TAK BOLEH MENGGANTI KAMI
DENGAN SAYA MESKIPUN SALAT SENDIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M
Egoisme adalah tingkah laku.
Yang didasarkan atas
dorongan untuk keuntungan diri sendiri.
Daripada untuk
kesejahteraan orang lain.
Seorang wartawan Mesir
pernah meneliti.
Tentang percakapan di
antara manusia.
Dengan merekam data perusahaan telepon.
Dia merekam 500 percakapan.
Untuk mengetahui kata yang
paling banyak dipakai manusia.
Ternyata, kata yang paling
banyak dipakai.
Yaitu kata yang menunjuk
kepada diri sendiri.
Misalnya kata “aku” atau
“saya”.
Yang terulang 3.999 kali.
Atau muncul sekitar 8 kali tiap
percakapan.
Agaknya, kata “aku” atau “saya”.
Adalah kata paling ringan, indah,
dan lezat.
Untuk diucapkan oleh lidah manusia.
Meskipun sering kata “aku”.
Atau “saya” adalah kata
yang “berat”.
Terdengar di telinga mitra
bicara kita.
Hal tersebut adalah tanda
dan indicator.
Tentang mendalamnya sifat individualism.
Dan menonjolnya keakuan dalam jiwa manusia.
Sehingga mustahil kata “aku”
atau “saya".
Dihapus dari kamus bahasa
manusia.
Dalam Al-Quran, kita dapat
menemukan petunjuk dan pedoman.
Yang tersirat lewat ayat
yang tersurat.
Allah dan manusia juga memakai
kata “aku” atau “saya”.
Meskipun diakui bahwa Allah
Yang Maha Mutlak.
Serta tidak ada yang
menyamai kebesaran dan keagungan Allah.
Allah Yang Maha Kuasa jarang memakai kata “Aku” atau
“Saya”.
Jika khawatir dapat timbul salah
paham tentang Zat Allah.
Atau wewenang Allah.
Barulah kata “Aku” atau
“Saya” dipakai.
Tetapi pada umumnya Allah
menunjuk kepada diri-Nya dengan bentuk jamak.
Yang mengandung makna.
Keterlibatan Allah dan mahluk
Allah.
Dalam aktivitas yang
ditunjuk.
Para nabi dan rasul adalah manusia
pilihan Allah.
Para nabi dan rasul memakai kata “aku”.
Bukan untuk menonjolkan “keakuan”.
Tapi menggambarkan
kebutuhan.
Serta kelemahan para nabi
dan rasul.
Di hadapan Allah Yang Maha
Kuasa.
Al-Quran surah Al-An’am (surah
ke-6) ayat 50.
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ
وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ
إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ
أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Katakan:”Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku
mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa
yang diwahyukan kepadaku. Katakan:”Apakah sama orang yang buta dengan orang
yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?”
Al-Quran surah An-Naml (surah
ke-27) ayat 40.
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا
آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ
مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ
أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab,”Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala
Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata,”Ini
termasuk karunia Tuhanku untuk mencobaku apakah aku bersyukur atau mengingkari
(akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya
lagi Maha Mulia".
Al-Quran surah Yusuf (surah
ke-12) ayat 86.
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Yakub menjawab,”Sesungguhnya hanya kepada
Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah
apa yang kamu tidak mengetahuinya”.
Al-Quran surah Yunus (surah ke-10) ayat 72.
فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ ۖ
إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ
Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku
tidak meminta upah Sedikit pun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari
Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang
berserah diri (kepada-Nya).
Al-Quran surah Fussilat (surah
ke-41) ayat 33.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ
وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh
dan berkata,”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?
Umat Islam dituntut oleh
Al-Quran untuk mengucapkan,
”Hanya kepada-Mu kami
mengabdi.
Dan hanya kepada-Mu kami mohon
bantuan”.
Al-Quran surah Al-Fatihah (surah
ke-1) ayat 5.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya
kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.
Tidak dibenarkan mengubah kata
“kami” menjadi “aku”.
Meskipun orang salat sendirian.
Hal ini memberikan kesan.
Bahwa “keakuan” seorang
Muslim secara konseptual harus lebur dalam “aku-aku” yang lain.
Dan harus selalu bersama
orang-orang atau mahluk lain.
Kebersamaan itu
menghasilkan terikatnya seorang Muslim dengan sesama manusia.
Sehingga dapat merasakan penderitaan
orang lain.
Bagaikan satu jasad yang punya
organ-organ.
Sehingga seluruh jasad akan
merasakan keluhan organ lain.
Yang terkecil sekalipun.
Sehingga Qarun (orang yang kaya
raya pada zaman Nabi Musa).
Yang tidak mau merasakan penderitaan
orang lain.
Dikecam oleh Al-Quran.
Ketika menonjolkan “keakuanya”.
Dengan berkata,
”Sesungguhnya aku hanya
diberi harta itu.
Karena ilmu yang ada padaku”.
Al-Quran surah Al-Qashas (surah
ke-28) ayat 78.
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ
أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ
مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ
ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Qarun berkata,”Sesungguhnya
aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah dia
tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat
sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?
Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang
dosa-dosa mereka.
Daftar Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera
Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab.
Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan,
2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book
Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi
3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment