Thursday, September 7, 2017

249. IMAN2

AL-QURAN ADALAH POKOK KEIMANAN ISLAM
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Al-Quran adalah pokok keimanan Islam?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Sungguh, perintah “iqra” atau “membaca” adalah sesuatu yang paling berharga yang pernah diberikan kepada umat manusia, karena “membaca” dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan utama dalam pengembangan ilmu sains dan teknologi, serta pembangunan peradaban.
      Peradaban Islam lahir dengan kehadiran Al-Quran yang kita yakini bahwa Al-Quran tidak akan lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan, selama umat Islam  ikut bersama Allah menjaganya.
Al-Quran surah Al-Hijir, surah ke-15 ayat 9.
  •       
     “Sesungguhnya Kami (Allah dan Malaikat Jibril) yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami ( Allah dengan keterlibatan manusia) akan menjaganya”.
      Pengetahuan dan peradaban yang dirancang oleh Al-Quran adalah pengetahuan terpadu yang melibatkan akal dan kalbu dalam perolehannya. Wahyu pertama Al-Quran menjelaskan  cara perolehan dan pengembangan ilmu.
      Pertama, setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum subjek dituntut berperan guna memahami objek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang memperkenalkan dirinya kepada subjek tanpa usaha si subjek.
     Misalnya, komet Halley, memasuki cakrawala hanya sebentar setiap 76 tahun sekali. Dalam kasus ini, meskipun para astronom menyiapkan segala peralatan  untuk mengamati dan mengenalnya, tetapi yang lebih berperan adalah kehadiran komet itu sendiri untuk memperkenalkan diri.
     Wahyu, ilham, intuisi, atau firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya atau sesuatu yang dianggap sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun adalah bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan dengan kasus komet Halley.
     Itulah pengajaran tanpa kalam yang ditegaskan wahyu pertama. Al-Quran surah Al-Alaq, surah ke-96 ayat 4-5.
             
      “Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaran kalam (apa yang diketahui sebelumnya), dan mengajarkan kepada manusia (tanpa pena) apa yang tidak diketahuinya”.
      Al-Quran memadukan usaha manusia dengan pertolongan Allah, yaitu akal dengan kalbu, pikir dengan zikir, dan iman dengan ilmu.
      Apabila akal tanpa kalbu bisa membuat manusia seperti robot, pikir tanpa zikir menjadikan manusia seperti setan, iman tanpa ilmu ibarat pelita di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri.
     Al-Quran sebagai kitab terpadu, menghadapi, dan memperlakukan manusia  dengan memperhatikan keseluruhan unsur manusiawi, jiwa, akal, dan jasmaninya.
      Ketika Nabi Musa menerima wahyu dari Allah, yang membuat tenggelam dalam situasi spiritual, Allah menyentaknya dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi material.
      Al-Quran surah Thaha, surah ke-20 ayat 17-18.
            •          
     “Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa?” Berkata Musa,“Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku memukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan untuk keperluan lainnya”.
     Al-Quran menggunakan benda alam material sebagai tali penghubung untuk mengingatkan manusia akan kehadiran Allah dan bahwa segala sesuatu yang terjadi  semuanya berada di bawah kekuasaan, pengetahuan, dan pengaturan Tuhan Yang Maha Kuasa.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 59.
                                    
      “Dan pada sisi Allah kunci semua yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan  lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 17.
                  •        
     “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah yang melempar (yang menganugerahkan kemampuan sehingga kamu bisa melempar). (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
      Al-Quran sering kali berbicara tentang suatu persoalan menyangkut suatu dimensi atau aspek tertentu, mendadak ayat lain muncul berbicara tentang aspek atau dimensi lain yang secara sepintas terkesan tidak saling berkaitan.
    Tetapi bagi orang yang tekun mempelajarinya akan menemukan keserasian hubungan yang amat mengagumkan, mirip keserasian hubungan yang memadukan gejolak dan bisikan hati manusia, sehingga dimensi atau aspek yang terkesan kacau, menjadi terangkai dan terpadu indah, bagaikan kalung mutiara yang tidak diketahui  ujung pangkalnya.
     Al-Quran memilih sistematika demikian untuk mengingatkan manusia bahwa ajaran Al-Quran adalah satu kesatuan terpadu yang tidak dapat dipisahkan.
      Keharaman makanan tertentu seperti babi, ancaman terhadap yang enggan menyebarluaskan pengetahuan, anjuran bersedekah, kewajiban menegakkan hukum, wasiat sebelum mati, kewajiban puasa, hubungan suami-istri, ditampilkan dalam Al-Quran secara berurutan dalam belasan ayat surat Al-Baqarah.
    Mengapa demikian dan terkesan acak? Salah satu jawabnya adalah, “Al-Quran menghendaki agar umatnya melaksanakan ajarannya secara terpadu”.
    Misalnya, puasa dan ibadah lainnya tidak boleh menjadikan seseorang lupa pada kebutuhan jasmaniahnya dalam hubungan seks antara suami-istri.
     Ketika Qarun yang kaya raya memamerkan kekayaannya dan merasa bahwa kekayaannya adalah hasil kecerdasan dan jerih payahnya, setelah enggan  mendengarkan nasihat, terjadilah bencana longsor.
      Al-Quran surah Al-Qashash, surah ke-28 ayat 81-82.
                      •                •            
      “Maka Kami benamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah dan dia bukan termasuk orang (yang dapat) membela (dirinya”).
       “Dan orang yang kemarin mengharapkan seperti Qarun berkata, “Aduhai, benar Allah melapangkan rezeki siapa yang Dia kehendaki dari hamba-Nya dan menyempitkannya, kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita Dia telah membenamkan kita (pula). Sungguh benar, tidak beruntung orang yang mengingkari (nikmat Allah)”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

Related Posts:

  • 832. MINASEJARAH MINA Oleh: Drs. H. M.  Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejar… Read More
  • 832. MINASEJARAH MINA Oleh: Drs. H. M.  Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejar… Read More
  • 832. MINASEJARAH MINA Oleh: Drs. H. M.  Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejar… Read More
  • 832. MINASEJARAH MINA Oleh: Drs. H. M.  Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejar… Read More
  • 832. MINASEJARAH MINA Oleh: Drs. H. M.  Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejar… Read More

0 comments:

Post a Comment