Tuesday, December 22, 2020

8183. KATA YANG DIHAPUS NABI DALAM PERJANJIAN HUDAIBIYAH

 


KATA YANG DIHAPUS NABI DALAM PERJANJIAN HUDAIBIYAH

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

 

 

 

Dalam sejarah Islam dikenal Perjanjian Hudaibiyah.

 

 

Yaitu kesepakatan perdamaian pada tahun ke-6 Hijriah.

 

 

Antara Nabi Muhammad dengan Suhail bin Amr yang mewakili penduduk musyrik Mekah.

 

 

 

para sahabat menilai Perjanjian Hudaibiyah sangat menguntungkan kaum kafir Quraisy.

 

 

Meskipun banyak ahli Al-Quran bahwa Allah menyebutnya dengan “fathul mubin” (kemenangan yang sangat jelas bagi kaum Muslim).

 

 

 

Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-48) ayat 1.

 

 

 

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ù„َا تُÙ‚َدِّÙ…ُوا بَÙŠْÙ†َ ÙŠَدَÙŠِ اللَّÙ‡ِ ÙˆَرَسُولِÙ‡ِ ۖ ÙˆَاتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡َ ۚ Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ سَÙ…ِيعٌ عَÙ„ِيمٌ

 

 

 

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

 

 

 

 

SALAH SATU ISI PERJANJIAN HUDAIBIYAH

 

 

Orang yang mendatangi Muhammad untuk memeluk agama Islam, maka harus dikembalikan.

 

 

Tetapi orang yang meninggalkannya menuju Mekah tidak dapat dikembalikan.

 

 

 

Butir perjanjian ini sulit dipahami oleh para sahabat Nabi.

 

 

Sahabat bertanya“Mengapa perjanjian seperti itu disepakati oleh Nabi?”

 

 Tetapi, reaksi yang ditimbulkanya belum seberapa dibanding penghapusan 7 kata yang dilakukan oleh Nabi saat  merumuskan Perjanjian Hudaibiyah itu.

 

 

 

Nabi bersabda,”Wahai Ali, tulislah ‘Bismillahir rahmanir rahim’.”

 

 

Ali pun segera menuliskannya.

 

 

Tetapi Suhail bin  Amr dengan cepat berkata,

 

 

”Kami tidak mengenal Ar-Rahman, maka hapuslah kata itu dan ganti dengan ‘Dengan namamu, wahai Tuhan’.”

 

 

 

Nabi menyetujui dan memerintahkan untuk menghapus “basmalah” itu.

 

 

Rasulullah bersabda,”Inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dengan Suhail bin Amr.”

 

 

 

Suhail bin Amr berkata,

 

 

”Tidak, tidak! Jika kami mengakuimu sebagai utusan Allah, maka kami tidak memerangimu. Hapuslah itu, dan ganti dengan ‘Muhammad bin Abdullah’.”

 

 

Sekali lagi Nabi menyetujuinya sambil bersabda,

 

 

”Demi Allah, aku adalah utusan Allah, meskipun kalian mengingkarinya, hapuslah kata itu wahai Ali!”

 

 

 

Ali bin Abi Thalib tampak ragu, dan para sahabat lain menggerutu.

 

 

 

Umar bin Khattab berkata,”Mengapa kita harus menerima kehinaan bagi agama kita?”

 

 

 

Nabi bersabda,”Tenanglah wahai Umar, aku adalah utusan Allah”.

 

 

 

Nabi mengambil konsep naskah perjanjian itu lalu menghapus dengan tangannya sendiri kalimat,”Muhammad Rasul Allah”.

 

 

 

Nabi menghapus 7 kata dalam konsep Perjanjian Hudaibiyah, yaitu:

 

1.          Bismi.

2.          Allah.

 

3.          Rahman.

4.          Rahim.

 

5.          Muhammad.

6.          Rasul.

 

7.          Allah.

 

 

 

Peristiwa saat menyusun konsep Perjanjian Hudaibiyah menunjukkan betapa luwes dan sabarnya sikap Nabi menghadapi kaum musyrik untuk mencapai perdamaian.

 

 

 

 

Padahal beliau sadar kaum musyrik sebenarnya tidak paham dan tidak mau mengerti.

 

 

 

Begitulah kaum kafir, ketika dalam diskusi ilmiah, mereka samakan dengan “pokrol”.

 

 

Yaitu hanya pandai berdebat, membantah, dan berputar lidah saja.

 

 

Keluwesan mereka nilai sebagai “kelemahan.

 

 

Perjanjian yang telah disetujui dilanggarnya.

 

 

Sehingga diperlukan ketegasan.

 

 

Meskipun masih selalu diliputi rahmat dan kasih sayang sesama manusia.

 

 

 

Ternyata kaum Quraisy yang melanggarnya sendiri.

 

 

Ketika pasukan Nabi masuk Mekah sebagai hukuman atas pelanggaran perjanjian itu, Nabi mengingatkan agar tidak menumpahkan darah.

 

 

Dan ditolaknya para sahabat yang ingin menjadikan hari itu sebagai hari pembalasan.

 

 

Nabi bersabda,”hari ini adalah hari kasih sayang.”

 

 

 Nabi mengumandangkan semboyan,”Saudara sebangsa yang mulia dan putra saudara sebangsa yang mulia”.

 

 

Sungguh agung akhlak Nabi Muhammad dan alangkah wajarnya kita mencontoh dan meneladaninya.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5. Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment