikat
Kawin.
4) Dan
lain-lain.
5) Yang
membuat orang Islam marah.
11. Ludruk
dengan lakon Patine Gusti Allah, yang pentas di Jombang, misalnya, membuat anggota Banser marah besar.
1) Panggungnya
diobrak-abrik dan dihancurkan.
2) Ludruk
pun batal manggung.
3) Orang-orang
Islam jelas marah.
4) Tapi
tak bisa berbuat banyak.
5) Lembaga
Kebudayaan Rakyat (Lekra), salah satu organisasi sayap PKI, saat itu sangat
kuat dan merajalela.
6) Lekra
mengkoordinasi grup-grup ludruk, ketoprak, drama, dan sandiwara untuk
mementaskan kesenian yang bernuansa paham PKI.
12. Lembaga
Kebudayaan atau Politik?
1) Lekra
yang berdiri 17 Agustus 1950 di Jakarta.
2) Menjelma
jadi organ kesenian dan kebudayaan PKI sangat radikal, ekspansionis, dan
ekstrim.
3) Sulit
membayangkan ada lembaga kebudayaan yang berkuasa di dunia seperti Lekra.
4) Kenapa?
Karena Lekra hakikatnya bukan sekadar lembaga kebudayaan.
5) Tapi lembaga
politik provokatif berselimut kebudayaan.
6) Politisasi
Lekra ini bentukan Nyoto dan Aidit, dua pimpinan puncak PKI.
7) Bagi
Nyoto dan Aidit—setiap organ dalam PKI harus menjadi corong revolusi dan
penyebaran ateisme-komunisme.
8) Itu
sebabnya, semangat gerakan kebudayaan Lekra sama dengan semangat gerakan
komunisme Stalin dan nazisme Hitler.
9) Ideologi
Lekra pun “dijejalkan” ke mana-mana—tak hanya ke gedung-gedung kesenian, tapi
juga ke sekolah-sekolah, kampus-kampus, masjid-masjid, dan balai-balai desa.
10) Lagu
mars PKI Genjer-Genjer menjadi lagu wajib setiap upacara politik.
11) Pentas
ludruk penuh lakon dan adegan menjejalkan paham ateisme.
12) Penyamaan
kesucian air wudhu dengan air kencing pada lakon Gusti Allah Mantu tersebut di
atas—juga pembangunan patung palu arit setinggi 20 meter di halaman Masjid
Agung Bojonegoro—menunjukkan bagaimana massif dan ekstrimnya gerakan Lekra
menghancurkan kesadaran relijius bangsa Indonesia.
13) Lekra
meracuni anak-anak sekolah dengan pelajaran ateisme, mendiskreditkan ulama,
menyerang sastrawan Muslim; dan membangun simbol-simbol PKI di masjid.
14) PKI,
misalnya, dengan atraktif menginjak-injak al-Quran di Masjid Jami’ Kanigoro,
Kediri.
15) Ulama
dan haji, misalnya, oleh Lekra disebut pengisap darah rakyat dan tuan tanah
bengis yang harus disingkirkan.
13. Lekra
Tuduh Hamka Plagiat
1) Sastrawan
Hamka dituduh plagiat. Novel karya Hamka yang sangat popular Tenggelamnya Kapal
Van der Wijck (TKVW) dituduh sebagai karya plagiat oleh sastrawan Lekra,
Abdullah Said Patmadji (ASP).
2) ASP
menuduh novel TKVW mirip dengan Dumu el Hub (Air Mata Cinta), sebuah film
adaptasi dari ovel karya Al-Manfaluthi.
3) Di
Koran Bintang Timur—medianya PKI—ASP menulis bahwa novel TKVW adakah karya
plagiat Hamka.
4) Ini
sangat memalukan sastrawan Indonesia.
5) Tuduhan
ASP tersebut kemudian disanggah oleh HB Jassin, kritikus sastra Indonesia.
6) “Hamka
tidak plagiat. Karya Hamka adalah ungkapan pribadi dan pengalamannya sendiri,”
tulis Jassin, paus sastra Indonesia itu.
7) Penyair
Taufiq Ismail juga membela Hamka. Tuduhan ASP motifnya bukan sastra.
8) Tapi
politik, kata Taufiq Ismail.
14. Ada
tiga isu penting yang ditonjolkan Lekra-PKI dalam mementaskan kesenian
rakyatnya.
1) Mengajak
masyarakat tidak percaya Tuhan.
2) Mengajak
masyarakat menyita tanah milik tuan tanah, kiai haji, dan yayasan milik Islam.
3) Menghancurkan
kredibilitas para sastrawan dan seniman Islam.
15. Dalam
mengajak masyarakat untuk tidak mempercayai Tuhan, misalnya, Lekra
mengkoordinasi pementasan ketoprak di Jateng dan DIY, serta ludruk di Jatim
dengan lakon bertema “ateisme” yang membuat orang-orang beragama meradang.
1) Lakon
Patine Gusti Allah, misalnya, menjadi salah satu judul pementasan ludruk dan
ketoprak paling favorit dan sering dipertontonkan di masyarakat—meski sangat
dibenci umat Islam.
2) Tak
hanya itu. Para seniman Lekra juga mendatangi sekolah sekolah untuk menyebarkan
paham ateisme PKI. Orang-orang Lekra yang jadi guru, juga aktif menanamkan
pikiran ateis kepada murid-muridnya.
16. Cara
Guru PKI Ajarkan Atesime
1) Sebagai
contoh, dalam sebuah pelajaran di SD, seorang guru minta kepada muridnya berdoa
kepada Tuhan untuk minta permen.
2) “Anak-anak
ayo pejamkan mata minta permen pada Tuhan.”
3) “Buka
mata kalian, ada tidak permennya?”
4) “Tidak
ada Bu Guru”
5) “Sekarang
coba tutup mata, bilang ‘Bu Guru minta permen’”
6) Guru
tersebut memasukkan permen ke tangan anak-anak yang menengadah.
7) “Buka
mata kalian, ada nggak permennya?”
8) “Ada
Bu Guru.”
9) “Artinya
apa?”
10) Anak-anak
diam.
11) “Berarti
Tuhan tidak ada,” lanjut sang Guru.
12) Begitulah
cara PKI menanamkan nilai ateis pada anak-anak.
17. Reaksi
Lembaga Kebudayaan Islam
1) Umat
Islam tentu saja tidak diam terhadap kelakuan Lekra yang menjijikkan dunia seni
tersebut.
2) Nahdlatul
Ulama (NU), misalnya, melalui Lesbumi (Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin
Indonesia) yang didirikan tahun 1950, meng-counter gerakan budaya PKI yang
mempromosikan ideologi atheism) dengan membuat film-film religi yang bagus.
3) Sutradara
film Usmar Ismail aktif membuat film dan drama di Lesbumi untuk mengimbangi
kegiatan seni dan budaya dari Lekra.
4) Gerakan
kesenian Lesbumi tersebut membuat PKI meradang.
5) Film-film
religi karya seniman Lesbumi diboikot pertunjukannya di gedung-gedung bioskop
yang dikuasai PKI.
6) Bahkan
sineas pro-PKI yang menguasai gedung-gedung pertunjukan mengedit film-film
karya seniman Lesbumi tadi hingga unsur-unsur relijiusnya hilang.
18. Manifesto
Kebudayaan
1) Film
berjudul Kawat Berduri dan Tauhid, misalnya, diboikot pertunjukannya oleh PKI.
2) Tak hanya itu. Lekra juga mengecam
penandatangan Manikebu (Manifesto Kebudayaan).
3) Manikebu
adalah konsep kebudayaan nasional yang dibentuk para penyair dan pengarang, 27
Agustus 1963.
4) Manikebu
yang dicetuskan HB Jassin, Wiratmo Soekito, dan Trisno Soemardjo bertujuan
untuk meng-counter dominasi ideologi seni-sastra realisme sosial yang
dipaksakan Lekra.
5) Arief
Budiman adalah “anak muda” yang membuat draft counter Manikebu terhadap Lekra.
6) Manikebu
dan Lesbumi berkolaborasi untuk membendung ekspansi massif Lekra yang mendapat
dukungan elit politik PKI.
7) Aliansi
Manikebu dengan organisasi Islam dan militer, tulis Goenawan Mohamad, salah
seorang aktivis Manikebu, adalah sebuah hal yang niscaya saat itu untuk
menghadang hegemoni Lekra.
8) “Mungkin
suatu kecenderungan yang normal untuk beraliansi di antara mereka yang dimusuhi
atau memusuhi PKI,” tulis Gunawan dalam artikelnya, Afair Manikebu 1963-1964.
9) M Habib
Chirzin, tokoh Muhammadiyah dan angggota Komnas HAM (2002-2007) menyatakan,
ekspansi Lekra yang massif kemudian mendapat counter dari organisasi-organisasi
Islam.
10) Setelah
NU membentuk Lesbumi, HMI mendirikan HSBI (Himpunan Seniman dan Budayawan
Islam) dengan tokoh-tokohnya yang sangat terkenal seperti Chairul Umam dan
Arifin C Noor.
11) Sementara
Muhammadiyah membuat Ikatan Seniman Budayawan Muhammadiyah (ISBM). Para tokoh
ISBM yang terkenal antara lain Mohamad Diponegoro, Azwar AN, dan Yunan Helmi
Nasution.
12) Dalam
memperingati ulang tahun HMI (lahir 5 Februari 1947) ke 17, tahun 1964, yang
diselenggarakan di Yogyakarta, misalnya, HMI menyelenggarakan bakti sosial dan
pertunjukan drama di Sukabumi dan Bandung.
13) Saat
itu, saya (Amidhan) menjadi pimpinan rombongan tim HMI yang berjumlah sekitar
30 orang.
14) Yang
menarik, HSBI-HMI menampilkan drama berjudul Setan di depan peserta Seskoad
(Sekolah Komando Angkatan Darat) di Bandung, disaksikan langsung Mayjen
Sudirman, Komandan Seskoad saat itu.
15) Drama
Setan karya Mohamad Diponegoro ini, mengisahkan Nabi Ibrahim (diperankan
Samhari Baswedan, paman Anies Baswedan, Gubernur DKI) yang dibakar Raja Namrud,
sedang digoda setan (diperankan Widiati, putri Pak Syaebani, tokoh Islam Yogya,
istri Menpan Era SBY Taufik Efendi) agar imannya luntur.
16) Dan
Ibrahim berhasil menepis godaan setan itu.
17) Mungkin
karena puas dengan pertunjukan drama itu, Mayjen Sudirman memberi “sangu”
kepada tim drama HMI sebesar Rp 350.000.
18) Jumlah
yang besar sekali bila dikurskan dengan emas saat itu.
19. Pak AR
Ikut Hadang Lekra
1) Sementara
di Semarang, dai terkenal asal Yogya, Abdurrazaq Fachruddin—kemudian terkenal
dengan sebutan Pak AR—yang saat itu bertugas sebagai Kepala Kantor Penerangan
Agama Jawa Tengah (1959-1964), bersama Pangdam Diponegoro Mayjen Sarbini dan
Jaksa Tinggi Bustanil Arifin membentuk Pengajian Padi.
2) Tujuannya
untuk meng-counter agitasi PKI dan Lekra yang memprovokasi rakyat melalui
ketoprak agar tidak mempercayai Tuhan.
3) Dengan
bantuan dana pengusaha kaya Semarang, Haji Sulhan, Pengajian Padi mampu
mengcounter kampanye ateisme yang sering dipentaskan dalam pertunjukan ketoprak
di Semarang dan sekitarnya.
4) PKI
dan Lekra pun kesal. Akibatnya Pak AR, kata Abdullah Affandi, aktivis
perlawanan rakyat terhadap PKI di Yogya, tercatat sebagai target pembunuhan.
5) Mengetahui
itu, Pak AR pun ke mana-mana selalu dijaga oleh para pendekar silat dari Tapak
Suci Muhammadiyah.
6) “Tiap
malam rumah Pak AR dijaga para pesilat Tapak Suci untuk mengantisipasi kedatangan
penculik dari PKI,” tutur Sukriyanto, putra Pak AR.
7) Atmosfir
Indonesia semasa PKI berada di atas angin tahun 1955-an—sejak Pemilu pertama di
mana PKI menjadi kekuatan politik yang besar di parlemen—sampai 1965 sangat
mencekam.
20. Politik
Hoax PKI
1) PKI
melalui organ-organnya: Pemuda Rakyat, Gerwani, CGMI (Consentrasi Gerakan
Mahasiswa Indonesia), Lekra, BTI (Barisan Tani Indonesia), dan Koran Bintang
Timur berusaha kuat mendominasi semua isu (sosial, politik, ekonomi, dan seni
budaya) di Indonesia.
2) Bila
perlu, PKI memaksakan kehendaknya dan menyebar isu-isu hoax untuk memenangkan gagasannya
di ranah publik dan parlemen.
3) Dari
latar belakang itulah, kenapa kemudian rakyat—khususnya umat Islam—sangat marah
kepada PKI pasca-G30S PKI. PKI yang memulai, maka PKI yang diakhiri.
4) Seperti
kata pepatah: Siapa yang menanam angin, maka dialah yang menuai badai.
5) Jadi,
jangan salahkan umat Islam jika PKI hancur. Jangan bikin isu hoax bahwa PKI
muncul akibat konflik elit militer.
6) Dan
jangan pula menyebar hoax bahwa kasus G30S adalah ciptaan Soeharto.
7) Bukan…
bukan itu!
8) PKI
memang hendak menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Seperti Polpot yang
membentuk Khmer Merah dan Kim Il Sung yang membentuk Korea Utara.
9) Keduanya adalah rezim yang paling kejam di dunia.
Mereka membantai rakyatnya yang tidak seidelogis dengan sangat-sangat kejam.
10) Haing
Somnang Ngor, seorang dokter, dalam buku The Killing Fields, menceritakan
bagaimana kejam dan bengisnya rezim komunis Polpot membunuh rakyat Khmer Merah
yang nonkomunis.
11) Banyak
ibu hamil yang dibelah perutnya; orang tua yang dibelah kepalanya; dan anak-anak
yang dicincang seperti potongan kambing. Sungguh luar biasa kejamnya.
12) PKI
itu sangat berbahaya.
13) Tapi,
sudah matikah mereka setelah ideologinya dilarang sejak 1966?
14) “Jasmerah,”
kata Bung Karno.
15) Jangan
sekali-kali meninggalkan sejarah.
16) Ingat
sejarah politik hoax yang diterapkan PKI masa lalu.
17) Kita
harus ingat sejarah.
18) Ibarat
pepatah dan kutipan lagu dangdut Rhoma Irama: PKI yang memulai, PKI yang
mengakhiri.
21. Menabur
Angin Menuai Badai
1) PKI
memang harus berakhir karena ia telah merencanakan siasat untuk
meng-komunis-kan Indonesia.
2) Suatu
hal yang mustahil terjadi di negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam
ini.
3) Jadi,
PKI itu telah menabur angin. Maka PKI-lah yang menuai badai.
4) Umat
Islam telah menjelma menjadi badai yang meluluhlantakkan PKI.
5) Betul,
PKI luluh lantak.
6) Yang
mati akibat badai umat Islam itu mencapai jutaan orang. Wakilah, lima juta
orang.
7) Banyak
sekali.
8) Tapi,
pinjam pernyataan Jenderal Abdul Haris Nasution, tokoh militer puncak yang
selamat dari penculikan PKI: “Benar, banyak sekali orang-orang PKI yang jadi
korban setelah partai komunis itu dibubarkan.
9) Tapi
akan lebih banyak lagi korban pada rakyat Indonesia jika PKI berkuasa!”
22. Dari
perspektif inilah kita mengenang Arief Budiman.
23. Ia
salah seorang konseptor dan penandatangan Manikebu untuk melawan Lekra.
24. Saat
itu, Lekra sangat berkuasa.
25. Dan,
siapa pun tahu, keterlibatan Arief melawan Lekra sangat riskan dan membahayakan
jiwanya.
26. Tapi
Arief tidak takut.
27. Karena
baginya: kebebasan, keadilan, dan kemanusiaan harus di atas segala-galanya.
(Sumber: gelora news)
0 comments:
Post a Comment