Monday, December 7, 2020

7949. SEJARAH MAZHAB HANAFI

 


SEJARAH MAZHAB HANAFI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

 

 

ORANG TUA IMAM HANAFI

 

Tsabit bin Nukman, seorang pemuda tampan, harus menikahi wanita cacat hanya karena menemukan sebuah apel.

 

 

“Datanglah setelah Isya untuk berjumpa dengan istrimu,” kata pemilik kebun.

 

 

 

Malam hari usai salat Isya, Tsabit menemui calon istrinya yang cacat.

 

 

Ia masuk kamar pengantin wanita dengan langkah berat.

 

 

Hatinya dipenuhi pergolakan luar biasa, tapi pemuda gagah itu tetap bertekad memenuhi syarat pemilik apel.

 

 

Tsabit mengucapkan salam seraya masuk ke kamar istrinya.

 

 

Betapa terkejutnya Tsabit ketika mendengar jawaban salam dari wanita yang suaranya lembut nan merdu.

 

 

Tak hanya itu, wanita itu mampu berdiri dan menghampiri Tsabit.

 

 

Begitu cantik paras si wanita, tanpa cacat apa pun dan anggota tubuhnya lengkap.

 

 

Tsabit kebingungan, ia berpikir salah memasuki kamar.

 

 

Dan salah menemui wanita yang seharusnya istrinya buta, tuli, bisu, dan lumpuh.

 

 

Tak percaya, Tsabit pun mempertanyakan si gadis bak bidadari itu.

 

 

Tapi, Tsabit tidak salah, ialah putri pemilik kebun apel yang dinikahkan dengannya.

 

 

“Apa yang dikatakan ayah tentang aku?” tanya si gadis kepada suaminya seolah tak percaya.

 

 

“Ayahmu berkata kau adalah seorang gadis buta,” kata Tsabit.

 

 

“Demi Allah, ayahku berkata jujur, aku buta karena aku tidak pernah melihat sesuatu yang dimurkai Allah,” jawab si gadis membuat Tsabit kagum.

 

 

“Ayahmu juga berkata bahwa kau bisu,” ujar Tsabit masih dalam nada heran.

 

 

“Ya benar, aku tidak pernah mengucapkan satu kalimat pun yang membuat Allah murka,” kata si gadis.

 

 

“Tapi, Ayahmu mengatakan, kamu tuli,” lanjut Tsabit.

 



“Ayahku benar, demi Allah. Aku tidak pernah mendengar satu kalimat pun, selain terdapat rida Allah,” jawab gadis cantik itu.

 

 

 

“Tapi, ayahmu juga bilang bahwa kau lumpuh,” pertanyaan terakhir Tsabit.

 

 

“Ya, ayah benar dan tidak berdusta. Aku tidak pernah melangkahkan kakiku ke tempat yang Allah murkai,” ujar si gadis membuat Tsabit begitu terpesona.

 

 

Tsabit memandangi istrinya yang cantik jelita itu.

 

 

Ia pun mengucapkan syukur.

 

 

Sang pemilik kebun kagum dengan sifat kehati-hatian Tsabit dalam makan sesuatu hingga jelas kehalalannya.

 

 

 Melihat kegigihan dan kesalehan Tsabit, ia ingin menjadikannya menantu, menikahkan dengan putrinya yang salihah.

 

 

Dari pernikahan itu, lahir seorang ulama salih, mujadid sangat terkenal, yakni Nukman bin Tsabit.

 

 

Yang lebih dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah.

 

 

Bersama istrinya yang salihah, Tsabit mendidik putranya menjadi salah satu imam besar dari empat madzab.

 

 

 

 SEJARAH MAZHAB HANAFI

 

Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit yang dikenal Imam Abu Hanifah.

 

 

lmam Abu Hanifah lahir di Kufah Irak tahun 80 Hijriah.

 

 

Tapi ada yang mengatakan lmam Abu Hanifah keturunan dari Persia.

 

 

lmam Abu Hanifah seorang guru besar fikih di lrak.

 

 

Mazhab Hanafi kental dengan suasana ra’yu (logika) karena lrak jauh dari sumber hadis di Mekah dan Madinah.

 

 

Hadis Rasulullah yang sampai di lrak banyak yang palsu daripada yang sahih.

 

Pada awalnya, lmam Abu Hanifah hanya menjadi pedagang yang sering pergi ke pasar dan jarang menemui ulama.

 

Pada suatu hari, lmam Abu Hanifah ketemu ulama yang tahu kecerdasannya.

 

 

Ulama itu menganjurkan agar lmam Abu Hanifah banyak belajar kepada para ulama.

 

 

 

Mazhab Hanafi satu dari empat mazhab paling banyak dianut Muslim Suni di dunia.

 

 

Mazhab Hanafi dianut Dinasti Abbasiyah, Turki Usmani, dan  Kaisar Mughal di India.

 

 

Mazhab Hanafi banyak dianut di Turki, Afganistan, India, Pakistan, Bangladesh, Suriah, Lebanon, Turki, Iran, Irak, dan Palestina.

 

 

Wafatnya lmam Abu Hanifah

 

 

 

lmam Abu Hanifah wafat tahun 150 Hijriah di Kufah lrak.

 

 

 

Daftar Pustaka

 

1.      Aziz Asy-Syinawi, Abdul. Biografi Empat lmam Mazhab. Penerbit Beirut Publisihing, Jakarta. 2016.

 

 

0 comments:

Post a Comment