PENGABDIAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hakikat pengabdian menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab
menjelaskannya.
1. Kata “abdi” terambil dari kata “abd” yang
mengandung arti “tumbuhan yang memiliki aroma yang harum”, “anak panah”, dan
“sesuatu yang memilki hamba sahaya”.
2. Seorang “abdi” seharusnya menggambarkan
hal berikut ini.
a. Memberikan aroma yang harum bagi
lingkungannya.
b. Menjadi alat bagaikan alat panah.
c. Dimiliki secara penuh oleh si pemilik (orang
tempat dia mengabdi).
3. Hakikat pengabdian adalah berikut ini.
a. Pertama, seorang abdi menganggap dirinya
tidak mempunyai milik pribadi, semuanya milik tuannya, bahkan dirinya
adalah milik tuannya.
b. Kedua, semua kegiatannya dalam kehidupan
sehari-hari adalah untuk melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan
tuannya.
c. Ketiga, tidak memastikan sesuatu pun
tanpa izin dari tuannya.
4. Jika seseorang tidak menganggap sesuatu yang
berada dalam wewenangnya sebagai miliknya, maka segala kemampuannya akan
dikerahkan tanpa mempertimbangkan keuntungan apa pun.
5. Seseorang yang menjadikan segala usahanya
bertumpu pada sesuatu yang diperintahkan kepadanya.
a. Tidak akan mengisi waktunya dengan
sia-sia.
b. Tidak untuk memperebutkan kursi kebanggaan.
c. Tidak memperbanyak harta untuk kemegahan.
6. Jika seseorang tidak memastikan sesuatu pun,
kecuali setelah mendapatkan izin dari yang diabdi, maka apa pun cobaan dan
tugas yang dibebankan kepadanya akan dipikulnya dengan senang hati.
7. Kalau ketiga hal ini telah menghiasi jiwa
seseorang, maka dunia dengan segala gemerlapannya, iblis dengan berbagai tipu
dayanya, bahkan seluruh makhluk sekalipun, tidak akan memberi dampak negatif apa
pun bagi dirinya.
8. Kepada siapa pun seseorang mengabdi, misalnya
kepada Tuhan, kepada negara, atau mungkin kepada seorang manusia, ketiga
persyaratan yang disebutkan di atas harus terpenuhi untuk kesempurnaan
pengabdian.
9. Pernyataan seorang Muslim ketika salat, “Hanya
kepada-Mu kami mengabdi”, mengandung pengakuan berikut ini.
a. Hanya Allah yang memiliki wewenang dan
pemilikan yang penuh.
b. Seorang Muslim yang menyatakan hal ini
mengakui pula bahwa dirinya adalah hamba yang dimiliki oleh Allah.
10. Pengakuan berganda ini menghasilkan
kehadiran Allah secara terus menerus dalam benak si pengabdi, karena ketika kita
berkata “rumah”, maka yang terbayang hanya bentuk “rumah”.
11. Ketika kita berkata “rumah si A”, maka
yang hadir dalam benak kita adalah “rumah dan si A”, sehingga kehadiran si A inilah
yang menjadi pendorong bagi sempurnanya segala aktivitas.
12. Para ulama menjelaskan bahwa masih banyak
di antara kita belum menghayati secara benar arti ikrarnya sebagai “abdi Tuhan”
atau sebagai “abdi Negara”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment