Tuesday, January 19, 2021

8462. MAIN GOLF INDIKASI EKONOMI NASIONAL

 


MAIN GOLF INDIKASI EKONOMI NASIONAL

 

 

 

 

EKONOMI MENANTANG HEGEMONI, BERANI ?

 

 

Golf adalah salah satu ukuran atau indikasi ekonomi yang jarang orang perhatikan.

 

 

Memang golf olah raga kaum kolonial.

 

 

Golf bukan oleh raga milenial dan gen Z!!

 

 

Mereka di bawah 40 tahun jarang main golf karena bukan  “passion” anak muda.

 

 

 

Fakta lain, tontonan golf di media utama dunia tinggal 25%.

 

 

Dibanding masa jayanya golf dan media 15 – 20 tahun lalu.

 

 

 

Mengapa golf jadi ukuran indikasi ekonomi mikro?

 

 

Karena pemegang kendali uang saat ini masih kaum kolonial.

 

 

 

Mereka yang di atas 40 tahun masih memegang 80% keuangan dunia swasta.

 

 

 

Ini bukan di Indonesia saja tetapi di dunia.

 

 

Sampai kapan pun yang 40 tahun ke atas tetap memegang peredaran uang 80% dunia swasta.

 

 

 

Kalian usianya 40 tahunan saat ini.

 

 

Nanti 20 tahun lagi, kalian pengontrol 80% peredaran uang swasta dunia.

 

 

 

Tunggu aja gilirannya.

 

 

 

Kembali ke golf yang sebentar lagi jadi dinosurus akan musnah 20 tahunan lagi.

 

 

Mereka main golf usianya 40 tahun ke atas berkumpul di lapangan golf.

 

 

Bisa kita lihat ekonomi negara maju atau tidak, pada saat ini.

 

 

 

Mitra saya punya beberapa lapangan golf.

 

 

 Mengatakan pemain golf saat ini berkurang jumlahnya.

 

 

 

 Yang pemain baru sedikit.

 

 

Tapi YANG TIDAK MAIN LAGI tambah banyak, karena golf itu mahal.

 

 

 

Tahun lalu, dia rugi 10 milyar pertahun.

 

 

 Tahun 2021 dia lepas 1 lapangan golf nya.

 

Yang kalau dipertahankan 7 tahun ke depan dia berpotensi rugi 120 milyaran.

 

 

 

Untung dalam bisnis selalu ada the next looser.

 

 

 

Jadi diambil sama pengusaha lain.

 

 

Yang kita perkirakan akan menjadi korban, pasti rugi.

 

 

 

 Mereka yang punya duit tebal terkadang punya lapangan golf untuk POSITIONING saja di komunitas creme de la crème.

 

 

Walaupun rugi, terutama di tempat yang ini.

 

 

 

Mitra saya, dia realistik, memang golf membuat dirinya punya posture di kalangan pebisnis dan pejabat.

 

 

 

 

Tapi pembiayaannya rugi.

 

 

Dia realistik.

 

 

 

Mengapa merugi?

 

 

Karena para pemain golf yang nota bene kolonial banyak mengeluh.

 

 

Ekonomi saat ini memberat, susah, efek covid, efek de-globalisasi yang lndonesia tidak siap.

 

 

Banyak lagi masalahnya membuat KALANGAN ATAS berkurang income nya.

 

 

 

 

Ini cukup mengejutkan.

 

 

Jika kalangan the have yang punya cuan mulai mengurangi biaya biaya tidak perlu.

 

 

Seperti belanja barang mewah, golf, liburan wisata keluar negeri.

 

 

Maka arus kas pasti tidak berputar kencang.

 

 

 

Ini membuat arah putaran ke bawah dikenal dengan vicious cyrcle.

 

 

 

Vicious cyrcle adalah gerakan ekonomi negatif terus menggulung ke bawah.

 

 

 Ibarat gulungan air menyedot ke bawah ketika kapal tenggelam.

 

 

 

Virtous cyrcle adalah sebaliknya.

 

 

 

Seperti topan tornado yang membawa ekonomi naik ke atas saling topang.

 

 

 

Ketika ekonomi kena imbas memukul banyak bottom of pyramid.

 

 

Secara global makro Indonesia belum tentu menggoyang ekonomi nasional.

 

 

 

Ada 3% jumlah pebisnis besar  memutar 70% ekonomi nasional.

 

 

 

 dan 97% jumlah pengusaha ekonomi UKM hanya 30% menopang ekonomi nasional.

 

 

 

Jika UKM terpengaruh 10% turun dari 30%.

 

 

Tapi pengusaha besar naik 10%,  maka ekonomi makro lndonesia tidak terpengaruh.

 

 

 

Walaupun faktanya 10% ekonomi mikro UKM jatuh tadi membuat 10 – 15 juta manusia kelas bawah menjerit menderita.

 

 

 

Sekarang dengan info kelas atas banyak terpukul.

 

 

 Artinya, ekonomi mikro 3% kena imbasnya, bisa memukul 10% ekonomi nasional dalam arti sebenarnya.

 

 

 

Kemarin 2 kuartal minus, selama 2 kwartal ke depan masih diragukan positifnya.

 

 

 

Bisa panjang minus pertumbuhannya.

 

 

Jika melihat fakta pemain golf berkurang, itu hanya salah satu indikasi.

 

 

 

Lalu bagaimana solusinya?

 

 

 

Nah perlu pemikiran gila Sontoloyo.

 

 

 Dan gak punya takut, walaupun nantinya ditentang IMF world bank bahkan OBOR Tiongkok marah.

 

 

 

Kita buat semacam NASDAQ nya lndonesia, faham?

 

 

perlu diperinci?

 

 

 

Kita perincikan.

 

 

Tetapi selalu ada pertanyaan mendasar, wani ora?

 

 

Atau wis manut GBHN negara lain dan globalis wae.

 

 

Lah percuma tak rinci dul !!

 

(Sumber Mardigu)

 

0 comments:

Post a Comment