SIFAT
IRI DAN DENGKI DIATASI DOA DAN BERSYUKUR
Oleh:
Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.
Memahami akar penyebab.
1)
Rasa iri (hasad) .
2)
Rasa benci (hiqd)
Penting dalam penyucian
hati.
Emosi destruktif.
bisa merusak.
1)
Kedamaian orang.
2)
Keharmonisan warga.
Penyebab iri hati.
Yaitu perasaan:
1)
Tak mampu.
2)
Tak puas.
Melihat orang lain
menikmati.
Sesuatu yang diinginkan.
Untuk dirinya sendiri.
Penyakit iri tumbuh
subur.
Sebab perbandingan.
1)
Ingin orang lain celaka.
2)
Ingin orang lain rugi.
3)
Agar dirinya puas.
4)
Merasa dirinya super.
Penyebab kebencian.
1)
Pendam niat buruk.
2)
Ingin melihat orang lain menderita.
3)
Ingin orang lain gagal.
4)
Sebab marah tidak selesai.
5)
Keluhan masa lalu.
Iri hati terwujud .
Dalam berbagai cara.
1)
Rasa bersaing.
2)
Rasa cemburu halus.
3)
Tindakan sabotase.
4)
Fitnah terang-terangan.
Emosi ini arah perilaku negative.
1)
Gosip.
2)
Fitnah.
3)
Rasa terpecah dalam komunitas.
Perasaan seperti itu.
1)
Kikis damai batin
individu.
2)
Rusak harmonis social.
3)
Menciptakan rasa tak percaya.
4)
Timbul permusuhan.
Cara Atasi penyakit hati.
1)
Beberapa amalan.
2)
Doa spiritual ajaran
Islam.
Dengn cara:
1)
Tumbuhkan rasa puas.
2)
Rida.
3)
Bersyukur.
Kenal dan hargai berkah
yang dimiliki.
1)
Kurangi minat pada milik
orang lain.
2)
Fokus pertumbuhan diri.
3)
Utamakan kesejahteraan sendiri.
Amalan penting lainnya.
1)
Doa tulus.
2)
Berdoa untuk kesuksesan
orang lan.
3)
Ubah rasa iri jadi niat
baik yang tulus.
Doa membantu putus
siklus emosi negatif
Tumbuh rasa bersama.
Dan sukses bersama.
Refleksi diri juga
penting.
Cek niat dan perasaan.
Secara teratur.
Untuk identifikasi.
Tanda awal iri dan benci.
Mudah atasinya.
Sebelum mengakar.
Hal ini dapat didukung.
1)
Penasihat spiritual.
2)
Kumpul teman sebaya yang
suportif.
3)
Fokus tumbuh bersama.
4)
Penguatan positif.
Terapkan praktik
spiritual.
Sadar melawan rasa iri
dan benci.
Mulai memurnikan hatinya.
Mengalami tingkat
kedamaian.
Keharmonisan sosial
lebih tinggi.
Upaya itu.
1)
Sembuhkan jiwa individu.
2)
Kontribusi ciptakan
komunitas harmonis.
3)
Berbelas kasih dan
kohesif.
(Sumber Hamza Yusuf/Mark
Hanson)
0 comments:
Post a Comment