KATA YANG DIHAPUS NABI
DALAM PERJANJIAN HUDAIBIYAH
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Dalam
sejarah Islam dikenal Perjanjian Hudaibiyah.
Yaitu
kesepakatan perdamaian pada tahun ke-6 Hijriah.
Antara
Nabi Muhammad dengan Suhail bin Amr yang mewakili penduduk musyrik Mekah.
para
sahabat menilai Perjanjian Hudaibiyah sangat menguntungkan kaum kafir Quraisy.
Meskipun
banyak ahli Al-Quran bahwa Allah menyebutnya dengan “fathul mubin” (kemenangan
yang sangat jelas bagi kaum Muslim).
Al-Quran surah Al-Hujurat
(surah ke-48) ayat 1.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا
اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
SALAH SATU ISI PERJANJIAN
HUDAIBIYAH
Orang
yang mendatangi Muhammad untuk memeluk agama Islam, maka harus dikembalikan.
Tetapi
orang yang meninggalkannya menuju Mekah tidak dapat dikembalikan.
Butir
perjanjian ini sulit dipahami oleh para sahabat Nabi.
Sahabat
bertanya“Mengapa perjanjian seperti itu disepakati oleh Nabi?”
Tetapi, reaksi yang ditimbulkanya belum seberapa
dibanding penghapusan 7 kata yang dilakukan oleh Nabi saat merumuskan Perjanjian Hudaibiyah itu.
Nabi
bersabda,”Wahai Ali, tulislah ‘Bismillahir rahmanir rahim’.”
Ali
pun segera menuliskannya.
Tetapi
Suhail bin Amr dengan cepat berkata,
”Kami
tidak mengenal Ar-Rahman, maka hapuslah kata itu dan ganti dengan ‘Dengan namamu,
wahai Tuhan’.”
Nabi
menyetujui dan memerintahkan untuk menghapus “basmalah” itu.
Rasulullah
bersabda,”Inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dengan Suhail bin Amr.”
Suhail
bin Amr berkata,
”Tidak,
tidak! Jika kami mengakuimu sebagai utusan Allah, maka kami tidak memerangimu.
Hapuslah itu, dan ganti dengan ‘Muhammad bin Abdullah’.”
Sekali
lagi Nabi menyetujuinya sambil bersabda,
”Demi
Allah, aku adalah utusan Allah, meskipun kalian mengingkarinya, hapuslah kata itu
wahai Ali!”
Ali
bin Abi Thalib tampak ragu, dan para sahabat lain menggerutu.
Umar
bin Khattab berkata,”Mengapa kita harus menerima kehinaan bagi agama kita?”
Nabi
bersabda,”Tenanglah wahai Umar, aku adalah utusan Allah”.
Nabi
mengambil konsep naskah perjanjian itu lalu menghapus dengan tangannya sendiri
kalimat,”Muhammad
Rasul Allah”.
Nabi menghapus 7 kata dalam
konsep Perjanjian Hudaibiyah, yaitu:
1.
Bismi.
2.
Allah.
3.
Rahman.
4.
Rahim.
5.
Muhammad.
6.
Rasul.
7.
Allah.
Peristiwa
saat menyusun konsep Perjanjian Hudaibiyah menunjukkan betapa luwes dan
sabarnya sikap Nabi menghadapi kaum musyrik untuk mencapai perdamaian.
Padahal
beliau sadar kaum musyrik sebenarnya tidak paham dan tidak mau mengerti.
Begitulah
kaum kafir, ketika dalam diskusi ilmiah, mereka samakan dengan “pokrol”.
Yaitu
hanya pandai berdebat, membantah, dan berputar lidah saja.
Keluwesan
mereka nilai sebagai “kelemahan.
Perjanjian
yang telah disetujui dilanggarnya.
Sehingga
diperlukan ketegasan.
Meskipun
masih selalu diliputi rahmat dan kasih sayang sesama manusia.
Ternyata
kaum Quraisy yang melanggarnya sendiri.
Ketika
pasukan Nabi masuk Mekah sebagai hukuman atas pelanggaran perjanjian itu, Nabi
mengingatkan agar tidak menumpahkan darah.
Dan
ditolaknya para sahabat yang ingin menjadikan hari itu sebagai hari pembalasan.
Nabi
bersabda,”hari ini adalah hari kasih sayang.”
Nabi mengumandangkan semboyan,”Saudara
sebangsa yang mulia dan putra saudara sebangsa yang mulia”.
Sungguh
agung akhlak Nabi Muhammad dan alangkah wajarnya kita mencontoh dan
meneladaninya.
Daftar
Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan,
1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai
Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment