TAFSIR KOSAKATA
Oleh: Drs. H.M.
Yusron Hadi, M.M.

1.
Tafsir adalah keterangan (penjelasan) tentang ayat Al-Quran agar
maksudnya lebih mudah dipahami.
2.
Kosakata adalah perbendaharaan kata.
3.
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa.
4.
Al-Quran menggunakan kosakata yang digunakan oleh orang Arab pada zaman
Rasulullah.
5.
Tetapi pengertian kosakata tersebut tidakselalu sama dengan
pengertian yang populer di kalangan mereka.
6.
Al-Quran menggunakan kosakata tersebut, tetapi bukan dalam bidang semantik
yang mereka kenal.
7.
Semantik adalah pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseraan
arti kata.
8.
Perkembangan bahasa Arab telah memberikan pengertian pengertianbaru
untuk kosakata yang digunakan dalam
Al-Quran.
9.
Seorang mufasir tidak bebas untuk memilih pengertian yang
dikehendakinya atas dasar pengertian satu kosakata pada masa pra-Islam, atau
yang kemudian berkembang.
10. Mufasir ialah
orang yang menerangkan makna atau maksud ayat Al-Quran.
11. Mufasir adalah
orang yang ahli dalam penafsiran.
12. Seorang
mufasir harus memperhatikan:
1)
Struktur dan kaidah kebahasaan.
2)
Konteks pembicaraan ayat.
3)
Penggunaan Al-Quran terhadap setiap kosakata.
4)
Mendahulukannya memahami kosakata tersebut daripada pengertian yang
dikenal pada zaman pra-Islam.
13. Secara umum para
mufasir tidak boleh menggunakan pengertian baru yang berkembang kemudian.
14. Jika tidak ditemukan
pengertian khusus untuk satu kosakata atau terdapat petunjuk yang menjelaskan
ayat Al-Quran, maka para mufasir bebas memilih arti yang dimungkinkan.
15. Misalnya, kata
“al-alaq” dalam wahyu pertama.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
Dia (Allah) telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
17. Al-Alaq
mempunyai banyak arti, antara lain:
1)
Segumpal darah.
2)
Sejenis cacing (lintah).
3)
Sesuatu yang berdempet dan bergantung.
4)
Kebergantungan.
5)
Dan sebagainya.
18. Seorang mufasir
mempunyai kebebasan memilih salah satu dari arti tersebut, dengan menampilkan
alasannya.
19. Perbedaan pendapat
akibat pemilihan arti tersebut harus ditoleransi dan ditampung, selama dikemukakan
dalam batas tanggung jawab dan kesadaran.
20. Bahkan agama
menilai bahwa mengemukakannya pada saat itu memperoleh pahala dari Allah, meskipun
seandainya ia kemudian terbukti keliru.
Daftar
Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Misan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
0 comments:
Post a Comment