Friday, May 15, 2020

4447. ANAK PENERUS KALIMAT TAUHID

ANAK PENERUS KALIMAT TAUHID
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1.    Al-Quran surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 46.
ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

      Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

2.    Al-Quran surah Al-Furqan (surah ke-25) ayat 74.

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
     Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikan kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

3.    Al-Quran surah At-Taghabun (surah ke-64) ayat 15.

إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanya cobaan (bagimu): di sisi Allah pahala yang besar.

4.    Al-Quran surah At-Taghabun (surah ke-64) ayat 14.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ مِنْ أَزْوَٰجِكُمْ وَأَوْلَٰدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَٱحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا۟ وَتَصْفَحُوا۟ وَتَغْفِرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ


     Hai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


1.    Gus Baha’ punya cara pandang tentang anak yang tidak lazim bagi kebanyakan orang.
2.    “Ojo wani-wani karo anak, ndak kuwalat.”
3.    Jangan berani sama anak, nanti kalian bisa celaka.
4.    Saya sering mendengar kalimat,”Jangan berani sama orang tua, nanti celaka”.
5.    Gus Baha’ membalik kalimat tersebut, bahwa anak harus dihormati.
6.    Anak selamanya adalah anak.
7.    Gus Baha’ menjelaskan bahwa anak, punya ikatan yang tidak akan putus.
8.     Berbeda dengan istri, ketika cerai maka hak dan kewajiban yang pernah melekat akan gugur seketika.
9.    Ikatan anak dengan orang tuanya tak akan putus.
10. Meskipun anak mempunyai kelakuan nakal, mbedugal dan ndableg, dia akan tetap menjadi anaknya.
11. Jika anak dan orang tua saling berjanji tidak mau mengakui hubungan mereka, maka tetap saja secara syariat mereka tetap mempunyai hubungan.
12. Jika salah satu di antara mereka yang meninggal, maka warisan tetap berlaku.
13. Jika anak wanita, maka walinya tetap saja adalah ayahnya.
14. Begitulah anak.
15. Statusnya akan selalu melekat tanpa sekat.
16. Anak adalah penerus Kalimat Tauhid
17. Gus Baha’ memberikan poin penting tentang kalimat tauhid.
18. Kalimat tauhid adalah kalimat kebenaran universal dan absolut.
19. Jika kalimat tauhid diucapkan orang gila, maka kalimat itu akan selalu benar.
20. Kebenaran kalimat tauhid tidak bisa dimonopoli siapa pun.
21. Meskipun kalimat diucapkan orang pendosa, kalimat tauhid tidak menjadi hina.
22. Jika kalimat tauhid diucapkan orang saleh, maka kalimat itu tidak akan bertambah mulia.
23. Siapa pun orang yang mengucap kalimat tauhid akan menjadi mulia, siapa pun dan di manapun orangnya berada.
24. Gus Baha’ menghormati anaknya, sebab anaknya yang kelak akan meneruskan kalimat tauhid tersebut.
25. Gus Baha’ mengaku tidak pernah memukul anaknya.
26. “Bagaimana bisa memukul ketika saya selalu ingat bahwa ia adalah umatnya Nabi Muhammad yang kelak akan menjadi penerus agama Islam”
27. Gus baha berpesan jangan sampai anak merasa kecewa dengan orang tuanya.
28. Kekecewaan anak terhadap orang tua, agaknya sebanding dengan kekecewaan orang tua terhadap anak.
29. Sebagai orang tua, kita merasa paling berhak atas masa depan anak kita.
30. Sebagai anak, dia justru paling berhak kelak mau menjadi apa.
31. Wajar, sebab zaman yang dialami oleh orang tua dan anak sama berbeda.
32. Gus Baha’ mewanti-wanti agar anaknya bangga kepada bapaknya.
33. Hal ini bukan masalah sombong-sombongan.
34. Tapi ini mendidik anak agar ia tidak kecewa kepada orang tuanya dengan membandingkan dengan orang tua temannya.
35. Gus Baha’ mempunyai pola hidup sederhana.
36. Gus Baha punya televise, karena jangan sampai anaknya pergi dari rumah hanya ingin menonton televisi milik tetangga.
37. Bagi saya ini persoalan penting.
38. Agar anak bangga mempunyai orang tua seperti kita.
39. Gus Baha’ memberi uang saku sekolah kepada anaknya yang masih SD (Mas Hasan) selalu lebih dari teman-temannya.
40. Istrinya bertanya,”Apakah tidak boros, anak diberi sangu 5.000, sedangkan teman-temannya hanya diberi uang saku 2.000.”
41. Gus Baha’ berpendapat tidak boros.
42. Gus Baha ingin mengajar kepada anaknya untuk jajan kepada penjual di sekolah.
43. Masalah makanan sehat atau tidak enak lalu dibuang silakan, buang saja.
44. Persoalan dibuang berarti itu adalah rejekinya hewan-hewan seperti semut, cacing dan lain-lain.
45. Gus Baha’ ingin mengajar kita harus mempunyai kontribusi kepada orang yang mencari nafkah dengan cara halal, yaitu berjualan jajanan di sekolah.
46. Tidak ada yang mubazir, bagi Gus Baha’.
47. Cara pandang seperti ini tentunya tidak lazim, dan tergantung pada niatnya.
48. Mendidik anak adalah pilihan orang tua.
49. Gus Baha’ berpesan jangan mengira anak nakal tidak ada hubungannya dengan orang tua, sangat berhubungan.
50. Jika kalian ingin melihat dirimu, maka lihatlah anakmu.
51. Hal ini sering mengingatkan saya kepada teman merasa menyesal hingga menangis setelah memarahi anaknya.
52. Jika kita marah bahkan memukul anak, pada hakikatnya kita memarahi diri sendiri dan memukul diri kita sendiri.
53. Kita sedang menyakiti diri kita sendiri.

(Sumber: internet Qowim Musthofa)


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment