SEJARAH MAZHAB HANAFI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
ORANG TUA IMAM HANAFI
Tsabit bin Nukman, seorang pemuda tampan, harus menikahi wanita
cacat hanya karena menemukan sebuah apel.
“Datanglah setelah Isya untuk berjumpa dengan istrimu,” kata
pemilik kebun.
Malam hari usai salat Isya, Tsabit menemui calon istrinya yang
cacat.
Ia masuk kamar pengantin wanita dengan langkah berat.
Hatinya dipenuhi pergolakan luar biasa, tapi pemuda gagah itu
tetap bertekad memenuhi syarat pemilik apel.
Tsabit mengucapkan salam seraya masuk ke kamar istrinya.
Betapa terkejutnya Tsabit ketika mendengar jawaban salam dari
wanita yang suaranya lembut nan merdu.
Tak hanya itu, wanita itu mampu berdiri dan menghampiri Tsabit.
Begitu cantik paras si wanita, tanpa cacat apa pun dan anggota
tubuhnya lengkap.
Tsabit kebingungan, ia berpikir salah memasuki kamar.
Dan salah menemui wanita yang seharusnya istrinya buta, tuli,
bisu, dan lumpuh.
Tak percaya, Tsabit pun mempertanyakan si gadis bak bidadari itu.
Tapi, Tsabit tidak salah, ialah putri pemilik kebun apel yang
dinikahkan dengannya.
“Apa yang dikatakan ayah tentang aku?” tanya si gadis kepada
suaminya seolah tak percaya.
“Ayahmu berkata kau adalah seorang gadis buta,” kata Tsabit.
“Demi Allah, ayahku berkata jujur, aku buta karena aku tidak
pernah melihat sesuatu yang dimurkai Allah,” jawab si gadis membuat Tsabit
kagum.
“Ayahmu juga berkata bahwa kau bisu,” ujar Tsabit masih dalam
nada heran.
“Ya benar, aku tidak pernah mengucapkan satu kalimat pun yang
membuat Allah murka,” kata si gadis.
“Tapi, Ayahmu mengatakan, kamu tuli,” lanjut Tsabit.
“Ayahku benar, demi Allah. Aku tidak pernah mendengar satu kalimat pun, selain terdapat
rida Allah,” jawab gadis cantik itu.
“Tapi, ayahmu juga bilang bahwa kau lumpuh,” pertanyaan terakhir
Tsabit.
“Ya, ayah benar dan tidak berdusta. Aku tidak pernah
melangkahkan kakiku ke tempat yang Allah murkai,” ujar si gadis membuat Tsabit
begitu terpesona.
Tsabit memandangi istrinya yang cantik jelita itu.
Ia pun mengucapkan syukur.
Sang pemilik kebun kagum dengan sifat kehati-hatian Tsabit dalam
makan sesuatu hingga jelas kehalalannya.
Melihat kegigihan dan
kesalehan Tsabit, ia ingin menjadikannya menantu, menikahkan dengan putrinya
yang salihah.
Dari pernikahan itu, lahir seorang ulama salih, mujadid sangat
terkenal, yakni Nukman bin Tsabit.
Yang lebih dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah.
Bersama istrinya yang salihah, Tsabit mendidik putranya menjadi
salah satu imam besar dari empat madzab.
SEJARAH MAZHAB HANAFI
Mazhab
Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit yang dikenal Imam Abu Hanifah.
lmam
Abu Hanifah lahir di Kufah Irak tahun 80 Hijriah.
Tapi
ada yang mengatakan lmam Abu Hanifah keturunan dari Persia.
lmam
Abu Hanifah seorang guru besar fikih di lrak.
Mazhab
Hanafi kental dengan suasana ra’yu (logika) karena lrak jauh dari sumber hadis
di Mekah dan Madinah.
Hadis
Rasulullah yang sampai di lrak banyak yang palsu daripada yang sahih.
Pada
awalnya, lmam Abu Hanifah hanya menjadi pedagang yang sering pergi ke pasar dan
jarang menemui ulama.
Pada
suatu hari, lmam Abu Hanifah ketemu ulama yang tahu kecerdasannya.
Ulama
itu menganjurkan agar lmam Abu Hanifah banyak belajar kepada para ulama.
Mazhab Hanafi satu dari empat mazhab paling banyak dianut Muslim
Suni di dunia.
Mazhab Hanafi dianut Dinasti Abbasiyah, Turki Usmani, dan Kaisar Mughal di India.
Mazhab Hanafi banyak dianut di Turki, Afganistan, India,
Pakistan, Bangladesh, Suriah, Lebanon, Turki, Iran, Irak, dan Palestina.
Wafatnya lmam Abu Hanifah
lmam Abu Hanifah wafat tahun 150 Hijriah di Kufah lrak.
Daftar Pustaka
1. Aziz Asy-Syinawi, Abdul. Biografi Empat lmam Mazhab. Penerbit
Beirut Publisihing, Jakarta. 2016.
0 comments:
Post a Comment