Khutbah Jumat
ABU LAHAB DAN BUKTI KEBENARAN AL-QURAN
Khutbah-1
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ
نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْر
أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا مَنْ
يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ
رَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سيد نا
مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ
وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
Para jamaah yang berbahagia,
Marilah kita selalu meningkatkan takwa kepada Allah SWT dengan
menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Para jamaah yang berbahagia,
Al-Quran
surah Al-Lahab ( surah ke-111) ayat 1-5.
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa
yang ia usahakan.Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan
(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari
sabut.
Para jamaah yang berbahagia,
Banyak bukti yang menunjukkan kebenaran Al-Quran, salah satunya adalah surah
Al-Lahab (surah ke-111) dari 114 surah dalam Al-Quran yang berisi 5 ayat.
Menurut Ibnu Abbas, “azbabun nuzul” (penyebab turunnya) ayat ini berkenaan dengan sikap dan perilaku
Abu Lahab terhadap Nabi Muhammad.
Para jamaah yang berbahagia,
Abu Lahab adalah pakdenya Nabi, besannya Nabi, rumahnya berdempetan
dengan rumah Nabi, dan dua putri Nabi dengan Khadijah (Ruqaiyah dan Umi Kulsum),
dinikahkan dengan Utbah dan Utaibah (dua putra Abu Lahab), mereka dinikahkan
sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi
rasul.
Nabi Muhammad mendapatkan wahyu pertama di gua Hira di puncak gunung
Jabal Nur melalui malaikat Jibril sekitar umur 40 tahun.
Ketika Nabi diangkat menjadi Rasul, maka Abu Lahab sangat amat murka,
lalu kedua putranya diperintahkan agar menceraikan dua putri Nabi, dan sejak
saat itu, hampir setiap hari Abu Lahab
dan istrinya mengganggu Nabi Muhammad dengan kasar dan biadab.
Abu Lahab dan istrinya selalu menyebarkan kabar bohong tentang Nabi,
memasang duri, melontarkan kotoran, melempari dengan batu, dan perbuatan jahat
lainnya kepada Nabi Muhammad yang ketika itu, Nabi diam saja dan tidak
membalasnya, karena Abu Lahab adalah
saudara kandung ayah Nabi sendiri.
Ketika mendengar Abdullah (putra Nabi) yang masih kecil wafat, maka Abu
Lahab amat gembira dan seketika itu dia menjumpai teman-temannya, berteriak
dengan keras bahwa Nabi Muhammad telah terputus dari rahmat Allah.
Setelah turun surat Asy-Syuara (surah ke-26) ayat 214 memerintahkan Nabi
Muhammad untuk berdakwah secara terbuka, maka Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terbuka.
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ
الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang
dekat.
Nabi Muhammad mengundang Bani Hasyim untuk rapat keluarga (hadir 45
orang), tetapi sebelum Nabi Muammad berbicara, Abu Lahab langsung menyela lebih
dahulu, “Semua yang hadir di sini adalah paman-pamanmu sendiri dengan
anak-anaknya, segeralah kamu bicara, jika ingin berbicara, jangan bersikap
kekanakan.”
Abu Lahab melanjutkan, “Ketahuilah, bahwa tidak ada orang Arab yang
berani mengernyitkan dahi kepada keluarga kami. Dengan begitu, aku berhak
menghukummu, biarkan urusan keluarga bapakmu. Jika kamu tetap bertahan pada
urusanmu ini, maka itu lebih mudah bagi mereka daripada semua kabilah Quraisy
menyerangmu.”
“Jangan sampai semua bangsa Arab ikut campur tangan, karena selama ini
tidak ada seorang pun dari keluarga bapakmu yang berbuat macam-macam,” tegas
Abu Lahab. Ketika itu, Nabi Muhamad diam
saja dan tidak berbicara sepatah pun.
Pada kesempatan yang lain, Nabi Muhammad mengundang keluarga Bani Hasyim
lagi, tetapi kali ini Nabi Muammad bersabda,”Segala puji bagi Allah dan saya
memuji-Nya. Saya memohon pertolongan, yakin, dan tawakal kepada-Nya. Saya bersaksi
bahwa tidak ada tuhan, selain Allah semata dan tidak ada sekutu bagi Allah.”
Nabi
Muhammad melanjutkan, ”Sesungguhnya, seorang pemandu tidak akan mendustakan
keluarganya. Demi Allah, yang tidak ada tuhan selain Dia. Sesungguhnya saya
adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum.”
“Demi Allah, sungguh kalian akan mati layaknya orang tidur nyenyak dan akan
dibangkitkan lagi bagaikan bangun tidur. Kita akan dihisab terhadap apa saja
yang kita perbuat. Kemudian, di sana nanti akan ada surga yang abadi dan neraka
yang kekal pula,” lanjut Nabi Muhammad.
Abu Lahab berteriak, “Demi Allah, ini kabar buruk, langsung ambil
tindakan terhadapnya, sebelum orang lain yang melakukannya.” “Demi Allah, kami
akan tetap melindunginya, selama kami masih hidup,“ jawab Abu Thalib (paman
Nabi yang lain) yang menjadi Kepala Suku
Quraisy saat itu.
Menurut sejarah, ayah Nabi (Abdullah) wafat umur 25 tahun, ketika Nabi Muhammad
belum lahir, sedangkan Aminah (ibu Nabi)
meninggal saat usia Nabi 6 tahun.
Kemudian Abdul Muththalib (kakek Nabi) yang mengasuh Nabi selama 2 tahun
(sejak Nabi berumur 6 sampai 8 tahun), kemudian Abu Thalib yang menjadi bapak asuh Nabi Muhammad,
sejak beliau berusia 8 sampai 50 tahun
Mulai saat itu, Nabi Muhammad merasa yakin terhadap janji Abu Thalib
untuk melindunginya, maka pada suatu hari Nabi Muhammad mengundang semua suku Quraisy
untuk berkumpul di bukit Safa.
Nabi Muhammad berdiri di atas batu besar dan berseru, ”Wahai semua suku
kaum Quraisy, bagaimana pendapat kalian, jika kukabarkan bahwa di sekitar
lembah ini ada pasukan yang mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku?”
“Ya, benar,” jawab mereka, “kami menyaksikan engkau tidak pernah berbohong,
pengalaman kami selama ini engkau selalu jujur.”
Nabi Muhammad melanjutkan,”Sesungguhnya saya memberi peringatan kepada
kalian, sebelum datangnya azab yang pedih.” Abu Lahab murka, “Celakalah kamu
Muhammad, apakah kamu mengumpulkan kami hanya untuk ini!” Kemudian turunlah surah
Al-Lahab (surah ke-111), “Celakalah ke dua tangan Abu Lahab.”
Surah Al-Lahab (surah ke-111) turun ketika Nabi Muhammad berumur 43
tahun, surah ini diterima Nabi melalui malaikat Jibril, 12 tahun sebelum Abu Lahab meninggal dunia.
Surah Al-Lahab (surah ke-111) menjelaskan dengan yakin dan gamblang,
bahwa Abu Lahab dan isterinya pasti dilemparkan ke dalam neraka Jahanam,
padahal ketika surah Al-Lahab ini turun kepada Nabi Muhammad, Abu Lahab dan
isterinya masih segar bugar, artinya Abu Lahab masih hidup selama 12 tahun lagi sejak ayat tersebut diturunkan.
Berarti,
selama 12 tahun, masih banyak peristiwa
yang akan terjadi, tetapi Al-Quran dengan yakin, tegas, dan jelas telah
memastikan Abu Lahab dan istrinya akan dimasukkan ke dalam neraka, ternyata
Al-Quran Terbukti benar
Abu Lahab dan istrinya memiliki kesempatan selama 12 untuk membuktikan bahwa
Al-Quran salah dan keliru. Jika Abu Lahab ingin menunjukkan Al-Quran salah dan keliru
sangat gampang, yaitu Abu Lahab dan istrinya masuk Islam.
Jika Abu Lahab membaca “dua kalimat syahadat” (Saya bersaksi tidak tuhan
selain Allah, dan saya bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah), artinya jika Abu
Lahab atau istrinya masuk Islam, maka surah Al-lahab terbukti salah.
Jika Abu lahab ingin membuktikan Al-Quran salah, maka Abu Lahab cukup menyatakan
masuk Islam, maka surah Al-Lahab salah dan terbukti ada ayat dalam Al-Quran
yang salah dan keliru.
Jika Abu Lahab dan istrinya masuk Islam berarti Al-Quran terbukti salah
dan terbukti keliru! Tetapi kenyataannya, hal itu tidak pernah terjadi, karena selama
12 tahun Abu Lahab hidup, sejak surah
Al-Lahab turun, sampai matinya dia tetap kafir.
Padahal selama 12 tahun itu banyak saudara dan teman Abu Lahab yang
berikrar masuk Islam, tetapi kenyataannya sampai meninggal dunia Abu Lahab
tetap kafir dan tetap tidak beriman
kepada Allah dan rasul-Nya.
Mengapa? Karena Al-Quran adalah wahyu dari Allah yang dikirimkan kepada
Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, Al-Quran bukan karangan Nabi Muhammad
dan bukan hasil literasi atau karya tulis Nabi Muhammad.
Jadi, kisah Abu Lahab ini yang termuat dalam surah Al-Lahab (surah
ke-111) dalam Al-Quran adalah salah satu bukti kebenaran Al-Quran. Subhanallah
(Maha Suci Allah).
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
وَ
نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْم
وَتَقَبَّلَ
مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
duduk
0 comments:
Post a Comment