Sunday, September 8, 2019

3176. KEPRIBADIAN SISWA SMP


KEPRIBADIAN MURID SMP
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

A.   Perkembangan Kepribadian Siswa SMP
1.    Santrock (2014) menuliskan terdapat 5 hal yang menjadi faktor kepribadian  remaja dan diakronimkan menjadi OCEAN, yaitu:
1)    O = Opennes (keterbukaan).
2)    C = Conscientiousness (kehati-hatian)
3)    E = Extraversion (supel)
4)    A = Agreeableness (keramahan)
5)    N = Neuroticism (kestabilan emosi)

2.    O = Opennes (keterbukaan).
1)    Apakah lebih menyukai hal rutin atau suka mencoba hal baru?
2)    Apakah lebih menyukai hal praktis atau imajinatif?
3)    Apakah lebih memilih hal formal atau kebebasan?

3.    C = Conscientiousness (kehati-hatian)
1)    Apakah cenderung berhati-hati atau ceroboh?
2)    Apakah cenderung disiplin atau selalu spontan?
3)    Apakah penuh perencanaan atau sebaliknya?

4.    E = Extraversion (supel)
1)    Apakah mudah bersosialisasi atau sebaliknya?
2)    Apakah sering bercanda atau cenderung diam?
3)    Apakah cenderung mengasihi atau dikasihi?

5.    A = Agreeableness (keramahan)
1)    Apakah cenderung berhati lembut atau keras hati?
2)    Apakah mudah mempercayai orang lain atau justru mencurigai?
3)    Apakah mudah bekerjasama atau justru sebaliknya?

6.    N = Neuroticism (kestabilan emosi)
1)    Apakah cenderung tenang atau selalu cemas?
2)    Apakah menghargai diri sendiri atau mengasihani diri sendiri?
3)    Apakah selalu mantap atau penuh kegamangan?

7.    Anda dipersilahkan mengkaji literatur lain mengenai faktor-faktor kepribadian yang tentu mungkin berbeda.
8.    Misal, Lee dan Ashton pada Santrock (2014) menambahkan satu faktor selain lima faktor di atas, yakni honesty-humility (kejujuran dan kerendahan hati).
9.    Perkembangan kepribadian siswa yang berimplikasi pada pembelajaran, yaitu:
1)    Penanaman nilai religius dan moral dalam setiap pertemuan pembelajaran penting dilakukan agar kepribadian siswa berkembang ke arah positif.
2)    Berbagai permasalahan remaja yang muncul seiring perkembangan jaman seperti perkelahian antar remaja, narkoba, pornografi, dan lain-lain dipercaya salah satunya disebabkan oleh lemahnya nilai religius dan moral yang diterima siswa dari lingkungan sekitarnya.
3)    Pemahaman diri remaja tentang dirinya sendiri belum stabil dan terus berubah. Remaja cenderung sangat sensitif terhadap kritik pribadi.
4)    Sebagai implikasinya, guru diharapkan berusaha mengenal siswa di kelas yang diampunya sebaik mungkin pada setiap awal tahun pembelajaran.
5)    Guru sebaiknya memahami kombinasi unik masing-masing siswa dari kemampuan maupun gaya belajarnya.
6)    Selanjutnya, dalam setiap pembelajaran selalu sisipkan pesan positif tentang diri mereka sendiri misal dengan sanjungan atau cita-cita masa depan.
7)    Hal ini diharapkan dapat meningkatkan self-efficacy siswa.Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan hasil yang menguntungkan.
8)    Albert Bandura pada Santrock (2011) menyatakan bahwa self-efficacy merupakan faktor penting yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran.
9)    Siswa usia remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai hal.
10) Pemahaman mereka tentang dunia terus berkembang terhadap hal-hal yang dahulu mereka tidak pahami.Sebagai implikasinya, guru disarankan menyampaikan materi dikaitkan hal-hal kontekstual di kehidupan sehari-hari siswa.
11) Gunakan rasa ingin tahu tersebut sebagai modal untul melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inquiry learning atau discovery learning.
12) Dalam proses pembelajaran, lakukan aktivitas yang menghubungkan antara apa yang telah mereka ketahui dengan apa yang akan mereka pelajari.
13) Pada remaja, autonomy mereka tumbuh dengan mengekspresikan diri dan sering mempertanyakan otoritas orang lain terhadap dirinya.
14) Terkait proses pembelajaran, mereka perlu memahami tujuan pembelajaran, kegiatan yang akan dilakukan, mengapa pembelajaran itu penting bagi mereka, dan sebagainya.
15) Untuk itu pada proses pembelajaran matematika, penting bagi guru menginformasikan hal-hal tersebut di awal pembelajaran matematika untuk menjawab keingintahuan mereka.
16) Melalui pendekatan yang tepat, pembelajaran matematika dapat menumbuhkan faktor conscientiousness pada remaja , yakni kepribadian yang disiplin, penuh perencanaan, dan teliti.
17) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan No 58 Tahun 2013 tentang Kurikulum bagi SMP/MTs mencantumkan bahwa salah satu manfaat belajar matematika adalah melatih cara berpikir yang sistematis, melatih menjadi individu yang cermat, teliti dan tidak ceroboh.
18)  Salah satu faktor kepribadian pada remaja adalah extraversion, yaitu remaja cenderung menyukai humor dan candaan.
19) Guru dapat menyisipkan teka-teki, humor matematika, ice breaking yang mencairkan suasana kelas, tetapi tetap sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika.
20) Dengan membuat suasana kelas menjadi pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning), siswa akan lebih nyaman mengikuti proses pembelajaran.
21) Pembelajaran dengan cooperative learning memiliki manfaat positif untuk mengembangkan faktor agreeableness pada kepribadian siswa.
22) Kerjasama, memahami orang lain, memiliki simpati dan empati, adalah sikap yang dapat dikembangkan dalam proses cooperative learning.

(Yusron Hadi, sumber Modul Matematika SMP 2016)


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment