Wednesday, May 30, 2018

860. SALMAN

SALMAN AL-FARISI,
MENCARI NABI DARI PERSIA HINGGA MADINAH
oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Salman Al-Farisi (lahir tahun 568 Masehi di Persia, Iran dan meninggal tahun 657 Masehi di Irak), selama berada di Madinah Salman Al-Farisi dipanggil dengan nama Abu Abdullah.
      Salman Al-Farisi lahir di desa Jayyu, Asfahah di Persia, Iran, anak kesayangan seorang pemimpin desa beragama Majusi yang menyembah api. Salman Al-Farisi masih remaja bertugas menjaga api agar tidak padam.
      Ketika Salman dalam perjalanan menuju ladang, dia mendengar suara kebaktian di gereja, lalu Salman tertarik belajar agama Kristen.
      Orang-orang Kristen dari negeri Syam datang mengunjungi rumah orang tua Salman, akibatnya Salman dikurung di rumah oleh ayahnya dan dilarang bergaul dengan orang asing.
     Salman Al-Farisi minggat dari rumah mengikuti rombongan pedagang Syam.  Setiba di Syam Salman Al-Farisi menempati komplek gereja sebagai pelayan jemaat bersama seorang uskup.
      Uskup orang jahat yang menyalahgunakan jabatannya, memerintahkan orang bersedekah, tetapi hasilnya untuk kekayaan pribadinya sendiri.
     Uskup meninggal, masyarakat akan melakukan pemakaman. Salman Al-Farisi membuka rahasia bahwa uskup adalah orang jahat, ditunjukkan tempat penyimpanan perhiasan yang tersembunyi, ditemukan tujuh kotak emas dan perak.
      Masyarakat marah, jenazah uskup dilempari batu dan mereka memilih uskup baru yang baik, tekun beribadah, berbudi pekerti luhur. Uskup yang baik meninggal dunia, telah memberikan rekomendasi agar Salman Al-Farisi menjumpai uskup di Al-Maushil.
      Salman Al-Farisi mendatangi uskup di Al-Mausahl dan menjelaskan masalahnya.      Uskup di Al-Maushil orangnya baik, sikap dan perilakunya terpuji. Sebelum uskup meninggal telah merekomendasikan agar Salman Al-Farisi menjumpai uskup di Nashibin.
      Salman Al-Farisi mendatangi uskup di Ammuriyah, Romawi, dan tinggal bersamanya. Salman Al-Farisi telah memiliki sejumlah sapi dan kambing. Sebelum meninggal, uskup berwasiat tentang akan munculnya nabi baru yang membawa ajaran agama Ibrahim di negeri Arab.
    Uskup memberikan ciri-ciri tempat hijrah nabi baru di wilayah Arab yang diapit gunung berbatu hitam dan banyak ditumbuhi pohon kurma. Uskup berpesan kepada Salman, “Jika kamu sanggup, pergilah ke sana.”
     Uskup menyampaikan tanda-tanda kenabian yang tampak dari luar dan dapat dilihat dengan mata manusia.
      Ke-1, Nabi baru  tidak mau menerima sedekah. Ke-2, Nabi baru mau menerima hadiah. Ke-3, Nabi baru mempunyai stempel kenabian berupa benjolan kecil di punggung belakang di antara kedua bahunya.
     Salman Al-Farisi menjumpai rombongan pedagang dari Arab dan menyampaikan maksudnya untuk ikut rombongan pergi ke negeri Arab. 
      Rombongan bersedia membawa ke negeri Arab dengan imbalan beberapa ekor sapi dan kambing, tetapi rombongan pedagang Arab berbuat jahat, Salman Al-Farisi dijadikan budak dan dijual di pasar Arab.
      Salman Al-Farisi dibeli orang dan dibawa pulang ke Madinah yang banyak tumbuh pohon kurma, tetapi Salman Al-Farisi belum yakin bahwa Madinah adalah wilayah munculnya nabi baru.
     Salman Al-Farisi dibeli dan dibawa ke daerah kaum Yahudi Bani Quraizhah di Madinah. Salman mulai yakin bahwa Madinah adalah wilayah nabi baru seperti dijelaskan uskup di Ammuriyah.
    Nabi Muhammad masih berada di Mekah, Salman Al-Farisi bekerja sebagai budak merawat pohon kurma untuk majikannya, lalu Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah dan tinggal di Quba.
      Salman Al-Farisi berada di atas pohon kurma ketika seseorang berteriak, “Orang-orang berkumpul di Quba menyambut orang dari Mekah, mereka mengatakan bahwa dia adalah nabi.” Salman Al-Farisi hampir terjatuh mendengar teriakan orang tersebut. 
     Pertemuan pertama, Salman Al-Farisi mendatangi Nabi di Quba dengan membawa makanan untuk diberikan kepada Nabi.
      Salman Al-Farisi berkata, “Aku mendengar bahwa engkau orang baik, engkau memiliki sahabat yang membutuhkan bantuan, aku membawa sedekah untuk kalian.”
      Nabi menerima sedekah dan para sahabat memakannya, tetapi Nabi tidak ikut makan. Salman Al-Farisi bergumam, “Ini bukti pertama bahwa nabi baru tidak mau makan harta sedekah.” Salman Al-Farisi izin kembali ke rumah majikan.
     Pertemuan kedua, Nabi Muhammad telah pindah dari Quba ke Madinah. Salman Al-Farisi mendatangi Nabi dengan membawa makanan. Salman Al-Farisi berkata, “Saya melihat engkau tidak makan harta sedekah, saya datang membawa hadiah untukmu, terimalah hadiah khusus dariku untukmu.”
      Nabi menerima hadiah tersebut dan ikut menikmatinya bersama para sahabat. Salman Al-Farisi bergumam,”Ini bukti kedua bahwa nabi baru mau makan harta hadiah.” 
      Pertemuan ketiga, Nabi Muhammad mengantar jenazah di pemakamam Baqi, Madinah. Nabi sedang duduk bersama para sahabat, Salman Al-Farisi memilih duduk di belakang Nabi. 
      Salman Al-Farisi ingin melihat stempel kenabian di punggung Nabi dan Nabi menyadarinya, lalu Nabi melepaskan baju dari punggungnya. Salman Al-Farisi melihat stempel tanda kenabian dengan jelas berada di punggung Nabi seperti yang disampaikan uskup di Ammuriyah.
     Salman Al-Farisi menangis, mendekat ke arah Nabi, merangkul, dan mencium punggung Nabi. Nabi bersabda, “Berputarlah, menghadap kepadaku dan ceritakan semuanya.”
      Salman Al-Farisi bercerita riwayat hidupnya, kisah perjalanannya mencari nabi baru, berangkat dari Persia, Iran hingga di Madinah, Arab Saudi. Nabi dan para sahabat mendengarkan dengan saksama.
      Salman Al-Farisi kembali bekerja sebagai budak dan tidak ikut dalam Perang Badar, Perang Uhud, dan perang lainnya karena masih berstatus budak.
      Nabi bersabda,”Wahai Salman, tulislah perjanjian dengan majikanmu agar kamu bebas.” Salman Al-Farisi menulis perjanjian dengan majikannya supaya terlepas dari status budak dengan menanam 300 pohon kurma dan membayar 40 ons emas.
     Nabi bersabda, “Wahai para sahabat, bantulah saudaramu Salman Al-Farisi untuk membebaskan dirinya.” Semua para sahabat berebut membantu, Nabi ikut menanam pohon kurma dengan tangan beliau sendiri.
      Nabi membawa emas sebesar telur ayam seberat 40 ons diberikan kepada Salman untuk membayar kebebasan dirinya dari satus budak menjadi orang merdeka.
    Salman Al-Farisi menjadi orang merdeka langsung mengikuti Perang Khandaq (Perang Parit). Salman Al-Farisi mengusulkan ide yang cemerlang dengan membuat parit mengelilingi Madinah untuk menghambat pergerakan pasukan kafir.
     Pasukan kafir frustasi, meskipun berjumlah lebih banyak, tetapi hanya berputar-putar saja, tidak mampu masuk menyerang. Pasukan Islam hanya bertahan, pengepungan berlangsung lebih dari sebulan, tetapi tidak menghasilkan apa-apa.
      Muncul angin topan, pasukan kafir kocar-kacir dan mereka kembali ke tempat asal masing-masing. Umat Islam Madinah selamat, sejak saat itu, Salman Al-Farisi  selalu terlibat dalam peperangan membela Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
6. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
7. Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment