SAAT EMOSI KAMPANYE
LIHAT REKAM JEJAK BUKAN JANJI MULUT
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M
Polarisasi.
Yaitu jadi 2 kelompok.
Yang berlawanan.
Anies Baswedan.
Soal Polarisasi Pemilu.
Contohnya,
Duel sepak bola:
Merah lawan Biru.
Yaitu Man City lawan Man
United.
Atau Manchester City.
Melawan Manchester United.
Gubernur DKI Jakarta.
Anies Baswedan.
Bicara polarisasi Pemilu.
Anies Baswedan menilai.
Polarisasi wajar.
Dalam proses Pemilu.
"Kita harus sadar.
Dalam proses poltik.
Pasti akan terjadi
polarisasi.
Polarisasi terjadi.
Antara 2, 3, atau 4 kubu.
Jangan khawatir dengan
proses.
Karena itu proses alami.
Dalam pemilihan,"
kata Anies.
Dalam acara:
Indonesia Milennial and Gen Z Summit 2022.
Di Jakarta Selatan.
Jumat (30/9/2022).
Anies Baswedan.
Memberi contoh.
Duel sepak bola.
Antara Manchester United.
Melawan Manchester City.
Saat pertandingan.
Warga Manchester.
Terbagi dalam 2 kubu.
Yaitu:
1)
Kaos merah.
2)
Kaos biru.
"Kalau Man City
bertanding lawan MU.
Terjadi polarisasi.
Antara kubu biru dan
merah.
Apakah birunya sudah
kusam.
Atau merahnya tak cerah.
Hal itu normal.
Tapi setelah
pertandingan.
Semua baju merah dan biru.
Semua hilang.
Kita sekarang bicara.
Sebagai orang
Manchester.
Hal ini contoh,"
kata Anies.
Anies Baswedan mengatakan.
Warga sering khawatir.
Polarisasi muncul perpecahan.
Padahal, perbedaan
pendapat.
Yaitu hal lumrah.
"Kita terkadang
khawatir.
Jangan sampai Pemilu.
Terjadi polarisasi.
Padahal polarisasi itu.
Hal wajar.
Misalnya.
Balon ada bendulnya.
Lalu kembali lagi.
Saya ingin sampaikan.
Ada polarisasi.
Ada friksi.
Ada konflik.
Ada pecah.
Hal itu ada
stage-nya," jelas Anies.
Stage.
Yaitu ada drama.
Dan panggungnya.
Anies Baswedan berharap.
Semua pihak.
Agar bersikap dewasa.
Terkait polarisasi.
Dalam Pemilu.
Jangan sampai polarisasi.
Selalu dianggap perpecahan.
"Kita harus dewasa.
Jangan tiap ada
polarisasi.
Karena Pemilu.
Lalu dianggap perpecahan.
Yang penting.
Selesai pertandingan.
Semua kembali pada
posisi awal.
Sebagai warga negara.
Sekarang bekerja
bersama," ucapnya.
Anies Baswedan menilai.
Tiap kampanye politik.
1)
Menonjolkan kekuatannya.
2)
Memberi label negatif
lawan politiknya.
Dia mengusulkan.
Rakyat menilai calon.
Berdasar rekam kerjanya.
"Karena dalam kampanye.
Masing-masing menonjolkan
kekuatannya.
Dan memberi label
negatif.
Pada lawannya.
Dua-duanya
terjadi," ujar Anies.
"Dalam proses kampanye.
Rakyat perlu dirangsang.
Untuk melihat rekam
jejak.
Melihat apa yang sudah
dikaryakan.
Apa yang sudah
dihasilkan.
Sehingga ketika masuk
fase pemilu.
Saat semua emosi.
Tak menutup tema penting.
Menyangkut rakyat sejahtera.
Dan kelangsungan
demokrasi," pungkas Anies.
(sumber detik)
0 comments:
Post a Comment