PAGI SDN DAN SIANG MINU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1. Haji Zarkoni lahir tahun 1959 di Desa
Panjunan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.
2. Pada zaman itu, semua anak desa Panjunan,
pada pagi hari belajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Panjunan dan siang harinya
belajar di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) Panjunan yang lokasinya
berdekatan.
3. Kepala Desa Panjunan (HM Tauchid Ismail,
ayah penulis) mewajibkan semua anak Desa Panjunan yang cukup umur, harus belajar
pagi hari di SDN Panjunan dan siang harinya di MINU Panjunan.
4. Jam belajar di SDN Panjunan dan MINU
Panjunan diatur agar tidak bertabrakan, sehingga kedua lembaga pendidikan tersebut,
dapat berjalan beriringan dengan baik.
5. Haji Zarkoni dan penulis secara pribadi juga
merasakan dan mengalami sekolah sehari 2 kali di lembaga pendidikan yang
berbeda tersebut.
6. Pagi hari belajar di SDN Panjunan dan siang
harinya belajar di MINU Panjunan.
7. Anak- anak dari luar desa banyak yang
berdatangan ikut belajar di Panjunan, yaitu berasal dari Desa Bangsri, Masangan,
Sukodono, dan sekitarnya.
8. Bahkan anak-anak yang berasal dari luar Kecamatan
Sukodono banyak yang ikut belajar di Panjunan, misalnya anak-anak dari Desa Sadang
Kecamatan Taman.
9. Setelah tamat dari di SDN Panjunan dan MI
NU Panjunan, Haji Zarkoni melanjutkan belajar di MTS YPM dan MA YPM Sepanjang,
Taman, Sidoarjo.
10. Kemudian Haji Zarkoni berpindah-pindah
bekerja, antara lain: di pabrik plastik di Taman, menjadi sopir truk tangki,
dan pekejaan halal lainnya.
11. Ketika Haji Zarkoni bekerja sebagai sopir
lin jurusan dari pasar Sukodono ke pasar Krian, terjadi musibah yang
menimpanya.
12. Sewaktu Haji Zarkoni membuka kap mesin
mobil, kedua matanya tersiram air radiator panas, yang membuat kedua matanya
langsung buta.
13. Haji Zarkoni dibawa berobat ke rumah
sakit dan ke alternatif yang lain, tetapi kedua matanya tetap buta dan tidak
dapat melihat benda apa pun.
14. Para dokter spesialis mata menyatakan
tidak sanggup menyembuhkan kedua mata yang tersiram air panas radiator untuk
dapat melihat kembali.
15. Haji Zarkoni mulai berputus asa dalam
berobat untuk penyembuhan kedua matanya yang buta.
16. Bahkan setelah salat, Haji Zarkoni
menambah doanya agar nyawanya segera dicabut saja oleh malaikat maut.
17. Dia merasa hidupnya tidak bermanfaat dan
hanya merepotkan orang lain saja, karena kedua matanya buta.
18. Pada suatu hari, Haji Zarkoni bertemu
dengan seorang kiai dari Lamongan yang menyarankan agar melakukan “tirakat”
untuk menjadi orang yang “sakti”.
19. Jika ingin menjadi orang yang “sakti”
caranya sangat mudah, yaitu dengan mengerjakan salat berjamaah 5 waktu di
masjid setahun penuh tanpa terputus.
20. Jika salat jemaah di masjid terputus,
maka dia harus mengulanginya dari awal lagi.
21. Salat wajib 5 waktu harus dikerjakan berjamaah
di masjid, dan tidak boleh salat berjamaah dilakukan di rumah.
22. Yang dimaksudkan orang yang sakti adalah doa
orang tersebut hampir pasti dikabulkan oleh Allah.
23. Haji Zarkoni mulai mengerjakan salat
wajib 5 waktu berjamaah di Masjid Al-Ishlah Panjunan, sesuai dengan saran Pak
Kiai.
24. Setiap hari, 5 kali sehari, pada waktu
salat wajib, Haji Zarkoni diantar jemput oleh putranya untuk salat berjamaah di
Masjid Al-Ishlah Panjunan.
25. Dengan terpaksa, Haji Zarkoni tidak mengikuti
kegiatan apa pun yang dilaksanakan di luar kota, karena dia takut tidak bisa
menjalankan salat wajib 5 waktu dengan berjamaah di masjid.
26. Waktu terus berlalu, dan setahun
terlewati sudah.
27. Haji Zarkoni berobat ke rumah sakit mata
Fatma di Taman, Sidoarjo.
28. Tetapi dokter spesialis mata menyatakan tetap
tidak sanggup menyembuhkan kedua mata yang buta karena tersiram air panas
radiator.
29. Haji Zarkoni memaksa dokter spesialis
mata untuk melakukan operasi penyembuhan matanya yang buta.
30. “Tugas manusia adalah untuk ikhtiar dan
berusaha berobat, yang menyembuhkan adalah Allah Yang Maha Perkasa,” demikian
alasan Haji Zarkoni.
31. Dokter spesialis mata, dengan agak
terpaksa, melakukan operasi kedua mata Haji Zarkoni yang buta tersiram air
panas radiator.
32. Operasi kedua mata selesai, dokter spesialis
mata menuntun Haji Zarkoni, berjalan kaki dari ruang operasi.
33. Haji Zarkoni barkata,”Dokter, mengapa
saya dituntun untuk berjalan. Kedua mata saya sudah dapat melihat kembali,
alhamdulillah.”
34. Dokter spesialis mata terkejut sambil
berkata,”Benarkah mata Bapak sudah bisa melihat kembali, alhamdulillah.”
35. Sampai sekarang, Haji Zarkoni adalah salat
satu jemaah tetap salat wajib 5 waktu di Masjid Al-Ishlah Panjunan, Sukodono,
Sidoarjo.
36. Masjid Al-Ishlah Panjunan dahulu bernama
Masjid Abdullah-Ismail, karena masjid tersebut didirikan di atas tanah wakaf
milik dua bersaudara, yaitu Haji Abdullah dan Haji Ismail (kakek penulis).
37. Rasulullah bersabda,
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً
إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
Tidaklah Allah menurunkan penyakit,
kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.
38. Al-Quran As-Syuara (surah ke-26) ayat 80.
وَإِذَا
مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Dan apabila aku sakit, Dia Yang menyembuhkanku.
39. Demikinan, semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
1. Haji Zarkoni.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment