MUSH’AB BIN UMAIR
DIUTUS RASULULLAH DAKWAH DI MADINAH
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Mush'ab bin Umair
lahir di Mekah tahun 585 Masehi.
Mati syahid 625 Masehi
dalam Perang Uhud.
Ayahnya bernama Umair
bin Hasim, ibunya bernama Khunas binti Malik.
Mush'ab bin Umair
keturunan bangsawan suku Quraisy.
Termasuk “assabiqunal
awwalun” (orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam) yang dijamin
masuk surga selamanya.
Al-Quran surah
At-Taubah, surah ke-9 ayat 100.
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang terdahulu
dan pertama masuk Islam, di antara orang Muhajirin dan Ansar dan orang yang
mengikuti mereka dengan baik. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida
kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selamanya. Itulah kemenangan yang besar.
Mush’ab bin
Umair pemuda tampan, cerdas, berasal dari keluarga kaya yang
dihargai lingkungannya.
Karena banyak memberi
solusi dalam masyarakat Quraisy dan disenangi banyak gadis.
Mush’ab bin Umair
masuk Islam dan sering ikut pengajian Darul Arqam.
Bertempat di rumah
Arqam bin Abil Arqam yang tersembunyi.
Ketika Nabi Muhammad
masih berdakwah secara rahasia.
Ibunya sangat marah
mengetahui keislaman Mush’ab bin Umair.
Dia diinterogasi di
depan para pemimpin Quraisy.
Mush’ab bin Umair
tetap kukuh memeluk Islam.
Lalu dia dikurung
dalam rumah.
lbunya menghentikan
bantuan keuangan kepada Mush’ab.
Nabi Muhammad
memerintahkan umat Islam hijrah ke Habasyah.
Mush’ab bin Umair ikut
hijrah ke Habasyah.
Dia biasanya hidup
mewah, setelah masuk Islam hidupnya terlunta-lunta di negeri orang.
Tetapi dia amat
menikmatinya karena keimanan telah tertanam dalam hatinya.
Tersiar kabar pihak
Quraisy mengurangi tekanan terhadap orang Islam.
Para pengungsi dari
Habasyah pulang ke Mekah.
Termasuk Mush’ab
bin Umair menjumpai Nabi dan para sahabat.
Nabi Muhammad
menitikkan air mata melihat penampilan Mush’ab bin Umair.
Dia berpakaian usang
baju tambalan yang sangat kontras dengan penampilan dahulu sebelum masuk Islam.
Nabi bersabda,
”Dahulu saya melihat
Mush’ab bin Umair sangat dimanja orang tuanya.
Mendapat kesenangan
dan kenikmatan luar biasa.
Tetapi semuanya
ditinggallkan karena cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Pada musim haji
zaman jahiliah, para musafir datang ke Mekah untuk ibadah haji.
Nabi berdakwah kepada
Asad bin Zurarah (kepala suku Bani Najjar) yang menerima Islam dengan baik.
Musim haji tahun
berikutnya Nabi membaiat 12 orang.
Asad bin Zurarah
(kepala suku) mohon agar Nabi mengirim juru dakwah ke Madinah.
Nabi memilih Mush’ab
bin Umair pemuda cerdas, tampan, berbudi pekerti baik, dan berpengetahuan luas.
Untuk
melaksanakan tugas mulia sebagai mubalig pertama di Madinah.
Selama di
Madinah Mush’ab bin Umair menginap di rumah Asad bin Zurarah.
Mereka berdakwah
kepada Bani Abdul-Asyhal dan Bani Zhafar.
Keduanya duduk di
dekat sumur Maraq dengan beberapa orang yang telah masuk Islam.
Saad bin Muadz (kepala
suku) menyuruh Usaid bin Hudair (pemimpin Bani Asyhal) mendatangi Mush’ab bin
Umair dan Asad Zurarah dengan membawa tombak untuk mengusir mereka.
Usaid bin Hudair
berkata dengan wajah muram,
”Apakah yang kamu bawa
ke sini, apakah kalian akan menipu orang yang lemah di antara kami?”
Mushab bin Umair
berkata,
”Silakan duduk agar
engkau dapat mendengar apa yang kami sampaikan.
Jika engkau suka, maka
engkau dapat menerimanya.”
Mushab bin Umair
melanjutkan,
”Jika engkau
tidak suka, maka engkau tidak perlu menerima yang tidak engkau senangi.”
“Engkau cukup adil,”
jawab Usaid bin Hudair sambil menancapkan tombaknya ke tanah lalu duduk.
Mushab bin Umair menjelaskan
ajaran Islam dengan membacakan beberapa ayat Al-Quran.
Mushab bin Umair
berkata,
”Demi Allah, aku dapat
melihat rona Islam wajahnya sebelum dia sempat berbicara.
Aku melihat keceriaan
wajahnya dengan bibir bergerak komat-kamit.“
Usaid bin Hudair
berkata,
“Alangkah bagus dan
indahnya hal-hal yang engkau sampaikan.”
“Apa yang kalian
lakukan, jika ingin masuk agama ini?” lanjut Usaid.
Keduanya
menjawab,
”Hendaknya engkau
mandi, membersihkan pakaian, memberi kesaksian, lalu salat 2 rakaat.”
Usaid bin Hudair
beranjak mandi membersihkan bajunya dan berikrar kalimat syahadat.
Setelah salat 2
rakkat, Usaid bin Hudair Berkata,
”Di belakang saya, ada
seorang lelaki.
Jika dia mengikuti
kalian, maka seluruh kaumnya akan mengikutinya.”
Usaid bin
Hudair mengambil tombaknya.
Mendatangi Saad bin
Muadz (kepala suku) yang sedang berkumpul dengan kaumnya di balai pertemuan.
Saad bin Muadz
bertanya kepada Usaid,
”Apakah yang telah
engkau lakukan?”
Usaid bin Hudair
menjawab,
”Aku berbicara dengan
2 orang yang tidak punya kekuatan.”
Usaid bin Hudair
melanjutkan,
”Aku sudah
melarangnya.
Tetapi mereka
beralasan bahwa kami akan melakukan yang kamu sukai.
Karena aku pernah
menuturkan Bani Haritsah akan membunuh Asad bin Zurarah.
Karena dia anak bibimu
tampaknya mereka akan melanggar perjanjian.”
Saad bin Muadz marah
bangkit mengambil tombaknya menghampiri Mushab bin Umair dan Asad bin Zurarah.
Tetapi keduanya tetap
duduk tenang.
Saad bin Muadz
berkata,
”Demi Allah,
wahai Abu Umamah, aku tidak menginginkan hal ini.
Jika bukan karena
hubungan keluarga, aku tidak senang engkau datang ke kampung kami membawa
sesuatu yang tidak kami sukai”.
Mushab bin Umair
berkata,
”Bagaimana jika engkau
duduk mendengar yang aku sampaikan.
Jika engkau
suka, maka engkau dapat menerimanya.
Tetapi jika engkau
tidak suka, kami akan menjauhkan darimu apa yang tidak kamu senangi.”
“Kamu cukup adil,”
jawab Saad bin Muadz sambil menancapkan tombaknya lalu duduk.
Mushab bin Umair
menjelaskan ajaran Islam dengan membacakan beberapa ayat Al-Quran.
Mushab bin Umair
berkata,
”Demi Allah, aku sudah
dapat melihat raut Islam di dalam wajahnya.
Sebelum dia sempat
berbicara, aku melihat keceriaan wajahnya dengan bibir yang bergerak-gerak.”
Saad bin Muadz
berkata,
”Apakah yang
kalian lakukan, jika masuk Islam?“
Mushab bin Umair
menjawab,
“Hendaknya engkau
mandi, membersihkan pakaian, memberi kesaksian, lalu salat 2 rakaat.”
Saad bin Muadz segera
mandi, membersihkan pakaiannya, dan berikrar kalimat syahadat”.
Saad bin Muadz
mengambil tombaknya dan kembali ke balai pertemuan.
Saad bin Muadz berdiri
di depan kaumnya,
”Wahai Bani Abdil
Asyal, apakah yang kalian ketahui tentang aku?”
Mereka menjawab,
”Engkau
pemimpin kami, orang yang paling jitu pendapatnya dan nasihatnya pasti kami
ikuti.”
Saad bin Muadz
berkata,
”Siapa pun kalian,
pria dan wanita tidak boleh berbicara denganku, sebelum beriman kepada Allah
dan Rasul-NYa.”
Hari itu semuanya
sudah masuk Islam hanya tinggal seorang yang belum masuk Islam yaitu
Al-Ushairin.
Sebelum musim haji
tahun ke-13 kenabian, Mushab bin Umair kembali ke Mekah melaporkan kepada Nabi
Muhammad keberhasilan dakwahnya di Madinah.
Pemeluk Islam Madinah
siap melindungi umat Islam Mekah.
Dan siap menerima
kedatangan umat Islam Mekah di Madinah.
Nabi Muhammad umur 56
tahun terjadi Perang Uhud, Al-Ushairin masuk Islam langsung ikut berperang dan
mati syahid.
Padahal dia
belum pernah melakukan salat.
Nabi bersabda,
”Al-Ushairin
mengerjakan hal yang sedikit, tetapi mendapat pahala melimpah.”
Mushab bin Umair
juga mati syahid dalam Perang Uhud.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh
Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas
Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2017.
3. Ghani, Muhammad Ilyas
Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2017.
4. Al-Quran Digital,
Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment