TANDA TANDA
WARGA NEGARA SUDAH CERDAS
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Tanda
Masyarakat Cerdas.
1)
Dalam menghadapi masalah orientasi cari Solusi
masalah.
2)
Bukan mempersoalkan masalah.
3)
Biaya dalam menyelesaikan masalah, murah
dan efektif.
Baik biaya sosial, ekonomi, dan
politik.
4)
Tepat dan cermat waktu dalam menyelesaikan
masalah.
5)
Tidak melebar kemana-mana atau membiarkan
ditelan waktu.
6)
Dalam menyelesaikan masalah tidak
melanggar aturan dan etika.
(M.
Nuh, mantan Mendikbud)
B. Teori
Belah Bambu
1)
Ketika orang membelah bambu.
2)
Biasanya belahan bambu yang satu diangkat
ke atas dengan tangan, sedangkan belahan lain diinjak ke bawah dengan kaki.
3)
Pada giliran berikutnya, belahan bambu
yang tadi diinjak akan diangkat, sedangkan belahan yang sudah diangkat sekarang
diinjak.
4)
Dalam rangka melanggengkan kekuasaan tidak
jarang suatu pemerintahan menggunakan teori belah bambu.
5)
Sebagian kelompok diinjak, sedangkan
sebagian kelompok lain diangkat.
6)
Pemakaian teori itu.
Untuk melemahkan pihak yang
dianggap membahayakan kekuasaan.
7)
Teori ini dipakai untuk melanggengkan
kekuasaan.
8)
Kondisi masyarakat yang cair, sangat
memungkinkan upaya melanggengkan kekuasaan dengan segala cara.
9)
Misalnya, kelompok anti pemerintah, akan
dilemahkan.
10) Bahkan
partai politik yang diharapkan bisa kritispun dilemahkan.
11) Jika
hal seperti ini terjadi, sungguh kondisi sangat menakutkan bagi perbaikan
bangsa.
12) Kalau
semua pihak sudah lemah, maka tinggal mengeruk semua kekayaan alam kita dengan
berbagai keputusan yang merugikan rakyat dan bangsa.
C. Politik
Belah Duren
1)
Buah duren buah enak dimakan dan punya aroma
nikmat sangat menyengat dan menggiurkan.
2)
Politik Belah Duren.
Membagi kekuasaan dengan
menyiarkan pada masyarakat.
Seolah-olah semua rakyat akan
menikmatinya.
Dengan semboyan kekuasaan dari,
oleh, dan untuk rakyat.
3)
Padahal yang sebenarnya terjadi.
Semua keputusan, fasilitas,
kenikmatan, dan kekuasaan.
Hanya dinikmati kelompok
mereka saja.
Tapi kelompok lain.
Hanya terima janji manis
belaka.
4)
Semua kenikmatan hanya dimiliki kelompok
mereka saja.
Tapi sebagian besar rakyat.
Hanya dapatn aroma menyengat
dan membius saja.
Sebab buahnya sudah dinikmati.
Oleh orang terdekat.
Dengan mudah mendapatkan.
D. Politik
Pecah Belah
1.
Cara dapat dan jaga kekuasaan.
Dengan pecah belah masyarakat.
2.
Kelompok besar dipecah jadi kelompok kecil.
Gampang diatur dan dikalahkan.
3.
Cara memecah belah kelompok:
1)
Menciptakan perpecahan dalam masyarakat.
Untuk mencegah kekuatan yang dapat
menentang kekuasaan.
2)
Membantu dan mempromosikan orang atau
kelompok yang mau bekerja sama dengan kekuasaan.
3)
Mendorong ketidakpercayaan dan permusuhan
di antara kelompok masyarakat.
4)
Mendorong masyarakat agar menjadi
konsumtif sehingga mengurangi kekayaan dan kemampuan masyarakat.
E. Politik
Adu Domba
1.
Domba adalah nama binatang
2.
Politik Adu domba adalah cara menjaga dan
memperoleh kekuasaan dengan sengaja membuat dan menciptakan permusuhan atau
konflik di antara masyarakat.
3.
Sebagian kelompok sengaja diadu dengan
sebagian kelompok yang lain dengan tujuan agar mereka menjadi lemah,
sehingga gampang diatur dan
dikalahkan.
4.
Pihak-pihak atau orang-orang yang bersedia
bekerja sama dengan kekuasaan, dibantu atau dipromosikan, pada saat yang sama
mereka yang tidak bersedia bekerjasama, dipinggirkan.
5.
Ketidakpercayaan terhadap pucuk pimpinan
partai atau kelompoknya sengaja diciptakan agar partai atau kelompok tersebut
tidak tumbuh besar dan solid.
6.
Adakalanya tidak hanya ketidakpercayaan,
bahkan permusuhan pun disemai.
7.
Teknik yang digunakan adalah agitasi,
propaganda, desas-desus, bahkan fitnah.
8.
Dan praktik itu menjadi sangat subur di
tengah perang media yang bebas tak terkendali.
9.
Belanda penjajah itu misalnya, menggandeng
beberapa pribumi untuk menjadi karyawan mereka, diberi kehidupan yang layak,
tapi sadar atau tidak, mereka dikondisikan untuk mengkhianati bangsanya
sendiri.
10. Raja
di sebuah kerajaan diadu domba dengan raja lain, yang pada akhirnya menimbulkan
peperangan dan perpecahan.
11. Di
tengah masyarakat kita dewasa ini, di tengah media yang sangat liberal, praktik
adu domba itu menjadi tontotan sehari-hari.
12. Kita
secara vulgar disuguhi berita-berita tentang perseteruan antar kelompok untuk
memperebutkan kekuasaan, saling tuding, saling caci-maki, saling sikut dengan
intrik-intrik politik yang sangat kasar dan kejam.
13. Penggiringan
isu dilakukan sedemikian rupa untuk saling menghancurkan.
14. Kalau
masyarakat kita suka diadu-adu, mudah terpancing isu, melalap mentah-mentah
berbagai desas-desus sehingga tanpa pikir panjang langsung terlibat dalam
konflik, maka kita sebenarnya masih hidup seperti di zaman VOC Belanda, atau
kita seperti domba yang siap diadu kapan saja dan di mana saja.
(Dari berbagai sumber)
0 comments:
Post a Comment