TAFSIR ILMIAH MELUAS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM

Beberapa orang bertanya,”Mengapa tafsir ilmiah Al-Quran semakin meluas
dan faktor apakah yang menyebabkan tafsir ilmiah terhadap Al-Quran semakin
banyak? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Sejak pertengahan abad ke-19, umat Islam menghadapi tantangan hebat,
bukan hanya terbatas dalam bidang politik atau militer, tetapi meluas hingga
meliputi bidang sosial dan budaya.
Tantangan ini berpengaruh besar terhadap pandangan hidup dan pemikiran sebagian
besar umat Islam, karena umat Islam melihat kekuatan Barat dan kemajuan sains
dan teknologinya, sedangkan pihak umat Islam merasakan kelemahan dan kemunduran
dalam lapangan kehidupan dan sains.
Keadaan ini menimbulkan perasaan “inferiority complex” (perasaan rendah
diri) pada sebagian besar umat Islam, kemudian para cendekiawan Islam berusaha
memberikan reaksi dengan berbagai cara.
Sebagian cendekiawan Islam bersikap apatis dan acuh tak acuh terhadap kemajuan
tersebut, sebagian intelek Islam menyerah kalah dengan mengikuti segala sesuatu
yang bercorak Barat, termasuk sikap, perilaku, kepribadian, dan adat kebiasaan.
Sebagian cendekiawan lainnya mengajak umat Islam untuk menerima,
mempelajari, dan memperdalam sains dan sistem
yang dipergunakan Barat dalam mencapai kemajuan tanpa meninggalkan
kepribadian dan prinsip agama Islam.
Karena sebagian besar umat Islam sejak pertengahan abad ke-19 diliputi
perasaan rendah diri dan minder, maka mereka berusaha membuat kompensasi atau melarikan
diri dengan bermacam cara.
Salah satu caranya dengan mengingat kejayaan Islam dan peninggalan nenek
moyang masa lampau yang kemudian melahirkan sastra kebanggaan dan kejayaan
Islam yang berpengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran umat Islam dalam
menafsirkan Al-Quran.
Setiap ada penemuan baru, para cendekiawan Islam berkata,”Al-Quran sejak
lama telah menyatakan hal itu, dan mendahului ilmu pengetahuan dalam penemuannya.”
Hal itu terjadi karena kompensasi perasaan minder dan rendah diri.
Melihat hal itu membuat para
penemu sains dan teknologi modern non-Islam tersenyum sinis seakan mengejek
umat Islam yang kadang kala disertai dengan kata-kata satire (yang bersifat memandang
bodoh dan rendah umat Islam).
Para ahli Barat berkata,“Kalau demikian, mengapa tuan-tuan tidak
menyampaikan hal ini sebelum kami menghabiskan waktu dan biaya yang sangat
besar dalam penelitian dan penyelidikan?”
Mengingat kejayaan umat Islam pada masa silam dapat menjadi obat bius yang meredakan rasa sakit sementara,
tetapi bukan menyembuhkannya. Hal itu hanya sekadar memberikan jawaban darurat
terhadap tantangan Barat.
Mengingat kemajuan umat Islam zaman dahulu kadang kala dapat menjadi pendorong
untuk maju ke depan atau setidak-tidaknya dapat menjaga kepribadian umat Islam.
Tetapi, kita harus waspada dan berhati-hati terhadap pengaruh negatif
dari cara demikian yang bila berlarut-larut dapat membekukan pemikiran, karena
membanggakan kejayaan lama dapat membangkitkan emosi dan memberikan kepuasan,
tetapi dapat menimbulkan sikap kejumudan
dan kemandekan berpikir yang dapat memunculkan sikap dan perilaku yang tidak sejalan
dengan perkembangan sains yang bersifat dinamis dan progresif.
Faktor lain yang menjadikan sebagian cendekiawan Islam membenarkan suatu
teori ilmiah adalah akibat pertentangan yang hebat antara gereja dan ilmuwan
sejak abad ke-18 di Eropa, ketika para ilmuwan mengadakan penelitian dan penyelidikan
ilmiah, tetapi menghasilkan hal yang bertentangan dengan kepercayaan gereja.
Pertentangan ini memuncak dengan lahirnya teori Charles Darwin (1859)
tentang “The Origin of Man” dan teori lainnya, yang semua itu dihadapi gereja
dengan cara penindasan dan kekejaman.
Banyak ilmuwan yang menjadi korban hasil penemuannya, seperti Galileo,
Arius, Bruno Bauer, George van Paris, dan lainnya. Hal ini menimbulkan keyakinan
bahwa sains bertentangan dengan agama.
Pertentangan antara agama dengan sains zaman dahulu berpengaruh kepada cendekiawan
Islam. Mereka khawatir penyakit tersebut menular dalam dunia Islam, sehingga
mereka berusaha membuktikan hubungan yang sangat erat antara sains dengan
Al-Quran.
Sejarah menjadi saksi para ahli
falak, kedokteran, kimia, ilmu pasti, dan cabang ilmu lainnya mencapai hasil
yang mengagumkan pada zaman kejayaan Islam. Para ilmuwan Islam tersebut menjalankan
ajaran Islam dengan baik, karena tidak ada pertentangan antara keyakinan yang
mereka anut dengan hasil penemuan mereka.
Para ilmuwan Indonesia sering mengutip Al-Quran surah Ar-Rahman (surah
ke-55) ayat 33 untuk membuktikan bahwa Al-Quran membicarakan masalah angkasa
luar sejak 14 abad lampau.
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ
اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Wahai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan.
Kesimpulannya, meluasnya penafsiran ilmiah atau pembenaran teori lmiah berdasarkan
Al-Quran akibat perasaan rendah diri umat Islam dan akibat pertentangan antara gereja
(agama) dengan ilmuwan yang dikhawatirkan akan terjadi dalam lingkungan Islam,
sehingga cendekiawan Islam berusaha menampakkan hubungan antara Al-Quran dengan
sains modern.
Memahami ayat Al-Quran dengan tafsir ilmiah sesuai dengan penemuan sains
mutakhir adalah suatu ijtihad yang baik, selama hasilnya tidak diyakini sebagai
akidah Islam dan tidak bertentangan dengan prinsip dan ketentuan bahasa.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
3. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman.
Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
4. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah
Masjid Nabawi. Madinah 2004.
5. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah
Mekah. Mekah 2004
6. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria.
Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
7. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah
Lengkap Kehidupan Rasulullah.
8. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.
9. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment