KEPRIBADIAN
MURID SMP
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

A. Perkembangan
Kepribadian Siswa SMP
1. Santrock
(2014) menuliskan terdapat 5 hal yang menjadi faktor kepribadian remaja dan diakronimkan menjadi OCEAN, yaitu:
1) O =
Opennes (keterbukaan).
2) C = Conscientiousness
(kehati-hatian)
3) E = Extraversion
(supel)
4) A = Agreeableness
(keramahan)
5) N = Neuroticism
(kestabilan emosi)
2. O =
Opennes (keterbukaan).
1) Apakah
lebih menyukai hal rutin atau suka mencoba hal baru?
2) Apakah
lebih menyukai hal praktis atau imajinatif?
3) Apakah
lebih memilih hal formal atau kebebasan?
3. C = Conscientiousness
(kehati-hatian)
1) Apakah
cenderung berhati-hati atau ceroboh?
2) Apakah
cenderung disiplin atau selalu spontan?
3) Apakah
penuh perencanaan atau sebaliknya?
4. E = Extraversion
(supel)
1) Apakah
mudah bersosialisasi atau sebaliknya?
2) Apakah
sering bercanda atau cenderung diam?
3) Apakah
cenderung mengasihi atau dikasihi?
5. A = Agreeableness
(keramahan)
1) Apakah
cenderung berhati lembut atau keras hati?
2) Apakah
mudah mempercayai orang lain atau justru mencurigai?
3) Apakah
mudah bekerjasama atau justru sebaliknya?
6. N = Neuroticism
(kestabilan emosi)
1) Apakah
cenderung tenang atau selalu cemas?
2) Apakah
menghargai diri sendiri atau mengasihani diri sendiri?
3) Apakah
selalu mantap atau penuh kegamangan?
7. Anda
dipersilahkan mengkaji literatur lain mengenai faktor-faktor kepribadian yang
tentu mungkin berbeda.
8. Misal,
Lee dan Ashton pada Santrock (2014) menambahkan satu faktor selain lima faktor
di atas, yakni honesty-humility (kejujuran dan kerendahan hati).
9. Perkembangan
kepribadian siswa yang berimplikasi pada pembelajaran, yaitu:
1) Penanaman
nilai religius dan moral dalam setiap pertemuan pembelajaran penting dilakukan
agar kepribadian siswa berkembang ke arah positif.
2) Berbagai
permasalahan remaja yang muncul seiring perkembangan jaman seperti perkelahian
antar remaja, narkoba, pornografi, dan lain-lain dipercaya salah satunya
disebabkan oleh lemahnya nilai religius dan moral yang diterima siswa dari
lingkungan sekitarnya.
3) Pemahaman
diri remaja tentang dirinya sendiri belum stabil dan terus berubah. Remaja
cenderung sangat sensitif terhadap kritik pribadi.
4) Sebagai
implikasinya, guru diharapkan berusaha mengenal siswa di kelas yang diampunya
sebaik mungkin pada setiap awal tahun pembelajaran.
5) Guru
sebaiknya memahami kombinasi unik masing-masing siswa dari kemampuan maupun
gaya belajarnya.
6) Selanjutnya,
dalam setiap pembelajaran selalu sisipkan pesan positif tentang diri mereka
sendiri misal dengan sanjungan atau cita-cita masa depan.
7) Hal
ini diharapkan dapat meningkatkan self-efficacy siswa.Self-efficacy adalah
keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan hasil yang
menguntungkan.
8) Albert
Bandura pada Santrock (2011) menyatakan bahwa self-efficacy merupakan faktor
penting yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran.
9) Siswa
usia remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai hal.
10) Pemahaman
mereka tentang dunia terus berkembang terhadap hal-hal yang dahulu mereka tidak
pahami.Sebagai implikasinya, guru disarankan menyampaikan materi dikaitkan
hal-hal kontekstual di kehidupan sehari-hari siswa.
11) Gunakan
rasa ingin tahu tersebut sebagai modal untul melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan inquiry learning atau discovery learning.
12) Dalam
proses pembelajaran, lakukan aktivitas yang menghubungkan antara apa yang telah
mereka ketahui dengan apa yang akan mereka pelajari.
13) Pada
remaja, autonomy mereka tumbuh dengan mengekspresikan diri dan sering
mempertanyakan otoritas orang lain terhadap dirinya.
14) Terkait
proses pembelajaran, mereka perlu memahami tujuan pembelajaran, kegiatan yang
akan dilakukan, mengapa pembelajaran itu penting bagi mereka, dan sebagainya.
15) Untuk
itu pada proses pembelajaran matematika, penting bagi guru menginformasikan
hal-hal tersebut di awal pembelajaran matematika untuk menjawab keingintahuan
mereka.
16) Melalui
pendekatan yang tepat, pembelajaran matematika dapat menumbuhkan faktor
conscientiousness pada remaja , yakni kepribadian yang disiplin, penuh
perencanaan, dan teliti.
17) Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan No 58 Tahun 2013 tentang Kurikulum bagi
SMP/MTs mencantumkan bahwa salah satu manfaat belajar matematika adalah melatih
cara berpikir yang sistematis, melatih menjadi individu yang cermat, teliti dan
tidak ceroboh.
18) Salah satu faktor kepribadian pada remaja
adalah extraversion, yaitu remaja cenderung menyukai humor dan candaan.
19) Guru
dapat menyisipkan teka-teki, humor matematika, ice breaking yang mencairkan
suasana kelas, tetapi tetap sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika.
20) Dengan
membuat suasana kelas menjadi pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning),
siswa akan lebih nyaman mengikuti proses pembelajaran.
21) Pembelajaran
dengan cooperative learning memiliki manfaat positif untuk mengembangkan faktor
agreeableness pada kepribadian siswa.
22) Kerjasama,
memahami orang lain, memiliki simpati dan empati, adalah sikap yang dapat
dikembangkan dalam proses cooperative learning.
(Yusron Hadi, sumber Modul
Matematika SMP 2016)
0 comments:
Post a Comment