Sunday, September 26, 2021

11237. KH MUSTOFA BISRI HERAN JABATAN DISYUKURI

 



KH MUSTOFA BISRI HERAN JABATAN DISYUKURI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).

 

Mengaku heran ada pejabat negara atau anggota DPRD.

 

Bersyukur atas amanat yang diembannya.

 

Menurut Gus Mus, menjalankan amanat bukan hal mudah.

 

"Makanya agak aneh kalau ada pejabat atau anggota DPR syukuran itu agak aneh.

 

Karena mereka bukan mendapat sesuatu yang menggembirakan.

 

Amanat itu berat sekali," kata Gus Mus saat mengisi pengajian kitab Akhlakul Muslim 'Alaqatuhu bil Mujtama', Sabtu (2/5) malam.

 

 

Gus Mus mengatakan, amanat itu menjaga hak orang.

Dan hak orang itu harus diberikan.

 

 

Menunaikan amanat adalah kewajiban agama, sosial, dan kemanusiaan.

 

 

Ketika orang dipercaya mengemban amanat.

 

Maka tidak boleh melanggarnya.

 

Misalnya, pejabat atau anggota dewan.

 

 Mereka harus menjaga amanat rakyatnya.

"Begitu dia.

 

Yaitu pejabat atau anggota dewan.

Memakai amanat sedikit saja bukan untuk rakyat.

 

Hal itu sudah menyalahi amanat," ucap pengasuh pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah.

 

 

Ia mengungkapkan.

Saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi presiden.

 

 

Gus Mus dan sejumlah kiai.

Menjadi rombongan pertama yang diundang ke istana negara.

 

 

Saat yang lain menyampaikan ucapan selamat.

 

Gus Mus malah menyatakan belasungkawa kepada Gus Dur.

 

Karena mengemban amanat sebagai presiden.

 

Menurut Gus Mus.

Saat Gus Dur mendengar ucapan belasungkawa darinya.

Gus Dur malah senang.

Bahkan minta kepada Gus Mus mendoakannya.

 

 

"Karena itu amanat berat.

 

Bukan hanya harus tanggung jawab di dunia.

 

Tapi juga di akhirat," ucapnya.

 

 

Gus Mus mengutip ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang amanat.

 

 

Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 72.

 

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.

 

 

"Orang mau menerima amanat.

 

Tapi tidak melakukan dengan sebenar-benarnya.

 

ltu munafik.

Munafik kan iyo, iyo.

Tapi ora iyo.

 

Enggih, enggih.

Tapi tidak kepanggih," ucapnya.

 

 

Perihal pentingnya menjaga amanat terhadap jabatan yang diemban.

 

Kisah dari Sayidina Umar bin Khattab menjadi contoh sangat popluer.

 

 

Sayidina Umar menjadi Khalifah ditunjuk oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq. 

Keesokan harinya.

Sayidina Umar menemui orang-orang di Masjid Nabawi.

 

 

Mereka menyambutnya dan siap membaiat sang khalifah kedua.

 

 

Singkat cerita.

 

Setelah dibai'at.

Sayidina Umar menaiki tangga mimbar.

Dan menyampaikan pidato pertamanya.

 

 

Sebuah pidato sangat menyentuh, penuh rasa haru.

Dan rendah hati.

 

 

Umat Islam yang hadir memuji pidato Sayidina Umar bin Khattab.

 

 

Mereka baru ‘ngeh’ kalau firasat Sayidina Abu Bakar tepat.

 

Yakni menunjuk Sayidina Umar sebagai khalifah kedua.

 

Setelah mendengar pidato Sayidina Umar.

Dikutip dari buku Umar bin Khattab (Muhammad Husain Haekal, 2013).

 

Sayidina Umar mengawali pidatonya.

 

Dengan mengucap hamdalah, selawat.

Dan memaparkan jasa Sayidina Abu Bakar.

 

 

Setelah itu, dia baru menyampaikan pidato intinya.

 

 

Berikut pidato lengkap Khalifah Umar bin Khattab:

“Saudara-saudara!

Saya hanya salah seorang dari kalian.

 

Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (Sayidina Abu Bakar).

Saya pun akan enggan memikul tanggung jawab ini.

 

Allahumma ya Allah.

Saya ini sungguh keras, kasar.

Maka lunakkan hatiku.

 

 

Allahumma ya Allah.

Saya sangat lemah.

Maka berikan kekuatan.

 

Allahumma ya Allah.

Saya ini kikir.

Jadikan saya orang dermawan bermurah hati.” 

 

 

 Tiba-tiba Sayidina Umar berhenti sejenak.

 

 

Setelah orang-orang lebih tenang.

 

Dia melanjutkan pidatonya.

 

 

“Allah telah menguji kalian dengan saya.

Dan menguji saya dengan kalian.

 

 

Sepeninggal sahabatku.

Sekarang saya yang berada di tengah-tengah kalian.

 

 

Tidak ada masalah kalian yang harus saya hadapi.

Lalu diwakilkan kepada orang lain selain saya.

 

Dan tak ada yang tak hadir di sini.

 

Lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat.

 

 

Kalau mereka berbuat baik.

Akan saya balas dengan kebaikan.

 

Tapi kalau melakukan kejahatan.

Terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka.”

 

(Sumber NU online)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment