AL-QURAN ADALAH POKOK KEIMANAN ISLAM
(Seri ke-1)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Al-Quran adalah pokok keimanan Islam?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Al-Quran secara harfiah artinya “bacaan sempurna” adalah suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lampau dapat menandingi “Al-Quran Al-Karim”, bacaan sempurna dan mulia.
Tidak ada bacaan semacam Al-Quran yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak memahami artinya dan tidak bisa menulis aksaranya, bahkan dihafalkan huruf per huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.
Tidak ada bacaan melebihi Al-Quran dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat per ayat, dalam segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab dan waktu turunnya.
Tidak ada bacaan seperti Al-Quran yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya.
Semua hasil pembahasan tentang Al-Quran dituangkan dalam jutaan jilid buku, dari generasi ke generasi, sesuai dengan kemampuan dan kecenderungan mereka, dan semuanya mengandung kebenaran.
Al-Quran layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya menakjubkan yang berlainan ke segala penjuru sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Tidak ada bacaan seperti Al-Quran yang diatur tata cara membacanya, ada bacaan yang harus dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus ucapannya, diatur tempat yang terlarang, boleh, harus memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya.
Tidak ada bacaan sebanyak kosakata dalam Al-Quran yang berjumlah 77.439 kata, dengan jumlah 323.015 huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, yang serasi antara kata dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.
Misalnya, kata “hayat” dengan antonimnya atau kata yang berlawanan maknanya yaitu “maut” terulang masing-masing sebanyak 145 kali. Kata “akhirat” dengan “dunia” masing-masing terulang 115 kali, serta kata “malaikat” dengan “setan” masing-masing terulang 88 kali.
Kata “thuma’ninah” yang artinya “ketenangan”, dengan “dhijg” yang artinya “kecemasan” masing-masing terulang 13 kali, serta kata “panas” dengan “dingin” masing-masing terulang 4 kali.
Kata “infaq” dengan dampak yang ditimbulkannya, yaitu “rida” yang artinya “kepuasan” masing-masing terulang 73 jkali, serta kata “kikir” dengan akibatnya yaitu “penyesalan” masing-masing terulang 12 kali.
Kata “zakat” dengan “berkat” yang artinya “kebaikan melimpah” masing-masing terulang 32 kali, dan masih banyak yang lainnya.
Kata “yaum” yang artinya “hari” terulang 365 kali sebanyak hari dalam setahun, dan kata “syahr” yang artinya “bulan” terulang 12 kali sejumlah bulan dalam setahun.
Al-Quran surah ke-42 ayat 17.
•
“Allah yang menurunkan kitab Al-Quran dengan penuh kebenaran dan keseimbangan. Dan tahukah kamu mungkin hari kiamat itu (sudah) dekat?”
Apakah ada suatu bacaan ciptaan makhluk yang seperti Al-Quran? Al-Quran memberikan tantangan.
Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 88.
“Katakan, “Sesungguhnya apabila manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang semacam Al-Quran, niscaya mereka tidak akan dapat membuatnya, meskipun mereka bekerja sama”.
Orientalis H.A.R. Gibb menulis, “Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini yang telah memainkan 'alat' bernada nyaring yang mampu dan berani, yang sangat luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang dibaca Muhammad yaitu Al-Quran."
Al-Quran berisi keindahan bahasa, ketelitian, dan keseimbangannya, dengan kedalaman makna, kekayaan dan kebenarannya, serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan yang ditimbulkannya.
Al-Quran surah Al-Alaq, surah ke-96 ayat 1-5.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Mengapa perintah pertama yang ditujukan kepada Nabi adalah “iqra” atau “bacalah”, padahal Nabi Muhammad seorang yang tidak pandai membaca dan menulis? Mengapa demikian?
Kata “Iqra” terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun”, sehingga tidak selalu “iqra” harus diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara tertentu”.
Dari “menghimpun” muncul aneka ragam makna, seperti “menyampaikan”, “menelaah”, “mendalami”, “meneliti”, dan “mengetahui” ciri sesuatu, serta membaca teks tertulis maupun tidak.
Perintah “Iqra” maksudnya adalah bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Kesimpulannya, objek perintah “iqra” mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Misan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
Thursday, September 7, 2017
Home »
» 248. IMAN
248. IMAN
Related Posts:
33715. ALLAH TITIP HARTA SEBENTAR NANTI TANGGUNG JAWAB ALLAH TITIP HARTA SEBENTAR NANTI TANGGUNG JAWAB Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M Al-Quran tegaskan. Fa… Read More
33717. BAHAGIA AKHIRAT WAJIB DICARI URUSAN DUNIA TAK LUPA BAHAGIA AKHIRAT WAJIB DICARI TAK LUPA URUSAN DUNIA Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M. Salah satu pesan terindah Al-Quran. &… Read More
33719. FELIX SIAUW ALQURAN ITU HOAX?… Read More
33718. BUKTI ALQURAN WAHYU TUHAN … Read More
33720. WANITA KRISTEN BACA ALQURAN … Read More
0 comments:
Post a Comment