Wednesday, July 4, 2018

925. MELUAS

TAFSIR ILMIAH MELUAS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM

      Beberapa orang bertanya,”Mengapa tafsir ilmiah Al-Quran semakin meluas dan faktor apakah yang menyebabkan tafsir ilmiah terhadap Al-Quran semakin banyak? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Sejak pertengahan abad ke-19, umat Islam menghadapi tantangan hebat, bukan hanya terbatas dalam bidang politik atau militer, tetapi meluas hingga meliputi bidang sosial dan budaya.
       Tantangan ini berpengaruh besar terhadap pandangan hidup dan pemikiran sebagian besar umat Islam, karena umat Islam melihat kekuatan Barat dan kemajuan sains dan teknologinya, sedangkan pihak umat Islam merasakan kelemahan dan kemunduran dalam lapangan kehidupan dan sains.
      Keadaan ini menimbulkan perasaan “inferiority complex” (perasaan rendah diri) pada sebagian besar umat Islam, kemudian para cendekiawan Islam berusaha memberikan reaksi dengan berbagai cara.     
      Sebagian cendekiawan Islam bersikap  apatis dan acuh tak acuh terhadap kemajuan tersebut, sebagian intelek Islam menyerah kalah dengan mengikuti segala sesuatu yang bercorak Barat, termasuk sikap, perilaku, kepribadian, dan adat kebiasaan.     
       Sebagian cendekiawan lainnya mengajak umat Islam untuk menerima, mempelajari, dan memperdalam sains dan sistem  yang dipergunakan Barat dalam mencapai kemajuan tanpa meninggalkan kepribadian dan prinsip agama Islam.
       Karena sebagian besar umat Islam sejak pertengahan abad ke-19 diliputi perasaan rendah diri dan minder, maka mereka berusaha membuat kompensasi atau melarikan diri dengan bermacam cara.
      Salah satu caranya dengan mengingat kejayaan Islam dan peninggalan nenek moyang masa lampau yang kemudian melahirkan sastra kebanggaan dan kejayaan Islam yang berpengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran umat Islam dalam menafsirkan Al-Quran.
     Setiap ada penemuan baru, para cendekiawan Islam berkata,”Al-Quran sejak lama telah menyatakan hal itu, dan mendahului ilmu pengetahuan dalam penemuannya.” Hal itu terjadi karena kompensasi perasaan minder dan rendah diri.
      Melihat  hal itu membuat para penemu sains dan teknologi modern non-Islam tersenyum sinis seakan mengejek umat Islam yang kadang kala disertai dengan kata-kata satire (yang bersifat memandang bodoh dan rendah umat Islam).
     Para ahli Barat berkata,“Kalau demikian, mengapa tuan-tuan tidak menyampaikan hal ini sebelum kami menghabiskan waktu dan biaya yang sangat besar dalam penelitian dan penyelidikan?”
     Mengingat kejayaan umat Islam pada masa silam dapat  menjadi obat bius yang meredakan rasa sakit sementara, tetapi bukan menyembuhkannya. Hal itu hanya sekadar memberikan jawaban darurat terhadap tantangan Barat.
     Mengingat kemajuan umat Islam zaman dahulu kadang kala dapat menjadi pendorong untuk maju ke depan atau setidak-tidaknya dapat menjaga kepribadian umat Islam.
      Tetapi, kita harus waspada dan berhati-hati terhadap pengaruh negatif dari cara demikian yang bila berlarut-larut dapat membekukan pemikiran, karena membanggakan kejayaan lama dapat membangkitkan emosi dan memberikan kepuasan, tetapi  dapat menimbulkan sikap kejumudan dan kemandekan berpikir yang dapat memunculkan sikap dan perilaku yang tidak sejalan dengan perkembangan sains yang bersifat dinamis dan progresif.
      Faktor lain yang menjadikan sebagian cendekiawan Islam membenarkan suatu teori ilmiah adalah akibat pertentangan yang hebat antara gereja dan ilmuwan sejak abad ke-18 di Eropa, ketika para ilmuwan mengadakan penelitian dan penyelidikan ilmiah, tetapi menghasilkan hal yang bertentangan dengan kepercayaan gereja.
      Pertentangan ini memuncak dengan lahirnya teori Charles Darwin (1859) tentang “The Origin of Man” dan teori lainnya, yang semua itu dihadapi gereja dengan cara penindasan dan kekejaman.
     Banyak ilmuwan yang menjadi korban hasil penemuannya, seperti Galileo, Arius, Bruno Bauer, George van Paris, dan lainnya. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa sains bertentangan dengan agama.
      Pertentangan antara agama dengan sains zaman dahulu berpengaruh kepada cendekiawan Islam. Mereka khawatir penyakit tersebut menular dalam dunia Islam, sehingga mereka berusaha membuktikan hubungan yang sangat erat antara sains dengan Al-Quran. 
     Sejarah menjadi saksi  para ahli falak, kedokteran, kimia, ilmu pasti, dan cabang ilmu lainnya mencapai hasil yang mengagumkan pada zaman kejayaan Islam. Para ilmuwan Islam tersebut menjalankan ajaran Islam dengan baik, karena tidak ada pertentangan antara keyakinan yang mereka anut dengan hasil penemuan mereka.
     Para ilmuwan Indonesia sering mengutip Al-Quran surah Ar-Rahman (surah ke-55) ayat 33 untuk membuktikan bahwa Al-Quran membicarakan masalah angkasa luar sejak 14 abad lampau.

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

      Wahai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.
     Kesimpulannya, meluasnya penafsiran ilmiah atau pembenaran teori lmiah berdasarkan Al-Quran akibat perasaan rendah diri umat Islam dan akibat pertentangan antara gereja (agama) dengan ilmuwan yang dikhawatirkan akan terjadi dalam lingkungan Islam, sehingga cendekiawan Islam berusaha menampakkan hubungan antara Al-Quran dengan sains modern.
     Memahami ayat Al-Quran dengan tafsir ilmiah sesuai dengan penemuan sains mutakhir adalah suatu ijtihad yang baik, selama hasilnya tidak diyakini sebagai akidah Islam dan tidak bertentangan dengan prinsip dan ketentuan bahasa. 
 Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994. 
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
4. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
5. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
6. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
7. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
8. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
9. Tafsirq.com online















Related Posts:

0 comments:

Post a Comment