Thursday, September 21, 2017

286. TAKUT

MENGAPA MANUSIA TAKUT MATI?
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM

        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan Mengapa Manusia Takut Menghadapi Kematian?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
          Banyak faktor yang menyebabkan orang takut mati, mungkin karena tidak mengetahui hal yang akan dihadapinya setelah kematian, dan menduga bahwa harta kekayaan dan segala yang dimiliki di dunia sekarang ini adalah lebih baik daripada yang akan diperoleh nanti setelah kematian.
     Bisa juga karena membayangkan betapa sulit dan pedih pengalaman mati dan sesudah mati, serta khawatir memikirkan dan prihatin terhadap keluarga yang ditinggalkan, atau karena tidak mengetahui makna hidup dan mati, sehingga merasa cemas dan takut menghadapi kematian.
      Al-Quran surah Ad-Dhuha, surah ke-93 ayat 4, menggambarkan bahwa kehidupan di akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia.
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ

     “Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik untukmu daripada dunia”.
      Para ulama berpendapat bahwa kematian yang dialami oleh manusia dapat berupa kematian mendadak seperti serangan jantung, kecelakaan, dan sebagainya, serta bisa juga berupa kematian normal yang terjadi melalui proses menua secara perlahan.
     Manusia yang mati mendadak maupun yang normal, semuanya mengalami “sakratulmaut” atau sekarat, yaitu keadaan saat menjelang kematian atau menjelang ajal tiba, semacam hilangnya kesadaran yang diikuti oleh lepasnya ruh dari jasad.
    Dalam keadaan mati mendadak, maka peristiwa sekarat hanya terjadi beberapa saat yang sangat singkat dan orang yang mengalaminya akan merasa sangat sakit karena kematian yang dihadapinya, Nabi menggambarkan, “Seperti duri yang berada dalam kapas yang dicabut dengan keras”.
      Al-Quran surah An-Naziat, surah ke-79 ayat 1.
وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا    وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا

     “Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras, dan malaikat-malaikat yang mencabut ruh dengan lemah lembut”.
     Para ulama tafsir menunjuk ayat “Wa naziati gharqa” yang artinya “Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras”, sebagai isyarat kematian mendadak.
     Sedangkan ayat “Wan nasyithati nasytha” yang artinya “Dan malaikat-malaikat yang mencabut ruh dengan lemah lembut, sebagai isyarat kepada kematian yang dialami secara perlahan-lahan.
     Kematian yang melalui proses lambat seperti dinyatakan oleh ayat di atas sebagai “dicabut dengan lemah lembut”, dianalogkan seperti proses yang dialami seseorang pada saat mengantuk sampai dengan tertidur.
      Al-Qura surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 42.

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

      “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir”.
     Nabi mengajarkan doa untuk dibaca pada saat bangun tidur yang identik dengan kematian.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

      “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami (membangunkan dari tidur) setelah mematikan kami (menidurkan), dan kepada Allah akan dibangkitkan”.
     Para ulama mengomentari surat Az-Zumar, surah ke-39 ayat 42, dengan berpendapat bahwa “tidur” dan “mati” adalah dua hal dari jenis yang sama, tetapi  “kematian” adalah putusnya hubungan secara sempurna, sedangkan  “tidur” adalah putusnya hubungan tidak sempurna dilihat dari beberapa segi.
      Karena “tidur” adalah lezat dan nikmat, maka “mati” juga lezat dan nikmat, tetapi terdapat faktor ekstern lain yang menyebabkan kematian menjadi lebih lezat dan nikmat, atau menjadi sangat mengerikan dan menakutkan, seperti yang dialami seorang manusia ketika bermimpi buruk.
     Faktor ekstern tersebut dapat muncul dan diakibatkan oleh amal manusia yang diperankannya dalam kehidupan dunia ini.
     Nabi Muhammad bersabda,”Seorang mukmin, saat menjelang kematiannya, akan didatangi oleh malaikat sambil menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya kenikmatan yang bakal dijumpainya setelah kematian.
     Pada saat itu hal yang sangat dirindukannya adalah  bertemu dengan Tuhan, dan ingin segera meninggalkan dunia ini, yaitu mati, tetapi orang-orang kafir ketika diperlihatkannya kepadanya risiko yang bakal dihadapinya, maka seketika dia sangat menolak bertemu bahkan membenci perjumpaan dengan Tuhan.
      Al-Quran surah Fushshilat, surah ke-41 ayat 30.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
  
  “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,”Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
     Para ulama berpendapat bahwa  ucapan malaikat,”Janganlah kamu merasa takut” adalah untuk menenangkan orang mukmin ketika menghadapi maut dan sesudah maut, sedangkan “Jangan bersedih” adalah untuk menghilangkan kesedihan mereka menyangkut persoalan dunia yang ditinggalkan seperti keluarga, dan harta kekayaan.
     Al-Quran mengisyaratkan bahwa keadaan orang kafir ketika menghadapi kematian adalah sangat sulit.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 50.

وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا ۙ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ

      “Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), “Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri)”.
      Al-Quran surah Al-An’am, surah ke-6 ayat 93.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۗ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

      “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah”. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata),”Keluarkan nyawamu”. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”.
     Manusia dapat “menghibur” dirinya dalam menghadapi kematian dengan cara selalu mengingat dan meyakini bahwa semua manusia pasti akan mati, karena “kematian adalah risiko hidup”.
      Al-Quran surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 185.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

      “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan yang menipu”.

      Al-Quran surah Al-Anbiya’, surah ke-21 ayat 34.
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ ۖ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
34.
      “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka apabila kamu mati, apakah mereka akan kekal?”
      Demikian Al-Quran menggambarkan kematian yang akan dialami oleh manusia yang beriman dan yang durhaka, serta menginformasikan tentang kematian yang dapat mengantarkan orang yang beriman agar tidak merasa khawatir menghadapinya, sedangkan untuk orang kafir dan durhaka kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk bersiap-siap menghadapi risiko menerima berbagai siksaan yang menyeramkan.
     Semoga kita semua mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat serta  terhindar dari siksaan api neraka. Amin.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

  • 254. ESA3BUKTI ADANYA TUHAN YANG ESA (Seri ke-3) Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.         Beberapa orang bertanya,”… Read More
  • 253. MUSA ADILNABI MUSA INGIN MENYAKSIKAN KEADILAN ALLAH Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.       Al-Quran surah At-Tin, surah ke-95 ayat… Read More
  • 254. ESA3BUKTI ADANYA TUHAN YANG ESA (Seri ke-3) Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.         Beberapa orang bertanya,”… Read More
  • 254. ESA3BUKTI ADANYA TUHAN YANG ESA (Seri ke-3) Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.         Beberapa orang bertanya,”… Read More
  • 253. MUSA ADILNABI MUSA INGIN MENYAKSIKAN KEADILAN ALLAH Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.       Al-Quran surah At-Tin, surah ke-95 ayat… Read More

0 comments:

Post a Comment