Thursday, July 12, 2018

960. MATA

MENSYUKURI  NIKMAT MATA,
TELINGA, DAN HATI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

         Keluarga Mukiyo yang tinggal di Panjunan, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur  memiliki seekor kucing yang lucu, imut, cantik, berbulu indah, dan menggemaskan, yang biasanya dipanggil dengan sebutan “si Meong”.
      Hanya empat kata yang dilatihkan kepada si Meong, yaitu: meong, berdiri, pergi, dan tidur. Setiap setiap kali dipanggil namanya, si Meong segera datang dengan berlari dan setiap disebutkan kata yang sudah diajarkan, si Meong dengan cepat mengikutinya sesuai dengan perintah.
     Keluarga Mukiyo sangat mencintai si Meong, dianggap seperti bagian dari keluarganya, apabila bepergian si Meong sering kali diajak ikut serta, keluarga Mukiyo dan si Meong seakan tidak terpisahkan.
     Bayangkan, hanya menguasai empat kata saja, si Meong mendapatkan tempat istimewa dalam keluarga itu, bagaimana dengan manusia yang mengenal banyak kosakata?
    Si Meong mempunyai mata, telinga, dan hati, tetapi si Meong tetap hewan peliharaan, dan si Meong tetap seekor binatang biasa yang memiliki daya emosional dari rangsangan atau stimulus yang diberikan.
      Perintah yang diberikan kepada si Meong hanya searah dan tidak terjadi komunikasi timbal balik, hal itu yang membedakan manusia dengan binatang, karena manusia lebih utama dibandingkan dengan binatang, tetapi manusia bisa turun derajatnya menjadi lebih rendah daripada hewan.
      Manusia yang tidak pandai bersyukur dengan nikmat mata, telinga, dan hati yang diberikan oleh Allah, maka derajatnya “anjlok” menjadi lebih rendah daripada binatang ternak.
      Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 179. 

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

       Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
      Si Meong memanfaatkan mata, telinga, dan hatinya hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya belaka, sedangkan kebutuhan biologis hanya merasakan enak atau tidak enak, puas atau tidak puas, senang atau tidak senang, jika kebutuhanya tidak terpenuhi, maka hewan akan merusak.
      Manusia diberi mata, telinga, dan hati untuk melihat, mendengar, dan memahami kebesaran Allah, lalu mensyukurinya dengan beribadah kepada Allah, sehingga manusia yang tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah, maka derajatnya sama dengan hewan, bahkan lebih rendah lagi. 
      Al-Quran surah Al-Haj (surah ke-22) ayat 46.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

       Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
      Al-Quran surah Al-Mukminun (surah ke-23) ayat 78.

وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

       Dan Allah yang telah menciptakan bagimu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
      Mata, telinga, dan hati manusia perlu dilatih, dirawat, dan diasah agar semakin tajam dan sensitif sehingga mudah bersyukur atas semua nikmat dan karunia Allah. Salah satu cara  memperkaya rasa syukur adalah dengan mengunjungi orang yang sakit dan mengantarkan jenazah.
      Al-Quran surah An-Nahl (surah ke-16) ayat 18.

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

      Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
      Al-Quran surah Adh-Dhuha (surah ke-93) ayat 11.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

      Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).
      Al-Quran surah Ibrahim (surah ke-14) ayat 7.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

      Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
      Al-Quran surah At-Takatsur (surah ke-102) ayat 8 menjelaskan bahwa semua nikmat yang diperoleh, kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

     Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
     Nabi Bersabda,”Agar kalian menjadi manusia yang gampang bersyukur, maka seringlah berkunjung kepada saudaramu yang sakit dan mengantarkan jenazah orang yang meninggal dunia.”
      Dengan sering mengunjungi orang yang sakit dan mengantarkan jenazah orang yang wafat, maka kita akan mudah bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada kita selama ini.
Daftar Pustaka
1. Triono, Bambang. Inspiring Moslem entrepreneur. Penerbit Kayu Tangan. Malang 2009. Daftar Pustaka
2. Mustofa, Agus. Pusaran Energi Kakbah. Penerbit Padma Press. Surabaya 2006.
3. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
4. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
5. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
6. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
7. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
8. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
9. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
10. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
11. Tafsirq.com online

Related Posts:

  • 904. RAHMAT NABI MUHAMMAD RAHMAT BAGI SELURUH ALAM Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.       Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah, Nabi M… Read More
  • 904. RAHMATNABI MUHAMMAD RAHMAT BAGI SELURUH ALAM Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.       Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah, Nabi Muha… Read More
  • 905. JIBRILBENTUK MALAIKAT JIBRIL Oleh: Drs. H. M.  Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang beranya,”Mohon dijelaskan bentuk… Read More
  • 905. JIBRILBENTUK MALAIKAT JIBRIL Oleh: Drs. H. M.  Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang beranya,”Mohon dijelaskan bentuk… Read More
  • 905. JIBRILBENTUK MALAIKAT JIBRIL Oleh: Drs. H. M.  Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang beranya,”Mohon dijelaskan bentuk… Read More

0 comments:

Post a Comment