Friday, November 9, 2018

1431. MENGENTASKAN KEMISKINAN


MENGENTASKAN KEMISKINAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cara mengentaskan kemiskinan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Kata “miskin” (menurut KBBI V) dapat diartikan “tidak berharta” dan “serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah)”.
2.    Kemiskinan adalah “hal miskin” dan “keadaan miskin”.
3.    Dalam rangka mengentaskan kemiskinan, Al-Quran menganjurkan banyak cara yang harus ditempuh, yang secara garis besar dapat dibagi dalam tiga hal pokok.
a.    Kewajiban setiap individu.
b.    Kewajiban masyarakat.
c.    Kewajiban pemerintah.
4.    Kewajiban terhadap setiap individu.
Yaitu kewajiban bekerja dan berusaha bagi setiap orang, yang merupakan cara pertama dan utama yang ditekankan oleh Al-Quran, karena sejalan dengan naluri manusia, serta kehormatan dan harga dirinya.

5.    Al-Quran surah Ali 'Imran (surah ke-3) ayat 14.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
         Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).
6.    Ayat ini secara tegas menggarisbawahi dua naluri manusia.
a.    Naluri seksual yang dilukiskan sebagai “kesenangan kepada syahwat wanita” (lawan seks).
b.    Naluri kepemilikan harta yang dipahami dari ungkapan “kesenangan kepada harta yang banyak”.
7.    Sebagian ulama berpendapat bahwa seakan-akan Al-Quran menjadikan  kedua  naluri seksual dan kepemilikan sebagai naluri pokok manusia.
8.    Naluri kepemilikan akan mendorong manusia untuk bekerja dan berusaha.
9.    Hasil bekerja dan berusaha itu apabila mencukupi kebutuhannya disebut rezeki, dan apabila melebihinya disebut “kasb” (hasil usaha), sehingga bekerja dan berusaha adalah dasar utama untuk memperoleh kecukupan dan kelebihan.
10. Dapat disimpulkan bahwa jalan pertama dan utama yang diajarkan Al-Quran untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan bekerja dan berusaha yang diwajibkan kepada setiap orang yang mampu.
11. Banyak ayat Al-Quran yang memerintahkan dan mengisyaratkan kemuliaan bekerja dalam segala bidang pekerjaan dan usaha.
12. Al-Quran mengecam segala bentuk pengangguran.

13. Al-Quran surah Alam Nasyrah (surah ke-94)  ayat 7-8.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ
      Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap.  
14. Nabi Muhamad bersabda, “Salah seorang di antaramu mengambil tali dan membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya lalu dijualnya, hal itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain, baik dia diberi atau ditolak”.
15. Jika di sekitar lokasi seseorang berdomisili tidak ditemukan lapangan pekerjaan, maka Al-Quran menganjurkan kepada orang tersebut untuk berhijrah mencari tempat lain, karena bumi sangat luas.

16. Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 100.
۞ وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
      Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
17. Kewajiban masyarakat berupa berikut ini.
a.    Jaminan sosial dalam satu rumpun keluarga.
b.    Jaminan sosial dalam bentuk zakat dan sedekah wajib.
18. Menggantungkan penanggulangan masalah kemiskinan kepada sumbangan sukarela dan keinsafan pribadi,  tidak dapat diandalkan.
19. Sebagian orang kaya sering kali tidak merasa mempunyai  tanggung  jawab  sosial, meskipun dia telah memiliki kelebihan  harta  kekayaan.
20. Diperlukan adanya penetapan hak dan kewajiban dalam masyarakat agar tanggung jawab keadilan sosial dapat terlaksana dengan baik.
21. Al-Quran menganjurkan sumbangan sukarela dan menekankan kesadaran pribadi untuk bersedekah.
22. Al-Quran juga menekankan hak dan kewajiban dalam masyarakat, misalnya kewajiban  mengeluarkan zakat untuk delapan kelompok yang ditetapkan.

23. Al-Quran surah At-Taubah (surah  ke-9) ayat 60.
۞ إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
          Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
24. Hasil zakat dibagi kepada orang yang berhak berikut ini.
1)    Orang fakir.
2)    Orang miiskin.
3)    Pengurus zakat.
4)    Mualaf (orang yang baru masuk islam).
5)    Memerdekakan budak.
6)    Orang yang berjihad di jalan Allah.
7)    Orang yang terlilit utang.
8)    Musafir (dalam perjalanan tidak maksiat).

25. Al-Quran surah Adz-Dzariyat (surah ke-51) ayat 19.
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
      Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta-minta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bagian.
26. Hak dan kewajiban dalam masyarakat mempunyai kekuatan tersendiri, karena dapat  memaksa pihak yang berkewajiban untuk mengeluarkan zakat, lalu diserahkan kepada yang berhak dan yang membutuhkan.
27. Dalam konteks inilah Al-Quran menetapkan kewajiban membantu keluarga oleh  rumpun keluarganya dan kewajiban setiap individu untuk membantu anggota masyarakatnya.

28. Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 75.
وَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْ بَعْدُ وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا مَعَكُمْ فَأُولَٰئِكَ مِنْكُمْ ۚ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
      Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. 

29. Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 26.

وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
    Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
30. Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan memberikan nafkah adalah berikut ini.
a.    Sandang (pakaian).
b.    Pangan (makanan).
c.    Papan (tempat tinggal) dan perabotnya.
d.    Tenaga pembantu (bagi yang memerlukannya).
e.    Menikahkan anak ketika sudah dewasa.
f.     Uang belanja untuk semua orang yang menjadi tanggungannya.

31. Al-Quran surah Al-Thalaq (surah ke-65) ayat 7.

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
  
   Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online.      

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment