MUHAMMADIYAH BANYAK WAJAH
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Satu Muhammadiyah Beragam Wajah Umatnya
2.
Oleh: Dr. Sholikh Al-Huda.
3.
Kepala
Pusat Pengkajian Islam dan Kemuhammadiyahan UnMuh Surabaya.
4.
Anggota
Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim.
5.
PWMU.CO –
Muhammadiyah secara norma ideologi dan organisasi memang satu, tetapi secara
realitas ditemukan beragam sikap atau wajah (dzu
wujuh) keagamaan warganya.
6. Sikap keagamaan, meminjam Syaiful
Hamdi, adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku
sesuai bentuk ideologinya.
7. Sikap adalah predisposisi bertindak
senang, setuju atau tidak terhadap obyek tertentu berdasar latar kejiwaan,
koneksi, afeksi, dan lingkungan.
8. Jika dikaitkan sikap keagamaan
Muhammadiyah berarti suatu pikiran dan polah tingkah laku sosial keagamaan
warga Muhammadiyah dalam menyikapi dan memposisikan Muhammadiyah yang seharusnya
dipengaruhi latar kejiwaan, afeksi, koneksi, lingkungan sosio-kultur, dan ideologi.
9. Keragaman sikap keagamaan warga
Muhammadiyah karena banyak faktor:
10. Ke-1: Faktor perbedaan cara
penafsiran (interpretasi) terhadap teks ideologi dan keputusan organisasi
Muhammadiyah dikaitkan konteks realitas masyarakat.
1) Teks ideologi Muhammadiyah adalah
ajaran, konsep, prinsip, nilai, manhaj, yang tertulis dan terdapat di buku yang
diputuskan dan disepakati Muhammadiyah.
2) Seperti dalam Matan Keyakinan dan
Cita-Cita Muhammadiyah (MKCH), Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM),
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, dan Maklumat atau
Fatwa Muhammadiyah.
3) Perbedaan cara tafsir berdampak pada
perbedaan pemahaman dalam melihat dan memposisikan Muhammadiyah di tengah
pergulatan realitas sosial-keagamaan di masyarakat.
4) Sehingga menghasilkan ragam sikap
keagamaan warga Muhammadiyah.
11. Ke-2: Faktor penyusupan (infiltrasi)
oleh ideologi Islam transnasional yang cenderung berbeda dengan ideologi
dan manhaj Muhammadiyah.
12. Islam transnasional adalah
gerakan Islam berasal dari luar Indonesia terutama dari Timur Tengah dan
berkembang di Indonesia, misalnya:
1) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
2) Ikhwanul Muslimin (IM).
3) Jamaah Salafi.
4) Front Pembela Islam (FPI).
13. Gerakan lslam transnasional memiliki
5 ciri (Ibnu Burdah,Kompas,
31/5/2018).
1)
Ke-1:
Simplistic model of Islam, dengan
mengembalikan semua persoalan langsung ke bunyi teks Quran dan Hadits.
2)
Ke-2: Mudah
melakukan ekslusi teologis terhadap praktek keIslaman Indonesia pada umumnya
atau kelompok Islam dengan penyebutan syirik, bid’ah, kafir, dan sebagainya.
3)
Ke-3:
Tidak ramah terhadap perbedaan dan keragamaan.
4)
Ke-4: Menggagungkan budaya Timur Tengah dan
meremehkan tradisi Islam di Nusantara.
5)
Ke-5:
Rendahnya komitmen dan loyalitas terhadap Negara Indonesia.
14. Ke-5 ciri di atas sangat berbeda
dengan karakter ideologi Muhammadiyah yang cenderung:
1)
Moderat.
2)
Terbuka.
3)
Ijtihadi.
4)
Inklusif-toleran.
5)
Cinta
damai.
6)
Politik
subtantif (NKRI dan Pancasila sebagai konsensus nasional).
7)
Welas asih (teologi
al-Maun).
15. Artinya secara ideologis, Islam
transnasional dan Muhammadiyah itu berbeda.
16. Jika ideologi Islam transnasional menyusup
ke warga Muhammadiyah, maka cenderung akan mengubah sikap keagamaannya.
17. Yakni dengan mengikuti pola,
tradisi, atau sikap keagamaan kelompok Islam transnasional.
18. Fenomena seperti ini sedang terjadi dan
meresahkan sebagian besar warga Muhammadiyah.
19. Satu
Muhammadiyah Beragam Wajah Umatnya
1)
Kajian
ragam orientasi dan sikap keagamaan Muhammadiyah pernah dilakukan akademisi.
2)
Seperti
riset Prof Abdul Munir Mulkhan dalam
buku Marhaenis Muhammadiyah (2010).
20. Ada 4 model sikap keagamaan warga
Muhammadiyah dikaitkan orientasi ideologi keagamaan dengan perilaku sosial.
1) Ke-1: Muhammadiyah ikhlas.
2) Ke-2: Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
3) Ke-3: Muhammadiyah-NU (Munu).
4) Ke-4: Muhammadiyah-Marhaenis
(Marmud).
21. Ada 3 wajah sikap keagamaan warga
Muhammadiyah.
1)
Ke-1:
Muhammadiyah-Salafi (Musa).
2)
Ke-2:
Muhammdiyah-HTI (Muhti).
3)
Ke-3:
Muhammadiyah-FPI (Mufi).
22. Karakter keagamaan Musa ingin
menampilkan kehidupan sosial keagamaan masa lalu yang dipraktikkan generasi salafus shalih karena
dianggap sunah.
1)
Seperti
memelihara jenggot, menghitamkan jidad, makan dengan 2 jari, mengharamkan
musik atau TV, berpakaian isbal
(celana di atas mata kaki alias cingkrang) atau berjubah.
2)
Wanita
harus bercadar.
3)
Cenderung
mengungkit masalah khilafiyah yang
dianggap bid’ah.
4)
Contohnya
tahlilan, nawaitu salat, ziarah
kubur, dan sebagainya.
5)
Dalam
komunikasi sering memakai idiom Arab.
23. Ke-2: Muhammadiyah-HTI (Muhti).
1)
Dipengaruhi
tradisi HTI, sepakat ide negara Islam atau khilafah
Islamiyah.
2)
Cenderung
mempersoalkan demokrasi yang dianggap sebagai kafir atau thaghut.
3)
Mempersoalkan
Pancasila yang dianggap tidak sesuai dengan Islam.
4)
Sistem
NKRI perlu diganti sistem khilafah.
5)
Dakwah
cenderung mobilisasi massa, demonstrasi di jalanan.
6)
Dalam
komunikasi memakai bahasa kearab-araban.
7)
Model
kajian sistem halaqah.
24. Ke-3: Muhammadiyah-FPI (Mufi).
1)
Terpengaruh
FPI, memandang
dakwah Muhammadiyah kurang berani nahi mungkar, hanya berani amar makruf.
2)
Muhamamdiyah
tidak tegas terhadap kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi di masyarakat.
3)
Strategi
dakwah Muhammadiyah disebut lembek, harusnya lebih tegas dan berani, seperti demonstrasi
atau swipping ke lapangan.
4)
Lebih
patuh mendengar seruan FPI dibanding Muhammadiyah dalam menyikapi masalah masyarakat.
5) Cenderung suka demo dengan pakaian
serba putih, bersorban, sering teriak takbir dalam pertemuan apa pun.
25. Rapatkan
Saf Jamaah
1) Kelompok sering menuduh Muhammadiyah
lemah, kurang Islami, dan tidak berani nahi mungkar oleh Prof Amin Abdullah
disebut oppositional Islam atau
kelompok ekstrimis jihadis.
2) Untuk menghindari warga Muhamamdiyah
pada sikap keagamaan itu diperlukan pembaharuan dalam kitab agama.
3) Mengantisipasi infiltrasi ideologi
Islam transnasional agar tidak semakin meluas ke dalam warga Muhammadiyah, diperlukan
penguatan tradisi keilmuan Islam lebih kontekstual-membumi.
4) Di antaranya memperluas sumber
kajian tidak hanya pada Islam klasik, tetapi perluasan sumber keilmuan
kontemporer Islam.
5) Seperti fillsafat, politik,
sosiologi, psikologi, ekonomi, dan sebagainya, terutama pada institusi
perguruan tinggi Muhammadiyah Fakultas Agama Islam (FAI) sebagai garda
terdepan.
6) Diperlukan konsolidasi organisasi
secara masif dan strategis dengan merapatkan saf jamaah
pada khittah dan ideologi Muhammadiyah.
(Sumber
: internet).
0 comments:
Post a Comment