INDONESIA BUKAN NEGARA AGAMA TAK BOLEH SUATU PAHAM INGIN
DOMINAN
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Toleran.
Yaitu:
Menghormati pendapat berbeda.
Dengan pendirian sendiri.
INTOLERAN
Yaitu:
1)
Tidak tenggang rasa.
2)
Tidak toleran
Perbedaan idul fitri bukan
masalah.
Karena berdasar ijtihad.
Masing-masing pihak.
Hasil ijtihad Idul Fitri.
1)
Jumat, 21 April
2023.
2)
Sabtu, 22 April
2023.
Semuanya benar.
Karena berdasar ijtihad otoritatif.
“Lebaran Idul fitri boleh berbeda.
Tapi kita bisa bersama.
Untuk merayakannya.
Jika ada perbedaan.
Hal itu lumrah.
Karena ini soal ijtihad.
Sampai nanti kita sepakat.
Ada Kalender Islam global," kata Haedar.
Di UMS Jawa Tengah.
Ahad (16/4/2023)
Guru Besar Sosiologi ini menyatakan.
Jika 1 lokasi dipakai.
Untuk salat Idul
Fitri berbeda.
Maka tak membatalkan salah satunya.
Bahkan lokasi itu.
Dapat berkah.
Karena 2 kali.
Dipakai salat Idul Fitri.
“Jika selama ini.
Fasilitas itu dipakai negara.
Lalu dipakai Muhammadiyah.
Maka tak perlu dilarang.
Misalnya.
Hari ini digunakan Muhammadiyah.
Besok digunakan yang lain," paparnya.
Muhammadiyah di
salah satu daerah.
Mita izin pakai fasilitas negara.
Sebagai tempat Salat Ied.
Bukan karena Muhammadiyah.
Tak punya fasilitas sendiri.
Tapi fasilitas negara.
Milik seluruh golongan.
Presiden pertama Indonesia.
Soekarno dalam Pidato 1 Juni.
Bahwa Indonesia.
Bukan milik 1 orang.
Bukan milik 1 golongan.
Yaitu golongan bangsawan saja.
Tapi milik semua rakyat.
Mari kita bangun bangsa ini.
Jadi lebih maju.
Soal rumah tangga.
Dalam berbangsa dan bernegara.
Ada dinamikanya.
Dalam
atasi perbedaan.
Negara
harus adil dan ihsan.
Apalagi
urusan agama.
Jangan
terjadi rezim agama.
Dalam
negara ini.
Indonesia
bukan negara agama.
Tak boleh
agama tertentu.
Jadi
dominan.
Tak boleh
paham tertentu.
Ingin menguasai
semuanya.
Dalam negara
Pancasila.
Semua
setara.
(Sumber
republika)
0 comments:
Post a Comment