Wednesday, May 30, 2018

861. PARIT

MUKJIZAT NABI MUHAMMAD DALAM PERANG PARIT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

     Tahun 627 Masehi, bulan Syawal, tahun ke-5 Hijriah terjadi Perang Khandaq (Perang Parit atau Perang Ahzab), perang antara pasukan Islam melawan pasukan gabungan Quraisy, Yahudi, dan lainnya di utara Madinah.
      Umat Islam di Madinah dikeroyok pasukan koalisi (suku Quraisy, Gathafan, Yahudi Bani Nadhir dan Yahudi Qaynuqa) yang dibantu suku lainnya mengepung Madinah. 
      Madinah ditempati suku Aus, suku Khazraj, Yahudi Bani Qaynuqa, Yahudi Bani Nadhir, dan Yahudi Bani  Quraizhah. Kelompok Yahudi Bani Qaynuka bersekutu dengan Bani Khazraj,  Yahudi Quraizhah bersekutu dengan suku Aus.
       Nabi Muhammad telah menandatangani perjanjian Piagam Madinah dengan kelompok Yahudi untuk bersama menjaga Madinah dari musuh yang datang dari luar Madinah.
      Tetapi kelompok Yahudi Quraizhah melanggar perjanjian yang telah disepakati,  Nabi Muhammad mengusir kelompok Yahudi Bani Quraizhah keluar dari Madinah, mereka tinggal di Khaibar, di luar kota Madinah.
      Yahudi Bani Nadhir berkhianat kepada Nabi, mereka pintar dalam bisnis dan perdagangan sehingga menguasai ekonomi, tetapi mereka tidak terlatih berperang mengangkat senjata.
      Pasukan Islam menang dalam Perang Badar, sehingga pamor pasukan Islam tinggi. Kelompok Yahudi di Madinah tiarap, tidak berani langsung menghadapi umat Islam, tetapi suka mengganggu dan mengadu domba umat Islam yang berasal dari suku Aus dan suku Kharaj.
       Pasukan Islam “kalah” dalam Perang Uhud berakhir, sehingga Yahudi Bani Nadhir muai berani menampakkan permusuhan dengan menjalin kesepakatan dengan musuh Islam dan melanggar perjanjian.
      Yahudi Bani Nadhir mencoba membunuh Nabi Muhammad dengan menjatuhkan gilingan gandum, tetapi gagal. Nabi mengusir Yahudi Ban Nadhir keluar dari Madinah, mereka pindah ke daerah Khaibar.
      Kelompok Yahudi Bani Nadhir dan Yahudi Bani Quraizhah menyimpan dendam kepada Nabi Muhammad, mereka mencari dukungan untuk melawan umat Islam dengan mendatangi suku Quraisy, suku Gathafan, dan suku lainnya.
      Sekitar 10.000 pasukan gabungan bergerak untuk menghancurkan Madinah, sedangkan jumlah pasukan muslim sekitar 3.000 orang. Sungguh kondisi yang sangat mengkhawatirkan.
      Nabi Muhamad menyiapkan strategi pertahanan menghadapi pasukan kafir yang berjumlah lebih banyak.
      Salman Al-Farisi berasal dari Persia, baru saja memeluk Islam mahir dalam strategi perang. Salman mengusulkan membangun “sistem pertahanan parit” di sepanjang perbatasan utara Madinah untuk menghambat pergerakan musuh.
      Salman berkata, ”Wahai Nabi, kebiasaan kami di Persia. Jika kami diserang musuh, kami membuat parit untuk menghalangi serangan mereka.” Nabi menerima usul tersebut.
      Sebelah timur  Madinah terdapat pegunungan yang sulit dilewati kuda dan onta, sebelah barat Madinah berupa pegunungan bebatuan tajam, sebelah selatan Madinah penuh pohon kurma, sebelah tenggara Madinah terdapat benteng Yahudi suku Quraizhah, dan sebelah utara Madinah berupa lapangan terbuka.
      Pasukan musuh gabungan pasti masuk lewat daerah utara Madinah, meskipun mereka berdatangan dari arah selatan Madinah, sehingga medan peperangan di berada di utara Madinah.
      Nabi dan para sahabat berkemah di utara Madinah, di bukit gunung Sala. Kaum muslim mulai menggali parit sedalam 7 meter, selebar 15 meter sepanjang 10 km untuk menghambat pasukan musuh.
      Nabi membuat peta penggalian dan membagi kelompok penggalian. Penggalian parit berlangsung 6 hari dikerjakan tanpa berhenti siang dan malam, karena pasukan musuh dalam perjalanan.
      Jumlah pasukan kafir lebih banyak dibandingkan jumlah seluruh penduduk Madinah dan mereka bersenjata lebih lengkap siap menghancurkan umat Islam di Madinah.
      Waktu itu musim dingin sehingga umat muslim kekurangan makanan. Para sahabat mengganjal perutnya dengan batu, Nabi mengganjal perutnya dengan dua buah batu untuk menahan lapar.
      Nabi Bersabda,”Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan akhirat. Ampunilah kaum Ansar dan Muhajirin. Mereka menjawab, ”Kami telah berbaiat kepada Nabi Muhammad. Kami siap berjihad selama masih hidup.”
      Nabi Muhammad ikut terlibat langsung menggali, mengangkat bebatuan, tanah dan bebatuan galian ditaruh di sisi pasukan Nabi. Bongkahan bebatuan diletakkan di depan pasukan Nabi sebagai tameng pelindung dan sebagai senjata untuk melempari pasukan musuh.
      Mukjizat Nabi Muhammad dalam Perang Parit adalah berikut ini.
      Ke-1, Jabir bin Abdullah melihat Nabi amat lapar, dia pulang ke rumah menyembelih seekor domba kecil dan istrinya memasak satu sak tepung gandum. Setelah masak Jabir membisiki Nabi Muhamad agar datang ke rumahnya dengan beberapa sahabat saja.
      Nabi berdiri di atas sebuah batu mengumumkan kepada sekitar seribu orang yang menggali parit. “Wahai kaum Muhajirin dan Ansar. Marilah kita makan di rumah Jabir.” Jabir terkejut dan pucat, “Innalillahi.”
      Jabir memasak hanya cukup beberapa orang saja, tetapi Nabi Muhammad mengajak semua orang yang berada di parit, sekitar seribu orang, untuk makan di rumahnya.
      Jabir berlari pulang menjumpai istrinya, mengabarkan Nabi akan datang beserta semua orang. Istri Jabir pucat sambil berkata, ”Nabi Muhammad berpesan apa?” Jabir menjawab, “Tempat masakan, jangan disentuh.”
      Sungguh aneh, makanan yang sedikit, tetapi cukup dimakan seribu orang yang tidak makan selama tiga hari, setelah tiap sepuluh orang bergantian makan, semuanya  kenyang, makanan masih bersisa.
      Ke-2, Nukman bin Basyir datang ke penggalian parit membawa setangkup kurma untuk diberikan ayah dan pamannya. Dia lewat di dekat Nabi, Nabi meminta kurma tersebut, lalu kurma diletakkan di atas selembar kain.
      Nabi memanggil semua orang yang menggali parit untuk memakannya, semua orang sudah makan, tetapi kurma masih bersisa. Bahkan jumlahnya lebih banyak sebagian tercecer keluar hamparan kain. 
      Ke-3, Al-Barra berkata, “Kami menggali parit menemukan batu besar yang amat keras yang tidak dapat dipecah. Kami melaporkan kepada Nabi, lalu Nabi turun mendekati batu tersebut dan mengangkat cangkul sambil bersabda, “Bismillah, Allahu akbar.” Dengan tiga kali pukulan, batu keras itu hancur berkeping-keping.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004.
4. Hatta, Ahmad. Tafsir  Al-Quran Per Kata. Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah. Penerbit Pustaka Maghfirah. Jakarta, 2011.
5. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
6. Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment