RA KARTINI ANTI POLIGAMI TAPI DIPOLIGAMI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Kisah RA Kartini yang menolak poligami.
Tapi terpaksa jadi istri ke-4 Bupati Jepara.
Kisah RA Kartini menjadi sejarah tak terlupakan hingga sekarang.
Perjalanan cintanya tampak menyedihkan.
RA Kartini dipaksa masuk dalam poligami.
RA Kartini berada dalam lingkungan
poligami sejak kecil.
RA Kartini sudah paham tentang hal itu.
Ayah RA Kartini (Raden Mas Adipati Ario
Sosroningrat) tak hanya punya 1 istri saja.
Ibunya, MA Ngasirah harus rela dipoligami oleh ayahnya.
Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat menikah lagi dengan Raden
Ajeng Woerjan.
Saat itu, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat akan menjadi
bupati.
Sehingga harus menikah dengan wanita keturunan bangsawan.
RA Kartini menentang poligami karena
dianggap merugikan wanita.
RA Kartini adalah pejuang kesetaraan pria dan wanita.
RA Kartini menentang poligami.
Tapi RA Kartini terseret poligami dengan
menjadi istri ke-4 Bupati Jepara.
RA Kartini gagal sekolah di Belanda bersama adik-adiknya.
Karena ditentang oleh sang ayahnya.
Keputusan ayahnya membuat RA Kartini murung.
Ayahnya juga menentang RA Kartini sekolah
di Batavia.
Keputusan itu membuat RA Kartini pingsan.
RA Kartini harus menikah dengan Bupati Rembang Raden
Adipati Djojo Adiningrat.
Sehingga RA Kartini menulis beberapa surat tentang cinta pada
sahabatnya.
RA Kartini (24 tahun) menikah dengan Bupati Rembang Adipati
Djojoadiningrat.
RA Kartini meninggal usia 25 tahun.
Setelah melahirkan anak laki-laki.
Kemudian Mr JH Abendanon (sahabat RA Kartini).
Mengumpulkan surat yang pernah dikirimkan oleh RA Kartini.
Mr JH Abendanon menerbitkan dalam buku berjudul,
"Door Duisternis tot Licht".
Yang terbit pertama tahun 1911.
Pada 1922 buku itu terbit dalam bahasa melayu.
Berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" .
Yang diterbitkan Balai Pustaka.
Kemudian buku "Door Duisternis tot Licht".
Diterjemahkan Agnes Louise Symmers, menjadi:
"Letters of a Javanese Princess".
Perasaan RA Kartini tentang cinta.
Terungkap dalam surat-surat yang dikirim kepada sahabatnya itu.
KUTIPAN SURAT RA KARTINI
Surat RA Kartini dalam "Letters of a Javanese Princess"
"Love! what do we know here of love?
How can we love a man whom we have never known?
And how could he love us?
That in itself would not be possible.
Young girls and men must be kept rigidly apart, and are never
allowed to meet."
Cinta! Apa yang kita ketahui tentang cinta?
Bagaimana kita dapat mencintai seorang pria yang tak pernah kita
kenal sebelumnya?
Bagaimana pria itu dapat mencintai kita?
Tentu saja mustahil.
Perempuan dan laki-laki muda dipisahkan, dan tak pernah diizinkan
untuk berjumpa.
(Jepara - 25 Mei 1899)
"How can a man and woman love each other when they see each
other for the first time in their lives after they are already fast bound in
the chains of wedlock?"
Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu
dengan yang lain.
Ketika mereka baru berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini
setelah mereka terikat dalam pernikahan?
(Jepara - 6 November 1899)
"I shall never, never fall in love.
To love, there must first be respect, according to my
thinking; and I can have no respect for the Javanese young man.
How can I respect one who is married and a father, and who, when he
has had enough of the mother of his children, brings another woman into his
house?"
Saya tak akan pernah, tak akan pernah jatuh cinta.
Mencintai, pertama-tama membutuhkan rasa hormat, menurut hemat
saya.
Dan saya tidak dapat menghormati pemuda Jawa muda.
Bagaimana saya bisa menghormati seseorang yang telah menikah dan
menjadi seorang ayah.
dan telah punya istri yang melahirkan anak-anaknya, membawa
perempuan lain ke dalam rumahnya?
(Jepara - 6 November 1899)
"I think there is nothing finer than to be able to call a
happy smile to a loved mouth—to see the sunshine break over another's face."
Tiada hal yang lebih indah.
Selain dapat menerbitkan senyum di wajah mereka yang kita cinta.
(November 1899)
"Too often we are made to feel that we Javanese are not really
human beings at all.
How do the Netherlanders expect to be loved by us when they treat
us so?
Love begets love, but scorn never yet aroused affection."
Terlalu sering kami merasakan bahwa kami, orang Jawa, bukan manusia
sama sekali.
Bagaimana mungkin orang-orang Belanda berharap untuk dicintai
orang-orang Jawa.
Ketika mereka memperlakukan kami seperti ini?
Cinta melahirkan cinta.
Tetapi hinaan tak akan pernah menimbulkan kasih sayang.
(23 Agustust 1900)
"We wished to be loved - not feared."
Kita berharap untuk dicintai - bukan ditakuti.
(17 Agustus 1902)
"Love is the bond which binds us together."
Cinta adalah ikatan yang menyatukan kita.
(17 Agustus 1902).
(Dari berbagai sumber)
0 comments:
Post a Comment