Saturday, June 20, 2020

4710. MUHAMMADIYAH BANYAK WAJAH


MUHAMMADIYAH BANYAK WAJAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.      Satu Muhammadiyah Beragam Wajah Umatnya
2.    Oleh: Dr. Sholikh Al-Huda.
3.    Kepala Pusat Pengkajian Islam dan Kemuhammadiyahan UnMuh Surabaya.
4.    Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim.
5.    PWMU.CO – Muhammadiyah secara norma ideologi dan organisasi memang satu, tetapi secara realitas ditemukan beragam sikap atau wajah (dzu wujuh) keagamaan warganya.
6.    Sikap keagamaan, meminjam Syaiful Hamdi, adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku sesuai bentuk ideologinya.
7.    Sikap adalah predisposisi bertindak senang, setuju atau tidak terhadap obyek tertentu berdasar latar kejiwaan, koneksi, afeksi, dan lingkungan.
8.    Jika dikaitkan sikap keagamaan Muhammadiyah berarti suatu pikiran dan polah tingkah laku sosial keagamaan warga Muhammadiyah dalam menyikapi dan memposisikan Muhammadiyah yang seharusnya dipengaruhi latar kejiwaan, afeksi, koneksi, lingkungan sosio-kultur, dan ideologi.
9.    Keragaman sikap keagamaan warga Muhammadiyah karena banyak faktor:
10. Ke-1: Faktor perbedaan cara penafsiran (interpretasi) terhadap teks ideologi dan keputusan organisasi Muhammadiyah dikaitkan konteks realitas masyarakat.
1)    Teks ideologi Muhammadiyah adalah ajaran, konsep, prinsip, nilai, manhaj, yang tertulis dan terdapat di buku yang diputuskan dan disepakati Muhammadiyah.
2)    Seperti dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Muhammadiyah (MKCH), Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM), Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, dan Maklumat atau Fatwa Muhammadiyah.
3)    Perbedaan cara tafsir berdampak pada perbedaan pemahaman dalam melihat dan memposisikan Muhammadiyah di tengah pergulatan realitas sosial-keagamaan di masyarakat.
4)    Sehingga menghasilkan ragam sikap keagamaan warga Muhammadiyah.
11. Ke-2: Faktor penyusupan (infiltrasi) oleh ideologi Islam transnasional yang cenderung berbeda dengan ideologi dan manhaj Muhammadiyah.
12. Islam transnasional adalah gerakan Islam berasal dari luar Indonesia terutama dari Timur Tengah dan berkembang di Indonesia, misalnya:
1)    Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
2)    Ikhwanul Muslimin (IM).
3)    Jamaah Salafi.
4)    Front Pembela Islam (FPI).
13. Gerakan lslam transnasional memiliki 5 ciri (Ibnu Burdah,Kompas, 31/5/2018).
1)    Ke-1: Simplistic model of Islam, dengan mengembalikan semua persoalan langsung ke bunyi teks Quran dan Hadits.
2)    Ke-2: Mudah melakukan ekslusi teologis terhadap praktek keIslaman Indonesia pada umumnya atau kelompok Islam dengan penyebutan syirik, bid’ah, kafir, dan sebagainya.
3)    Ke-3: Tidak ramah terhadap perbedaan dan keragamaan.
4)     Ke-4: Menggagungkan budaya Timur Tengah dan meremehkan tradisi Islam di Nusantara.
5)    Ke-5: Rendahnya komitmen dan loyalitas terhadap Negara Indonesia.

14. Ke-5 ciri di atas sangat berbeda dengan karakter ideologi Muhammadiyah yang cenderung:
1)    Moderat.
2)    Terbuka.
3)    Ijtihadi.
4)    Inklusif-toleran.
5)    Cinta damai.
6)    Politik subtantif (NKRI dan Pancasila sebagai konsensus nasional).
7)    Welas asih (teologi al-Maun).

15. Artinya secara ideologis, Islam transnasional dan Muhammadiyah itu berbeda.
16. Jika ideologi Islam transnasional menyusup ke warga Muhammadiyah, maka cenderung akan mengubah sikap keagamaannya.
17. Yakni dengan mengikuti pola, tradisi, atau sikap keagamaan kelompok Islam transnasional.
18. Fenomena seperti ini sedang terjadi dan meresahkan sebagian besar warga Muhammadiyah.
19. Satu Muhammadiyah Beragam Wajah Umatnya
1)    Kajian ragam orientasi dan sikap keagamaan Muhammadiyah pernah dilakukan  akademisi.
2)    Seperti riset Prof Abdul Munir Mulkhan dalam buku Marhaenis Muhammadiyah (2010).

20. Ada 4 model sikap keagamaan warga Muhammadiyah dikaitkan orientasi ideologi keagamaan dengan perilaku sosial.
1)    Ke-1: Muhammadiyah ikhlas.
2)    Ke-2: Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
3)    Ke-3: Muhammadiyah-NU (Munu).
4)    Ke-4: Muhammadiyah-Marhaenis (Marmud).
21. Ada 3 wajah sikap keagamaan warga Muhammadiyah.
1)    Ke-1: Muhammadiyah-Salafi (Musa).
2)    Ke-2: Muhammdiyah-HTI (Muhti).
3)    Ke-3: Muhammadiyah-FPI (Mufi).

22. Karakter keagamaan Musa ingin menampilkan kehidupan sosial keagamaan masa lalu yang dipraktikkan generasi salafus shalih karena dianggap sunah.
1)    Seperti memelihara jenggot, menghitamkan jidad, makan dengan 2 jari, mengharamkan musik atau TV, berpakaian isbal (celana di atas mata kaki alias cingkrang) atau berjubah.
2)    Wanita harus bercadar.
3)    Cenderung mengungkit masalah khilafiyah yang dianggap bid’ah.
4)    Contohnya tahlilan, nawaitu salat, ziarah kubur, dan sebagainya.
5)    Dalam komunikasi sering memakai idiom Arab.

23. Ke-2: Muhammadiyah-HTI (Muhti).
1)    Dipengaruhi tradisi HTI, sepakat ide negara Islam atau khilafah Islamiyah.
2)    Cenderung mempersoalkan demokrasi yang dianggap sebagai kafir atau thaghut.
3)    Mempersoalkan Pancasila yang dianggap tidak sesuai dengan Islam.
4)    Sistem NKRI perlu diganti sistem khilafah.
5)    Dakwah cenderung mobilisasi massa, demonstrasi di jalanan.
6)    Dalam komunikasi memakai bahasa kearab-araban.
7)    Model kajian sistem halaqah.

24. Ke-3: Muhammadiyah-FPI (Mufi).
1)    Terpengaruh FPI, memandang dakwah Muhammadiyah kurang berani nahi mungkar, hanya berani amar makruf.
2)    Muhamamdiyah tidak tegas terhadap kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi di masyarakat.
3)    Strategi dakwah Muhammadiyah disebut lembek, harusnya lebih tegas dan berani, seperti demonstrasi atau swipping ke lapangan.
4)    Lebih patuh mendengar seruan FPI dibanding Muhammadiyah dalam menyikapi masalah masyarakat.
5)    Cenderung suka demo dengan pakaian serba putih, bersorban, sering teriak takbir dalam pertemuan apa pun.
25. Rapatkan Saf Jamaah
1)    Kelompok sering menuduh Muhammadiyah lemah, kurang Islami, dan tidak berani nahi mungkar oleh Prof Amin Abdullah disebut oppositional Islam atau kelompok ekstrimis jihadis.
2)    Untuk menghindari warga Muhamamdiyah pada sikap keagamaan itu  diperlukan pembaharuan dalam kitab agama.
3)    Mengantisipasi infiltrasi ideologi Islam transnasional agar tidak semakin meluas ke dalam warga Muhammadiyah, diperlukan penguatan tradisi keilmuan Islam lebih kontekstual-membumi.
4)    Di antaranya memperluas sumber kajian tidak hanya pada Islam klasik, tetapi perluasan sumber keilmuan kontemporer Islam.
5)    Seperti fillsafat, politik, sosiologi, psikologi, ekonomi, dan sebagainya, terutama pada institusi perguruan tinggi Muhammadiyah Fakultas Agama Islam (FAI) sebagai garda terdepan.
6)    Diperlukan konsolidasi organisasi secara masif dan strategis dengan  merapatkan saf jamaah pada khittah dan ideologi Muhammadiyah.
(Sumber : internet).





Related Posts:

0 comments:

Post a Comment