PKI
MENYERBU PESANTREN GONTOR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Detik-detik
PKI Menggeledah Pondok Gontor
2. “Pondok
Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati,” inilah yel-yel yang diteriakkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) Madiun pada tahun 1948.
3. Sejak
18 September 1948, Muso memproklamirkan Negara Soviet Indonesia di Madiun.
4. Otomatis,
Magetan, Ponorogo dan Pacitan menjadi sasaran berikutnya. Kyai di Pondok
Takeran Magetan sudah dihabisi oleh PKI.
5. Sekitar
168 orang tewas dikubur hidup-hidup.
6. Kemudian
PKI geser ke Ponorogo, dengan sasaran Pondok Modern Darussalam Gontor.
7. KH.
Imam Zarkasyi (Pak Zar) dan KH Ahmad Sahal (Pak Sahal) dibantu kakak tertua
beliau berdua, KH Rahmat Soekarto (yang saat itu menjabat sebagai Lurah desa
Gontor), pun berembug bagaimana menyelamatkan para santri dan Pondok.
8. _“Wis
Pak Sahal, penjenengan ae sing budhal ngungsi karo santri. PKI kuwi sing
dingerteni Kyai Gontor yo panjengan. Aku tak jogo Pondok wae, ora-ora lek
dkenali PKI aku iki. _(_Sudah Pak Sahal, Anda saja yang berangkat mengungsi
dengan para santri. Yang diketahui Kyai Gontor itu ya Anda. Biar saya yang
menjaga Pesantren, tidak akan dikenali saya ini),_ kata Pak Zar.
9. Pak
Sahal pun menjawab: “Ora, dudu aku sing kudu ngungsi. Tapi kowe Zar, kowe isih
enom, ilmumu luwih akeh, bakale pondok iki mbutuhne kowe timbangane aku. Aku
wis tuwo, wis tak ladenani PKI kuwi. Ayo Zar, njajal awak mendahno lek mati“.
10. (Tidak,
bukan saya yang harus mengungsi, tapi kamu Zar. Kamu lebih muda, ilmumu lebih
banyak, pesantren ini lebih membutuhkan kamu daripada saya. Saya sudah tua,
biar saya hadapi PKI-PKI itu. Ayo Zar, mencoba badan, walau sampai mati)
11. Akhirnya
diputuskanlah bahwa beliau berdua pergi mengungsi dengan para santri. Penjagaan
pesantren di berikan kepada KH Rahmat Soekarto.
'Berangkatlah rombongan Pondok Gontor kearah timur menuju Gua Kusumo,
saat ini dikenal dengan Gua Sahal di Trenggalek.
12. Mereka
menempuh jalur utara melewati Gunung Bayangkaki. Pak Sahal pun berujar, “Labuh
bondo, labuh bahu, labuh pikir, lek perlu sak nyawane pisan” (Korban harta,
korban tenaga, korban pikiran, jika perlu nyawa sekalian akan aku berikan).
13. Sehari
setelah santri-santri mengungsi, akhirnya para PKI betul-betul datang. Mereka
langsung bertindak ganas dengan menggeledah seluruh pondok Gontor.
14. Tepat
pukul 15.00 WIB, PKI mulai menyerang pondok.
15. Senjata
ditembakkan.
16. Mereka
sengaja memancing dan menunggu reaksi orang-orang di dalam pondok.
17. Setelah
tak ada reaksi, mereka berkesimpulan bahwa pondok Gontor sudah dijadikan markas
tentara.
18. Pukul
17.00 WIB, mereka akhirnya menyerbu ke dalam pondok dari arah timur, kemudian
disusul rombongan dari arah utara.
19. Tak
lama kemudian datang lagi rombongan penyerang dari arah barat. Jumlah waktu itu
ditaksir sekitar 400 orang.
20. Dengan
mengendarai kuda, pimpinan tentara PKI berhenti di depan rumah pendopo lurah
KH. Rahmat Soekarto.
21. Mengetahui
kedatangan tamu, Lurah Rahmat menyambut tamunya dengan ramah, serta menanyakan
maksud dan tujuan mereka.
22. Tanpa
turun dari kuda, pimpinan PKI ini langsung mencecar Lurah Rahmat.
23. Kemudian
mereka meninggalkan rumah lurah Rahmat, nekat masuk tempat tinggal santri, lalu
berteriak-teriak mencari kyai Gontor. “Endi kyai-né, endi kyai-né? Kon ngadepi
PKI kéné …” (Mana Kyainya, mana kyainya? Suruh menghadapi PKI sini…).
24. *Karena
tak ada sahutan, mereka pun mulai merusak pesantren.
25. Gubuk-gubuk
asrama santri yang terbuat dari gedèg (bambu) dirusak.
26. Buku-buku
santri dibakar habis.
27. Peci,
baju-baju santri yang tidak terbawa, mereka bawa ke pelataran asrama.
28. Mereka
menginjak-injak dan membakar sarana peribadatan, berbagai kitab dan buku-buku.
29. Termasuk
beberapa kitab suci Al-Qur’an mereka injak dan bakar.
30. Akhirnya,
PKI pun kembali ke rumah Lurah Rahmat, lalu berusaha masuk ke rumah untuk
membunuh KH. Rahmat Soekarto.
31. Mereka
sambil teriak, “Endi lurahé? Gelem mèlu PKI po ra? Lèk ra gelem, dibelèh sisan
néng kéné…!” (Mana lurahnya? Mau ikut PKI apa tidak? Kalau tidak mau masuk
anggota PKI, kita sembelih sekalian di sini).
32. Namun,
tak berapa lama sebelum mereka bisa masuk kerumah Lurah Rahmat datanglah Laskar
Hizbullah dan Pasukan Siliwangi.
33. Pasukan
itu dipimpin KH. Yusuf Hasyim (putra bungsu KH. Hasyim Asy’ari).
34. Pasukan
PKI itu akhirnya lari tunggang langgang karena serbuan itu membiarkan Pondok
Modern Darussalam Gontor dalam keadaan porak poranda.
35. Semoga
sejarah ini menjadi pengingat dan pelajaran berharga untuk perjuangan
mempertahankan Islam, Pesantren, Bangsa dan Negara.
(Ditulis oleh: Ahmad Ghozali
Fadli)
Pelayan Pesantren Alam Bumi
Al-Qur’an, Wonosalam, Jombang
Wasekjen Forum Muballigh Alumni (FMA)
Gontor
0 comments:
Post a Comment