Sunday, June 24, 2018

902. KHAIR

ZAID AL-KHAIR BADUI 
YANG DICINTAI ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Zaid Al-Khoil adalah seorang Badui pedalaman yang jauh dari Madinah, dia telah memeluk Islam, Zaid Al-Khoil berangkat menuju ke Madinah dengan menunggang seekor unta, selama 15 hari perjalanan. .
      Zaid Al-Khoil tiba di Madinah, mengikat untanya di luar Masjid Madinah, dan masuk ke dalam masjid menjumpai Nabi Muhammad. Zaid Al-Khoil berkata,”Ya Nabi, saya telah melelahkan untaku selama 9 hari, saya menuntunnya selama 6 hari terus menerus tanpa berhenti.”
   Zaid Al-Khoil melanjutkan,”Saya berpuasa di siang hari, jarang tidur di malam hari, sehingga untaku sangat lelah, semuanya saya lakukan untuk menanyakan dua hal hingga saya sulit tidur.”  
      Nabi memandang si Badui dengan kagum karena seorang muslim biasa, orang yang sederhana telah berjuang begitu beratnya dengan menempuh perjalanan jauh, berjalan selama 15 hari untuk memperoleh penjelasan langsung dari Nabi.
      Nabi bersabda, “Siapakah namamu?” Si Badui menjawab, “Nama saya, Zaid Al-Khoil (Zaid, si unta)”. Nabi tampaknya kurang berkenan dengan nama itu, Nabi bersabda,”Oh, jadi namamu Zaid Al-Khair (Zaid yang penuh kebaikan).”
      Nabi ingin mengganti namanya, dia berkata,”Benar, ya Nabi, nama saya Zaid Al-Khair.” Zaid Al-Khair sangat senang dengan nama barunya karena yang memberi nama Nabi sendiri.
           Nabi bersabda,”Sekarang, silakan bertanya kepadaku.” Zaid Al-Khair berkata,” Ya, Nabi, saya ingin bertanya tentang tanda-tanda orang yang dicintai Allah dan ciri-ciri orang yang dibenci Allah.” Nabi bersabda,” Untung, untung,…”
    Nabi sangat gembira mendengar pertanyaannya, tidak keliru jika namanya Al-Khair, yang penuh kebaikan. Nabi bersabda,”Wahai Zaid Al-Khair, bagaimanakah keadaanmu sekarang?”  Zaid Al-Khair menjawab,”Saya sekarang senang dengan amal kebaikan, suka dengan orang yang berbuat kebaikan, dan gembira dengan tersebarnya kebaikan.”
      Zaid Al-Khair melanjutkan,”Saya menyesal, jika tidak ikut berbuat amal kebaikan, saya selalu rindu untuk berbuat kebaikan karena jika saya berbuat kebaikan, pasti Allah akan memberikan pahalanya.”
    Nabi bersabda, “Ya, itulah tanda-tanda orang yang dicintai oleh Allah, apabila Allah membencimu, tentulah kamu akan melakukan yang berlawanan dengan itu, yaitu kamu akan senang berbuat keburukan, suka berbuat jahat, dan gembira dengan orang yang berbuat kejelekan.”
      Zaid Al-Khair berkata,”Sudah cukup, ya Nabi” Seolah dia tidak ingin Nabi melanjutkan penjelasannya. Zaid Al-Khair mengucapkan terimah kasih, pamit keluar masjid, dia menunggang untanya, dan kembali pulang.
      Wajah Nabi sumringah, tanda beliau amat gembira, karena seorang musafir datang dari jauh, tidak bergaul dengan Nabi, tetapi dia merasakan nuansa kasih sayang Allah yang begitu mendalam.
      Seorang Badui “ndeso” berasal dari daerah pedalaman, wilayah yang “adoh kawat”, tetapi dapat menikmati kasih sayang Nabi, seperti yang dirasakan oleh para sahabat yang setiap hari berada di sekitar Nabi Muhammad.  
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.
5. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
6. Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment