NU
MUHAMMADIYAH
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. PWMU.CO
– Begini orang NU menilai Muhammadiyah: Saya tidak tahu jika tidak ada
Muhammadiyah di Indonesia.
2. Muhammadiyah
terlalu banyak memberikan hal pembaharuan untuk Indonesia.
3. Hal
itu disampaikan oleh Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA)
Surabaya Prof Dr Masdar Hilmy SAg MA saat menjadi pemateri pada Seminar
Pra-Muktamar Muhammadiyah 2020 di Hall Lantai 9 GKB-4 UMM, Sabtu (8/2/2020).
4. Masdar
Hilmy mengaku dirinya sebagai NU yang ter-Muhammadiyahkan.
5. “Saya
sekolah di Barat, tepatnya di Australia.
6. Jadi
saya NU yang ter-Muhammadiyahkan.
7. Kalau
Prof Syamsul Arifin kan transformasi dari NU ke Muhammadiyah,” candanya
disambut tawa peserta.
8. Sebagai
orang NU, maka ketika menjadi pemateri di forum Seminar Pra-Muktamar
Muhammadiyah boleh dianggap sebagai second opinion.
9. “Materi yang saya sampaikan boleh didengarkan,
boleh dipakai, bahkan boleh juga gak dipakai.
10. Terserah
Anda semua,” ujarnya kembali disambut tawa hadirin.
11. Pembaharuan
Muhammadiyah Diikuti NU
12. Masdar
Hilmy kemudian memberikan contoh pembaharuan yang dilakukan Muhammadiyah.
13. “Khotbah dengan bahasa nasional atau bahasa
lokal sudah dimulai oleh Muhammadiyah sekitar 1920.
14. Baru
kemudian NU mengikuti.
15. Dan
sekarang semuanya mengikuti,” ungkapnya.
16. Dulu
orang pesantren identik dengan sarung, sementara Muhammadiyah identik dengan
jas.
17. “Sekarang
sama saja. Yang NU juga pakai jas.
18. Itu
harus diakui hasil pembaharuan Muhammadiyah,” jelasnya.
19. ”Saya
tidak membayangkan betapa ribet ke mana-mana memakai sarung.
20. Meskipun
itu pakaian yang serbaguna dan isis.
21. Dan masih
banyak hal lain yang tidak terasa diawali oleh Muhammadiyah,” kembali tawa
hadirin bergemuruh.
22. Agar
Muhammadiyah-NU Tak seperti Minyak dan Air
23. Persoalannya,
lanjutnya, ketika memanfaatkan lembaga Tarjih Muhammadiyah dalam purifikasi dan
modernitas.
24. Ini
sesuatu yang kadang sulit bertemu.
25. Bagaikan
air dengan minyak.
26. “Purifikasi
untuk kembali kepada al-Quran dan Sunnah.
27. NU
juga klaim dan banyak organisasi lainnya juga klaim,” paparnya.
28. Ada
yang hanya mengikuti teksnya atau literal.
29. Bisa
juga disebut regress.
30. Tetapi
ada juga yang progress.
31. “Regress
misalkan ayat perbudakan tidak boleh dihapus, termasuk ayat poligami,”
terangnya.
32. Menurut
Masdar Hilmy itu komplikasi.
33. Ada
kontradiksi atau bertentangan diri sendiri.
34. Kalau
tidak bisa membuat pagar maka akan rancu.
35. Memahami
al-Quran bukan secara literal.
36. “Gamis
belum tentu lebih islami dibandingkan batik.
37. Begitu
juga dengan kurma, bukan lebih islami dibandingkan dengan salak,” urainya.
38. Beberapa
hal, sambungnya, yang layak dipertimbangkan sebagai upaya mainstreaming manhaj
Islam Berkemajuan.
39. “Pertama
mengurangi dosis elemen purifikasi pada gerakan tajdid Muhammadiyah dan
menambah porsi rasionalisasi atau modernisasi,” ujarnya.
40. Itu
cara untuk bisa kompromi dalam masyarakat.
41. Kadang
purifikasi butuh kompromi dengan masyarakat.
42. “Sehingga
tidak terjadi konflik.
43. Kalau
disadari sebenarnya pelan-pelan purifikasi Muhammadiyah selalu diikuti,”
tuturnya.
44. Kedua
jembatan epistemologis menuju Quran Sunnah.
45. Jangan
ditelan mentah-mentah atau literal.
46. “Perlu
syarat tambahan yang bersifat intelektual akademis terhadap kajian lintas
disiplin.
47. Seperti
ilmu-ilmu tafsir, ilmu-ilmu hadits, sejarah sosial dan semacamnya,”
terangnyanya.
48. Artinya,
lanjutnya, sebelum seseorang merujuk kepada kedua sumber teks suci, maka dia
perlu juga mendalami ilmu-ilmu lain yang terkait dengannya.
49. “Seperti
ilmu sabab al-nuzul dan sabab al-wurud, ilmu riwayat dan dirayat hadith, ilmu
kebahasaan bahasa Arab, dan lain sebagainya,” tegasnya.
50. Syria
lebur karena beda sedikit disembelih.
51. “Muhammadiyah
sudah membuktikan sebagai rahmatan lil alamin.
52. Banyak
orang luar yang sekolah di sekolah Muhammadiyah,” jelasnya.
(Sumber:
intenet)
0 comments:
Post a Comment