SUNAH NABI MASIH HIDUP TAPI HADIS NABI
SUDAH WAFAT
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Sunah.
Yaitu ucapan dan perbuatan Rasulullah.
Saat beliau masih hidup.
Hadis.
Yaitu catatan para ulama
hadis.
Dilakukan setelah Rasulullah wafat.
Rasulullah masih hidup.
Beliau melarang para sahabat.
Mencatat ucapan dan perbuatan beliau.
Karena khawatir kacau.
Dengan catatan Al-Quran.
Dalam masa penulisan.
Selama 23 tahun.
Masa kenabian.
Hadis Riwayat Muslim.
Rasulullah bersabda,
“Kalian jangan tulis ucapanku!
Siapa telanjur menulis ucapanku.
Selain Al-Quran.
Maka hapuslah.
Kalian boleh meriwayatkan secara lisan.
Perkataan ini.
Siapa sengaja berdusta terhadapku.
Maka tempatnya di neraka.”
Hadis ditulis dan dibukukan.
Zaman Khalifah Umar bin Abdul Azis.
(717-720 M).
Dan penerusnya.
Rasulullah melarang menulis
hadis.
Tak pernah beri perintah.
Untuk membukukannya.
Khalifah ijtihad.
Untuk membukukan hadis.
Yaitu lebih dari 100 tahun.
Usai Nabi wafat.
Khalifah perintah telusur hadis.
Kepada orang dipercaya.
Sambung-menyambung.
Dari generasi ke generasi.
Sampai zaman para sahabat.
Yang hidup bersama Rasulullah.
Maka redaksi hadis.
Katanya si A dari si B dari si C.
Dan seterusnya.
Penulisan Hadis.
Tak dilakukan atas perintah Rasul.
Bahkan dilarang.
Saat Nabi masih hidup.
Hadis tak diawasi Nabi.
Seperti Al-Quran.
Hadis.
Yaitu karya ilmiah para ulama.
Nilai autentik hadis.
Di bawah Al-Quran.
Al-Quran diawasi Rasulullah.
Dan dijamin autentik oleh Allah.
Al-Quran surah Al-Hijir (surah ke-15) ayat 9.
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya
Kami benar-benar menjaganya.
Para ulama hadis.
1)
Imam Malik bin Anas.
2)
Imam Bukhari.
3)
Imam Muslim.
4)
Imam Ahmad bin Hanbal.
5)
Ibnu Majah.
6)
At Turmudzi.
7)
Abu Dawud.
8)
An Nasai.
Mereka para ilmuwan hadis.
Hasil karyanya.
Banyak dirujuk
sesudahnya.
Tapi hadis bukan sunah.
Hadis.
Yaitu upaya telusuri sunah.
Rasul wasiat.
Agar pedoman pada:
1)
Al-Quran.
2)
Sunah.
Bukan Al-Quran dan hadis.
Tapi Al-Quran dan sunah.
Sunah.
Yaitu teladan Nabi.
Diceritakan dalam berbagai bentuk.
Misalnya.
1.
Dalam 100 tahun awal .
Usai Nabi wafat.
Berupa riwayat lisan.
Tak ada hadis tertulis.
2.
Berupa tulisan.
Karya para ulama
hadis.
3.
Berupa tradisi turun temurun.
Lintas generasi.
Seperti contoh
Rasulullah.
1)
Salat 5 waktu.
2)
Puasa Ramadan.
3)
Bayar zakat.
4)
Ibadah haji dan umroh.
Merujuk contoh Nabi.
Tradisi lintas generasi.
Sampai sekarang.
Hadis.
Tak harus dipakai.
Tapi pilihan.
1)
Boleh dipakai.
2)
Boleh tak dipakai.
Jika hadis memberi penjelasan.
Terhadap ayat Qur’an yang dibahas.
Maka dianjurkan untuk dipakai.
Tapi, jika hadis merancukan.
Pemahaman terhadap ayat Qur’an.
Tak usah digunakan.
Imam Syafi’i.
Tak pakai hadis Imam Bukhari.
Karena Imam Syafi’I hidup.
Imam Bukhari belum lahir.
Hadis Riwayat imam Bukhari.
Belum ada.
Di zaman lmam Syafii.
Hadis.
Untuk menjelaskan Sunah.
Sunah.
Untuk menjelaskan Al-Quran.
Maka hadis tak boleh bertentangan.
Dengan Al-Quran.
Tapi harus bersumber dari Al-Quran.
Cara kutip hadis yang
benar.
Kutip ayat Al-Quran lebih dulu.
Baru kutip hadisnya.
Jangan kutip hadis.
Tanpa sumber ayat Al-Quran.
Jangan paksa hadis.
Tak ada rujukannya Al-Quran.
Sebab fungsi hadis.
Untuk menjelaskan ayat Al-Qur’an.
Tak semua ayat Al-Qur’an.
Ada penjelasannya dalam hadits.
Sekitar 33 persen.
Ayat Al-Qur’an.
Ada asbabun nuzul.
Berupa penjelasan hadis.
Sekitar 69 persen.
Tak ada penjelasan hadisnya.
Banyak contohnya.
Terutama ayat ilmu pengetahuan.
Al-Quran surah Al-Gasiyah (surah ke-88) ayat
17-20.
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
Maka apakah mereka
tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan.
وَإِلَى
السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
Dan langit, bagaimana
ia ditinggikan?
وَإِلَى
الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan?
وَإِلَى
الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?
Ayat di atas.
Tak ada penjelasan hadisnya.
Karena penjelasannya:
1)
Ilmu pengetahuan alam.
2)
Biologi.
3)
Astronomi.
4)
Geologi.
Ayat itu dimulai kalimat:
“Afala yanzhurun.”
“Apakah mereka tak mengamati.
Dan teliti langsung di lapangan.”
Umat Islam.
Harus proporsional .
Lihat sumber hukum Islam.
Bahwa sumber hukum mutlak.
Yaitu:
1)
Al-Qur’an.
2)
Sunah.
Saat Nabi masih hidup.
Kemudian:
1)
Buku hadis.
2)
Ijtihad ulama.
3)
Bukti empiris iptek.
Yang terus berkembang.
(Sumber
Agus Mustofa)
0 comments:
Post a Comment