Saturday, November 13, 2021

11643. EGOISME SULIT MENGHILANGKAN AKU

 



EGOISME SULIT MENGHILANGKAN AKU

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

Egoisme adalah tingkah laku.

Yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri.

Daripada untuk kesejahteraan orang lain.

 

Seorang wartawan Mesir pernah meneliti.

Tentang percakapan di antara manusia.

Dengan merekam data  perusahaan telepon.

 

 

Dia merekam 500 percakapan.

Untuk mengetahui kata yang paling banyak dipakai manusia.

 

Ternyata, kata yang paling banyak dipakai.

 

Yaitu kata yang menunjuk kepada  diri sendiri.

 

Misalnya kata “aku” atau “saya”.

Yang terulang 3.999 kali.

 

Atau muncul sekitar 8 kali tiap percakapan.  

 

   

Agaknya, kata “aku” atau “saya”.

 

Adalah kata paling ringan, indah, dan lezat.

 

Untuk diucapkan oleh lidah manusia.

 

Meskipun sering kata “aku”.

Atau “saya” adalah kata yang “berat”.

Terdengar di telinga mitra bicara kita.

 

Hal tersebut adalah tanda dan indicator.

 

Tentang mendalamnya sifat individualism.

Dan  menonjolnya keakuan dalam jiwa manusia.

 

Sehingga mustahil kata “aku” atau “saya".

Dihapus dari kamus bahasa manusia.

 

Dalam Al-Quran, kita dapat menemukan petunjuk dan pedoman.

Yang tersirat lewat ayat yang tersurat.

 

Allah dan manusia juga memakai kata “aku” atau “saya”.

 

Meskipun diakui bahwa Allah Yang Maha Mutlak.

 

Serta tidak ada yang menyamai kebesaran dan keagungan Allah.

 

 

Allah Yang Maha Kuasa jarang memakai kata “Aku” atau “Saya”.

 

 

Jika khawatir dapat timbul salah paham tentang Zat Allah.

 

Atau wewenang Allah.

 

Barulah kata “Aku” atau “Saya” dipakai.

 

 

Tetapi pada umumnya Allah menunjuk kepada diri-Nya dengan bentuk jamak.

 

Yang mengandung makna.

Keterlibatan Allah dan mahluk Allah.

Dalam aktivitas yang ditunjuk.

 

Para nabi dan rasul adalah manusia pilihan Allah.

 

Para nabi dan rasul  memakai kata “aku”.

Bukan untuk menonjolkan “keakuan”.

 

Tapi menggambarkan kebutuhan.

Serta kelemahan para nabi dan rasul.

Di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.

 

 

Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 50.

 

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

    

 Katakan:”Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakan:”Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?”

 

 

Al-Quran surah An-Naml (surah ke-27) ayat 40.

 

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

    

 Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab,”Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata,”Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencobaku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa  ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

 

 

Al-Quran surah Yusuf (surah ke-12) ayat 86.

 

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

     

      Yakub menjawab,”Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya”.

 

Al-Quran surah Yunus (surah ke-10) ayat 72.

 

فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

     

 Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah Sedikit pun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).

 

Al-Quran surah Fussilat (surah ke-41) ayat 33.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

 

      

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata,”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?

 

Umat Islam dituntut oleh Al-Quran untuk mengucapkan,

 

”Hanya kepada-Mu kami mengabdi.

Dan hanya kepada-Mu kami mohon bantuan”.

 

 

Al-Quran surah Al-Fatihah (surah ke-1) ayat 5.

 

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

 

      Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.

 

 

Tidak dibenarkan mengubah kata “kami” menjadi “aku”.

 

Meskipun orang salat sendirian.

 

 

Hal ini memberikan kesan.

Bahwa “keakuan” seorang Muslim secara konseptual harus lebur dalam “aku-aku” yang lain.

 

Dan harus selalu bersama orang-orang atau mahluk lain.

 

 

Kebersamaan itu menghasilkan terikatnya seorang Muslim dengan sesama manusia.

 

Sehingga dapat merasakan penderitaan orang lain.

 

 

Bagaikan satu jasad yang punya organ-organ.

 

Sehingga seluruh jasad akan merasakan keluhan organ lain.

Yang terkecil sekalipun.

 

 

Sehingga Qarun (orang yang kaya raya pada zaman Nabi Musa).

Yang tidak mau merasakan penderitaan orang lain.

 

Dikecam oleh Al-Quran.

 

Ketika menonjolkan “keakuanya”.

 

Dengan berkata,

 

”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu.

 

Karena ilmu yang ada padaku”.

Al-Quran surah Al-Qashas (surah ke-28) ayat 78.

 

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ

     

Qarun berkata,”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah dia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

 

 

Daftar Pustaka

1.              Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2.              Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.              Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.              Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.              Tafsirq.com online

 

0 comments:

Post a Comment