Wednesday, September 20, 2017

284. MATI

PANDANGAN AGAMA TENTANG KEMATIAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM

        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan Pandangan Agama tentang  Kematian?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Semua agama, terutama agama samawi, yaitu agama yang bertalian dengan langit, mengajarkan bahwa ada kehidupan sesudah kematian.
      Kematian adalah awal perjalanan panjang dalam evolusi manusia yang  selanjutnya akan memperoleh kehidupan dengan segala macam kenikmatan atau berbagai ragam siksa dan kenistaan.
      Kematian manusia menurut agama samawi mempunyai peranan yang sangat besar dalam memantapkan akidah dan menumbuhkembangkan semangat pengabdian. Tanpa adanya kematian, manusia tidak akan berpikir tentang keadaan sesudah mati, dan tidak akan mempersiapkan diri menghadapinya.
      Nabi bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan duniawi yaitu kematian”. Bisa disimpulkan bahwa inti ajakan para Nabi dan Rasul setelah kewajiban percaya kepada Tuhan, adalah kewajiban percaya akan adanya hidup setelah kematian.
      Al-Quran menjelaskan bahwa terdapat bermacam-macam dan bertingkat-tingkat kehidupan, misalnya kehidupan tumbuhan, binatang, manusia, jin, dan malaikat, sampai ketingkat tertinggi yaitu kehidupan Yang Maha Hidup dan Pemberi Kehidupan.
      Al-Quran menginformasikan bahwa kehidupan di dunia adalah kehidupan yang rendah, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sempurna.
      Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 64.

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
      “Dan tidaklah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”.
      Al-Quran surah An-Nisa’, surah ke-4 ayat 77 menjelaskan bahwa kehidupan dunia hanya sebentar, sedangkan kehidupan akhirat lebih baik bagi orang yang bertakwa.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا
      “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikan salat dan tunaikan zakat”. Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakan, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun”.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 38, menjelaskan bahwa kenikmatan kehidupan dunia hanya sedikit apabila dibandingkan dengan kenikmatan kehidupan akhirat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

      “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit”.
     Kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang tidak sempurna, sedangkan kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang penuh keadilan sejati dan tempat orang bertakwa memperoleh kenikmatan hidup yang tidak terbatas.
     Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesempurnaan di alam akhirat adalah melewati kematian, karena kematian yang dikenal sebagai berpisahnya ruh dari badan adalah sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan yang abadi.
     Kematian yang kelihatannya adalah kepunahan, tetapi pada hakikatnya adalah kelahiran yang kedua, dan kematian manusia dapat diibaratkan dengan menetasnya sebuah telur.
      Anak ayam yang terkurung dalam telur, tidak dapat mencapai kesempurnaan evolusinya sebelum menetas, dan manusia tidak akan mencapai kesempurnaan sebelum meninggalkan dunia ini, yaitu mati.
      Al-Quran menggunakan beberapa istilah untuk menunjuk kepada kematian, yaitu “wafat” atau “meninggal” dan “imsak” atau “menahan”.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 42.

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

      “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir”.
      Bukankah kematian adalah wafat yang berarti kesempurnaan serta imsak yang berarti menahan (di sisi-Nya)?
     Al-Quran juga menyifati kematian sebagai musibah dan malapetaka, tetapi  istilah ini lebih banyak ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggal mati.
     Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 106.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ أَوْ آخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُ الْمَوْتِ ۚ تَحْبِسُونَهُمَا مِنْ بَعْدِ الصَّلَاةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِي بِهِ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۙ وَلَا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللَّهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ الْآثِمِينَ

      “Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedangkan dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antaramu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah salat (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu, “(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah, sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa”.
     Kematian juga dikemukakan oleh Al-Quran dalam konteks menguraikan nikmat-Nya kepada manusia dan Allah mempertanyakan kepada orang-orang kafir.
.       Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 28.
   كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ.

   “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkanmu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kamu dikembalikan kepada-Nya ?”
      Kenikmatan karena adanya kematian, bukan hanya dalam kehidupan akhirat  kelak, tetapi bisa dirasakan dalam kehidupan dunia sekarang ini, apabila tidak ada kematian, maka bumi kita yang luasnya terbatas akan penuh sesak sehingga banyak menimbulkan masalah.
      Al-Quran surah Al-Mulk, surah ke-67 ayat 1-2.

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

      “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujimu, siapa di antaramu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
       Kesimpulannya, bahwa adanya kehidupan dan kematian adalah untuk menguji manusia tentang kegiatan amalnya selama hidup di dunia, dan orang yang berhasil lulus dengan baik akan dimasukkan ke dalam surga, yaitu tempat kehidupan di akhirat  yang kekal dan penuh dengan kenimatan yang tidak ada bandingannya
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment