HUDAIBIYAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tujuh kata yang
dihapus oleh Nabi Muhammad dalam Perjanjian Hudaibiyah?” Profesor Quraish
Shihab menjelaskannya
1. Dalam sejarah Islam dikenal Perjanjian
Hudaibiyah.
a. Pada tahun ke-6 Hijriah terjadi
kesepakatan perdamaian.
b. Antara Nabi Muhammad dengan Suhail bin
Amr yang ketika itu mewakili mayoritas penduduk Mekah yang masih musyrik.
2. Perjanjian Hudaibiyah dinilai oleh banyak
sahabat Nabi Muhammad sebagai sangat menguntungkan kaum kafir Quraisy.
3. Meskipun banyak ahli Al-Quran yang
kemudian menilai bahwa Allah menyebutnya dengan “fathul mubin” (kemenangan yang
sangat jelas bagi kaum Muslim).
4. Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-48)
ayat 1.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
5. Orang yang mendatangi Muhammad untuk
memeluk agama Islam, harus dikembalikan, tetapi orang yang meninggalkan beliau
menuju Mekah tidak dapat dikembalikan.
6. Demikian salah satu butir perjanjian yang
sulit dipahami oleh para sahabat Nabi Muhammad.
7. Para sahabat bertanya,“Mengapa perjanjian
seperti itu disepakati oleh Nabi Muhammad?”
8. Reaksi yang ditimbulkannya belum seberapa
apabila dibandingkan dengan penghapusan tujuh kata yang dilakukan oleh Nabi
ketika merumuskan Perjanjian Hudaibiyah tersebut.
9. Nabi Muhammad bersabda,”Wahai Ali,
tulislah Bismillahir rahmanir rahim.” Ali pun segera menuliskannya.
10. Tetapi Suhail bin Amr dengan cepat berkata,”Kami tidak mengenal
Ar-Rahman, hapuslah kata itu dan gantilah dengan “Dengan namamu, wahai Tuhan”.
11. Nabi Muhammad menyetujui dan
memerintahkan untuk menghapus basmalah tersebut.
12. Nabi Muhammad bersabda,”Inilah perjanjian
antara Muhammad Rasulullah dengan Suhail bin Amr.”
13. Suhail bin Amr berkata,”Tidak, tidak! Jika
kami mengakuimu sebagai utusan Allah, maka kami tidak akan memerangimu. Hapuslah
itu dan gantilah dengan Muhammad bin Abdullah”.
14. Sekali lagi Nabi Muhammad menyetujuinya
sambil bersabda,”Demi Allah, aku adalah utusan Allah, meskipun kalian
mengingkarinya, hapuslah kata tersebut wahai Ali!”.
15. Ali bin Abi Thalib tampak ragu untuk
menghapusnya dan para sahabat yang lain menggerutu.
16. Umar bin Khattab berkata,”Mengapa kita
harus menerima kehinaan bagi agama kita?”
17. Nabi Muhammad bersabda,”Tenanglah wahai
Umar, aku adalah utusan Allah”.
18. Nabi Muhammad mengambil konsep naskah
perjanjian tersebut lalu menghapusnya dengan tangan beliau sendiri
kalimat,”Muhammad Rasul Allah”.
19. Demikianlah, Nabi Muhammad menghapus
tujuh kata dalam konsep Perajnian Hudaibiyah.
1) Bismi.
2) Allah.
3) Rahman.
4) Rahim.
5) Muhammad.
6) Rasul.
7) Allah.
20. Peristiwa ketika menyusun konsep
Perjanjian Hudaibiyah tersebut, menunjukkan betapa luwes dan sabarnya sikap Nabi
Muhammad menghadapi kaum musyrik untuk mencapai perdamaian.
21. Padahal Nabi Muhammad sadar bahwa kaum
musyrik sebenarnya tidak paham, tidak
mau mengerti, dan hanya mencari-cari alasan saja.
22. Begitulah kaum kafir, ketika dalam “diskusi
ilmiah” mereka samakan dengan “pokrol” (pandai berbantah, berdebat, berputar lidah,
dan sebagainya).
23. Kaum kafir hanya pandai berdebat,
membantah, dan berputar lidah saja.
a. Keluwesan mereka nilai sebagai kelemahan.
b. Perjanjian yang telah disetujui dilanggarnya
sendiri.
c. Yang diperlukan adalah ketegasan terhadap
kaum kafir.
d. Meskipun masih selalu diliputi rahmat dan
kasih sayang sesama manusia.
24. Pada tahun ke-8 Hijriah, pasukan Nabi Muhammad
memasuki kota Mekah.
a. Sebagai sanksi hukuman atas pelanggaran perjanjian
Perjanjian Hudaibiyah.
b. Nabi Muhammad mengingatkan untuk tidak
menumpahkan darah.
c. Beliau menolak para sahabat yang
bermaksud menjadikan hari tersebut sebagai hari pembalasan.
d. Nabi Muhammad bersabda,”hari ini adalah
hari kasih sayang.”
25. Nabi Muhammad mengumandangkan semboyan,”Saudara
sebangsa yang mulia dan putra saudara sebangsa yang mulia”.
26. Sungguh agung akhlak Nabi Muhammad dan alangkah
wajarnya kita mencontoh dan meneladaninya.
Daftar Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan
Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran.
Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver
3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment