GUS
BAHA IBADAH DIUKUR LOGIKA
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Rasulullah
Muhammad kedatangan tamu orang Yahudi
yang cerdas.
2. Ia
bertanya, “Hai Muhammad, kalau ada kambing yang mati, siapa yang membunuhnya?”
3. “Allah,” jawab Baginda Nabi.
4. Dia membantah,
“Agama kamu ini aneh. Masak kambing yang dibunuh Allah sendiri hukumnya haram,
sedangkan kambing yang disembelih manusia, lalu mati malah kau katakan halal.
5. “Kamu
ini bagaimana?”
6. “Seharusnya
yang dibunuh oleh Allah sendiri itu yang orisinil, halal.”
7. Dialog
di atas adalah salah satu metode silat lidah menggunakan dasar logika saja.
8. Peletak
metodologi kepatuhan beragama harus berdasar akal saja adalah setan.
أول من
قاس الدين برأيه الشيطان
Makhluk yang pertama mengukur agama dengan
logika adalah setan.
9. Ali bin
Abi Thalib pernah dipermainkan logikanya.
10. Padahal
Ali adalah orang yang diakui kecerdasannya.
11. “Hai
Ali, coba angkatkan kakimu yang satu,” pinta salah seorang.
12. Sayidina
Ali menurut.
13. “Sekarang
angkat yang satunya lagi!” suruhnya.
14. Ali mengangkat kaki satunya, sambil menurunkan
kaki sebelah yang sebelumnya telah diangkat.
15. “Tidak begitu, angkat bersama-sama!” pinta
seseorang tersebut.
16. “Ya
tentu tidak bisa. Saya pasti akan terjatuh.”
17. “Nah,
kalau kamu mengangkat dua kaki secara bersama-sama dalam satu waktu dan jarak
yang pendek saja tidak bisa, masak teman kamu Muhammad itu bisa naik ke langit untuk
isra mikraj.”
18. Bantah
orang tersebut yang hanya mengukur kemungkinan Isra’ Mi’raj melalui ukuran akal
semata.
19. Hal
tersebut menunjukkan permainan kata-kata dari setan jenis manusia yang licik.
20. Mereka
mengandalkan silat lidah dengan tujuan agar agama ini kacau.
21. Tercatat,
di antara sejarah tragedi terbesar dalam Islam adalah tragedi permainan
kata-kata yang dilancarkan oleh orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad.
22. Yaitu masalah
nasakh-mansukh, sehingga beberapa sahabat kembali murtad berawal dari perkataan
orang-orang Yahudi tersebut.
23. KH
Bahaudin Nur Salim, Rembang mengatakan, nasakh-mansukh adalah sebuah ketetapan
hukum yang dianulir dengan hukum lain di kemudian hari.
24. Orang
Yahudi sangat bergembira mendapatkan berita ini, sebab mereka mempunyai amunisi
kata-kata untuk menyerang.
25. Mereka
mendatangi sahabat yang tidak terpelajar lalu diprovokasi, “Lihat, Muhammad sedang
bingung menetapkan hukum.”
26. “Satu
saat ia menyatakan ini halal, satu saat yang lain ia menyatakan menjadi haram.”
27. Tidak ada tragedi terbesar melebihi peristiwa
nasakh-mansukh ini.
28. Orang
yang khusyu, tetapi tidak bisa berpikir ilmiah, sedangkan penyerangnya bermain
logika.
29. Dengan
demikian, yang paling tepat menurut para ulama dalam mendefinisikan
nasakh-mansukh dengan istilah:
انقضاء مدة العبادة
Habisnya durasi
waktu ibadah.”
30. Apabila
masa ibadah selesai, maka tidak lagi ada masalah.
31. Orang berpuasa
Ramadan waktu pelaksanaannya adalah selama sebulan Ramadhan.
32. Setelah
bulan Ramadan selesai, tidak lagi wajib berpuasa.
33. Orang
salat menghadap Baitul Maqdis.
34. Setelah
durasi waktunya selesai, maka Allah kembali lagi memerintahkan kembali
menghadap ke Kakbah.
35. Ibaratnya,
ada anak kecil yang minumnya air susu ibu (ASI).
36. Ketuika
ia sudah berumur 15 tahun, anak yang sudah beranjak remaja ini minum teh.
37. Hal
tersebut dinamakan selesai durasi minum susu, berganti durasi waktunya minum teh.
38. Contoh
demikian tidak bisa diistilahkan orang tua menganulir kebijakan atau orang
tuanya mengevaluasi kebijakan kepada anaknya.
39. Apakah
karena perbedaan sikap ibu kepada anaknya tersebut menunjukkan bahwa ibu tidak
lagi konsisten?
40. Tidak.
41. Ibunya
memperlakukan anaknya sesuai masa perkembangan anak.
42. Begitu
pula nasakh-mansukh.
43. Nabi Muhammad
saat masih di Mekah dilarang perang.
44. Saat
di Madinah diperintahkan Allah untuk perang.
45. Tidak
berarti Allah mengevaluasi kebijakannya sendiri.
46. Tetapi
Allah mensyariatkan sesuatu mempunyai durasi yang ditentukan sendiri.
47. Jangan
salah dalam mendefinisikan sesuatu.
48. Kalau
salah definisi, akibatnya bisa berbahaya.
49. Misalnya
mendefinisikan nasakh mansukh dengan arti ibadah yang diubah Allah berdasarkan
alasan maslahat.
50. Hal
ini mempunyai kesan bahwa pertimbangan Allah adalah evaluasi.
51. Padahal
Allah tidak mungkin mengevaluasi.
52. Allah
sudah mengetahui semuanya pada zaman azali.
53. Yaitu
pada masa dunia dan seisinya ini belum diciptakan sama sekali.
54. Ini
tidak nasakh-mansukh, tapi normal atau biasa-biasa saja.
55. Siapa
yang berinisiatif mengajak permainan logika sebagaimana dalam cerita Nabi
Muhammad dan Ali di atas?
56. Jawabnya,”setan.”
57. Tidak
dari unsur setan berjenis jin yang bisa melaksanakan misi itu.
58. Tet api
setan dari unsur manusia yang bisa bersilat lidah dengan lincah.
(Sumber: internet Ahmad Mundzir)
0 comments:
Post a Comment