INGIN HIDUP 1.000 TAHUN MENJADI
TAMAK
Oleh:
Drs. H.M. Yusron Hadi, MM
Mati
(menurut KBBI V) artinya sudah hilang nyawanya atau tidak hidup lagi.
Kematian
manusia didefinisikan sebagai “ketiadaan hidup”, atau “antonim dari hidup”.
Al-Quran
menjelaskan bahwa kematian manusia tidak hanya terjadi sekali, tetapi 2 kali
kematian.
Al-Quran surah Al-Mukmin (surah
ke-40) ayat 11.
قَالُوارَبَّنَاأَمَتَّنَااثْنَتَيْنِوَأَحْيَيْتَنَااثْنَتَيْنِفَاعْتَرَفْنَابِذُنُوبِنَافَهَلْإِلَىٰخُرُوجٍمِنْسَبِيلٍ
Mereka
menjawab,”Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka
adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari siksa neraka)?”
Kematian ke-1 dialami oleh manusia
sebelum kelahirannya atau ketika Allah
belum menghembuskan ruh kehidupan kepadanya.
Kematian ke-2 adalah pada saat
meninggalkan dunia yang fana ini.
Kehidupan ke-1 dialami oleh manusia pada
saat manusia bisa bernapas di dunia ini.
Kehidupan ke-2 saat berada di alam
barzakh, atau kelak ketika dibangkitkan di akhirat.
Al-Quran berbicara tentang kematian
dalam banyak ayat.
Para ahli memperkirakan sekitar 300-an ayat yang
berbicara tentang berbagai aspek kematian dankehidupan sesudah kematian kedua.
Secara umum bisa disimpulkan
bahwa pembicaraan tentangkematian adalah suatu hal tidak yang menyenangkan, bahkan manusia ingin hidup 1.000
tahun lagi.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 96.
وَلَتَجِدَنَّهُمْأَحْرَصَالنَّاسِعَلَىٰحَيَاةٍوَمِنَالَّذِينَأَشْرَكُوا
ۚ يَوَدُّأَحَدُهُمْلَوْيُعَمَّرُأَلْفَسَنَةٍوَمَاهُوَبِمُزَحْزِحِهِمِنَالْعَذَابِأَنْيُعَمَّرَ
ۗ وَاللَّهُبَصِيرٌبِمَايَعْمَلُونَ
Dan
sungguh kamu akan mendapati mereka manusia yang paling loba kepada kehidupan
(di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik, masing-masing
mereka ingin agar diberikan umur seribu tahun, padahal umur panjang sekali-kali
tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.
Dikisahkan iblis berhasil merayu Nabi
Adam dan Hawa melalui keinginan hidup kekal selamanya.
Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 120.
فَوَسْوَسَإِلَيْهِالشَّيْطَانُقَالَيَاآدَمُهَلْأَدُلُّكَعَلَىٰشَجَرَةِالْخُلْدِوَمُلْكٍلَايَبْلَىٰ
Kemudian
setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, “Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
Banyak faktor yang menyebabkan orang takut mati
1.
Tidak mengetahui hal yang akandihadapinya
setelah kematian.
2.
Menduga harta kekayaan dan segala yang
dimiliki di dunia sekarang ini adalah lebih baik daripada yang akan diperoleh
nanti setelah kematian.
3.
Membayangkan betapa sulit dan pedih
pengalaman mati dan sesudah mati.
4.
Khawatir memikirkan dan prihatin
terhadapkeluarga yang ditinggalkan.
5.
Tidak mengetahui makna hidup dan mati, sehingga
merasa cemas dan takut menghadapi kematian.
Muncul pandangan yang optimistis dan pesimistis
terhadap kematian dan kehidupan, bahkan dari kalangan para pemikir .
Manusia dengan nalar dan pengalamannya
tidak mampu mengetahui hakikat kematian.
Kematian dinilai sebagai salah satu gaib
nisbi yang paling besar dan aneh.
Meskipun hakikat kematian adalah misteri
dan sesuatu yang tidak diketahui.
Tetapi setiap menyaksikan peristiwa kematianyang
merenggut nyawa makhluk yang hidup, manusia semakin terdorong untuk mengetahui
hakikat kematian.
Setidaknya akanterlintas dalam benaknya,
suatu ketika dirinya pasti akan mati.
Manusia sering menyaksikan datangnya kematian
tidak melihat umur dan tempat.
Kematian tidak menangguhkan kehadirannya
sampai terpenuhi semua keinginan.
Kematian menimbulkan kecemasan bagi
banyak orang, terutama bagi orang yang menganggap
bahwa hidup hanya sekali, yakni di dunia ini saja.
Ada orang yang menilai kehidupan ini adalah
siksaan.
Untuk menghindar dari siksaan itu,mereka
ingin melupakan kematian dan menghindari kecemasan yang ditimbulkannya.
Dengan melakukan apa saja secara bebas
tanpa aturan, karena menilai kematian adalah akhir dari segalanya.
Sebenarnya akal dan perasaan manusia pada
umumnya enggan menjadikan kehidupan atau eksistensi mereka terbatas dalam
beberapa puluh tahun saja.
=Meskipun manusia menyadari bahwa mereka
harus mati, tetapi pada umumnya menilai kematian manusia bukan berarti
kepunahan.
Keengganan manusia menilai kematian sebagai
kepunahan tercermin melalui penciptaan berbagai cara untuk menunjukkan
eksistensinya.
Misalnya,dengan menyediakan kuburan,
atau tempat tersebut dikunjunginya secara rutin.
Sebagai manifestasi dari keyakinannya
bahwa manusia yang telah meninggalkan dunia masih tetap hidup,meskipun jasadnya
tidak ada.
Hubungan antara manusia yang hidup dengan
orang yang telah meninggal amat berakar pada jiwa manusia.
Hal ini tercermin sejak zaman dahulu sebelum
kehadiran agama besar yang dianut olehumat manusia sekarang.
Masyarakat Mesir Kuno meyakini keabadian
manusia.
Mereka menciptakan teknik untuk mengawetkan
mayat selama ratusan tahun lamanya.
Socrates menulis, “Ketika aku menemukan
kehidupan (dunia) kutemukan bahwa akhir kehidupan adalah kematian, tetapai ketika
aku menemukan kematian, aku pun menemukan kehidupan abadi.
Oleh karena itu, kita harus prihatin
dengan kehidupan (dunia) dan bergembira dengan kematian, karena kita hidup
untuk mati dan mati untuk hidup”.
Para pemikir modern berpendapat bahwa
keabadian manusia dibuktikan oleh karya besar mereka.
Filosof Jerman Goethe menjadikan
kehidupan dunia ini sebagai arena bekerja keras, dan kematian adalah pintu
gerbang menuju kehidupan baru guna merasakan ketenangan dan keterbebasan dari
segala macam beban.
Daftar
Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment