Sunday, January 29, 2023

16428. ADA 6 RUKUN IMAN TAPI HADIS TAK MASUK

 









ADA 6 RUKUN IMAN TAPI HADIS TAK MASUK

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

Aada 6 rukun iman.

Yaitu beriman pada:

 

1)        Allah.

2)        Malaikat.

 

3)        Kitab.

4)        Rasul.

 

5)        Hari kiamat.

6)        Takdir .

 

Sunah.

Yaitu ucapan dan perbuatan Rasulullah.

Saat beliau masih hidup.

 

Hadis.

Yaitu catatan para ulama hadis.

Dilakukan setelah Rasulullah wafat.

 

Rasulullah masih hidup.

Beliau melarang para sahabat.

 

Mencatat ucapan dan perbuatan beliau.

Karena khawatir kacau.

Dengan catatan Al-Quran.

 

Dalam masa penulisan.

Selama 23 tahun.

Masa kenabian.

 

Hadis Riwayat Muslim.

 

Rasulullah bersabda,

 

“Kalian jangan tulis ucapanku!

Siapa telanjur menulis ucapanku.

 

Selain Al-Quran.

Maka hapuslah.

 

Kalian boleh meriwayatkan secara lisan.

Perkataan ini.

 

Siapa sengaja berdusta terhadapku.

Maka tempatnya di neraka.”

 

 

Hadis ditulis dan dibukukan.

Zaman Khalifah Umar bin Abdul Azis.

 (717-720 M).

Dan penerusnya.

 

Rasulullah melarang menulis hadis.

 

Tak pernah beri perintah.

Untuk membukukannya.

 

Khalifah ijtihad.

Untuk membukukan hadis.

 

Yaitu lebih dari 100 tahun.

Usai  Nabi wafat.

 

 Khalifah perintah  telusur hadis.

Kepada orang dipercaya.

 

Sambung-menyambung.

Dari generasi ke generasi.

 

Sampai zaman para sahabat.

Yang hidup bersama Rasulullah.

 

Maka redaksi hadis.

Katanya si A dari si B dari si C.

Dan seterusnya.

 

Penulisan Hadis.

Tak dilakukan atas perintah Rasul.

 

Bahkan dilarang.

Saat Nabi masih hidup.

 

Hadis tak diawasi Nabi.

Seperti Al-Quran.

 

Hadis.

Yaitu karya ilmiah para ulama.

 

Nilai autentik hadis.

Di bawah Al-Quran.

 

Al-Quran diawasi Rasulullah.

Dan dijamin autentik oleh Allah.

 

Al-Quran surah Al-Hijir (surah ke-15) ayat 9.

 

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

 

Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.

 

Para ulama hadis.

1)        Imam Malik bin Anas.

2)        Imam Bukhari.

 

3)        Imam Muslim.

4)        Imam Ahmad bin Hanbal.

 

5)        Ibnu Majah.

6)        At Turmudzi.

 

7)        Abu Dawud.

8)        An Nasai.

 

Mereka para ilmuwan hadis.

Hasil karyanya.

Banyak dirujuk sesudahnya.

 

Tapi hadis bukan sunah.

 

Hadis.

Yaitu upaya telusuri sunah.

 

Rasul wasiat.

Agar pedoman pada:

1)        Al-Quran.

2)        Sunah.

 

Bukan Al-Quran dan hadis.

Tapi Al-Quran dan sunah.

 

Sunah.

Yaitu teladan Nabi.

Diceritakan dalam berbagai bentuk.

 

Misalnya.

 

1.        Dalam 100 tahun awal .

Usai Nabi wafat.

 

Berupa riwayat lisan.

Tak ada hadis tertulis.

 

2.        Berupa tulisan.

Karya para ulama hadis.

 

3.        Berupa tradisi turun temurun.

Lintas generasi.

 

Seperti contoh Rasulullah.

 

1)        Salat 5 waktu.

2)        Puasa Ramadan.

 

3)        Bayar zakat.

4)        Ibadah haji dan umroh.

 

Merujuk contoh Nabi.

Tradisi lintas generasi.

Sampai sekarang.

 

Hadis.

Tak harus dipakai.

 

Tapi pilihan.

1)        Boleh dipakai.

2)        Boleh tak dipakai.

 

Jika hadis memberi penjelasan.

Terhadap ayat Qur’an yang dibahas.

Maka dianjurkan untuk dipakai.

 

Tapi, jika hadis merancukan.

Pemahaman terhadap ayat Qur’an.

Tak usah digunakan.

 

Imam Syafi’i.

Tak pakai hadis Imam Bukhari.

 

Karena Imam Syafi’I hidup.

Imam Bukhari belum lahir.

 

Hadis Riwayat imam Bukhari.

Belum ada.

Di zaman lmam Syafii.

 

Hadis.

Untuk menjelaskan Sunah.

 

Sunah.

Untuk menjelaskan Al-Quran.

 

Maka hadis tak boleh bertentangan.

Dengan Al-Quran.

Tapi harus bersumber dari Al-Quran.

 

 Cara kutip hadis yang benar.

Kutip ayat Al-Quran lebih dulu.

Baru kutip hadisnya.

 

Jangan kutip hadis.

Tanpa sumber ayat Al-Quran.

 

Jangan paksa hadis.

Tak ada rujukannya Al-Quran.

 

Sebab fungsi hadis.

Untuk menjelaskan ayat Al-Qur’an.

 

 

Tak semua ayat Al-Qur’an.

Ada penjelasannya dalam hadits.

 

Sekitar 33 persen.

Ayat Al-Qur’an.

 

Ada asbabun nuzul.

Berupa penjelasan hadis.

 

Sekitar 67 persen.

Tak ada penjelasan hadisnya.

 

Banyak contohnya.

Terutama ayat ilmu pengetahuan.

 

Al-Quran surah Al-Gasiyah (surah ke-88) ayat 17-20.


أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ

 

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan.

 

وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ

 

Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ

 

Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

 

Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

 

Ayat di atas.

Tak ada penjelasan hadisnya.

 

Karena penjelasannya:

 

1)        Ilmu pengetahuan alam.

2)        Biologi.

 

3)        Astronomi.

4)        Geologi.

 

Ayat itu dimulai kalimat: 

“Afala yanzhurun.”


“Apakah mereka tak mengamati.

Dan teliti langsung di lapangan.”

 

Umat Islam.

Harus proporsional .

Lihat sumber hukum Islam.

 

Bahwa sumber hukum mutlak.

Yaitu:

 

1)        Al-Qur’an.

2)        Sunah.

Saat Nabi masih hidup.

 

Kemudian:

1)        Buku hadis.

2)        Ijtihad ulama.

 

3)        Bukti empiris iptek.

Yang terus berkembang.

 

 

(Sumber Agus Mustofa)

0 comments:

Post a Comment