Saturday, July 7, 2018

933. KOSAKATA















TAFSIR AL-QURAN DAN PEMILIHAN KOSAKATA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Beberapa orang bertanya,”Tolong dijelaskan hubungan antara tafsir Al-Quran dan pemilihan kosakata?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.  
      Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat Al-Quran agar maksudnya lebih mudah dipahami, dan kosakata adalah perbendaharaan kata, sedangkan kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
      Al-Quran menggunakan kosakata yang digunakan oleh orang Arab pada zaman Nabi Muhammad, tetapi pengertian kosakata tersebut tidak selalu sama dengan pengertian yang populer di kalangan mereka, karena Al-Quran menggunakan kosakata tersebut, tetapi bukan dalam bidang semantik (pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata) yang mereka kenal.
       Perkembangan bahasa Arab memberikan pengertian baru untuk kosakata yang digunakan dalam Al-Quran, sehingga seorang mufasir tidak bebas memilih pengertian yang dikehendakinya atas dasar pengertian satu kosakata pada masa pra-Islam, atau yang kemudian berkembang.
      Seorang mufasir (orang yang menerangkan makna atau maksud ayat Al-Quran atau  orang yang ahli dalam penafsiran) harus memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan serta konteks pembicaraan ayat, juga harus memperhatikan penggunaan Al-Quran terhadap setiap kosakata, dan mendahulukannya dalam memahami kosa kata tersebut daripada pengertian yang dikenal pada masa pra-Islam.
     Secara umum para mufasir tidak boleh menggunakan pengertian baru yang berkembang kemudian, apabila tidak ditemukan pengertian khusus untuk satu kosakata atau terdapat petunjuk yang menjelaskan ayat Al-Quran, maka para mufasir bebas memilih arti yang dimungkinkan.
      Misalnya, kata “alaq” dalam wahyu pertama Al-Quran surah Al-Alaq (surah ke-96) ayat 1-2.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ

      Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
       Kata “alaq” mempunyai banyak arti, misalnya dapat diartikan “segumpal darah, sejenis cacing lintah, sesuatu yang berdempet dan bergantung, kebergantungan, dan sebagainya”, sehingga seorang mufasir mempunyai kebebasan untuk memilih salah satu kosakata dari arti tersebut, dengan menampilkan alasannya.
      Perbedaan pendapat para mufasir karena pemilihan kosakata atau arti tersebut harus ditoleransi dan ditampung, selama dikemukakan dalam batas tanggung jawab dan kesadaran, shingga para mufasir tetap memperoleh pahala dari Allah, meskipun pada akhirnya pendapat tersebut terbukti keliru.
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
4.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
5.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
6.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
7.    Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
8.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
9.    Tafsirq.com online

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment