SANTRI PUNYA
AKAL TAK TERTIPU TAK MENIPU SEBAB PUNYA HATI
Oleh: Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M.
Hari
Santri dan Holiday Muslim Amerika Serikat.
Usaha ditetapkan Hari Santri.
Mungkin mirip.
Perjuangan komunitas Muslim.
Di New York.
Berjuang Idul Fitri dan Idul Adha.
Sebagai holiday (hari
libur) sekolah.
Butuh sekitar 7 tahun.
Sejak Michael Bloomberg jadi Wali Kota.
Setelah berhasil didukung DPRD New York.
Umat lslam mendesak Wali Kota.
Agar tanda tangan resolusi.
Untuk jadi UU Kota New York.
Hingga akhir tugasnya.
Sebagai Wali Kota New York.
Michael Bloomberg gagal.
Meresmikan Id.
Sebagai hari libur sekolah.
Di Kota New York.
Zaman Walikota
Bill de Blasio.
Minta dukungan
umat lslam.
Pada pilkada.
Dengan
komitmen Wali Kota.
Meresmikan
Id.
Sebagai
hari libur sekolah.
Di
Kota New York.
Akhirnya.
Resmi
Idul Fitri dan Idul Adha.
Sebagai
hari libur sekolah.
Di Kota
New York.
Saya tak
tahu.
Apakah
proses penetapan Hari Santri.
Terkait
barteran dukungan politik.
Hal itu
sah.
Dan salah
satu makna jihad politik.
Ormas
Islam harus mampu.
Jadi bagian
proses politik.
Berjuang
untuk kepentingan umat.
Lewat
politik.
Meskipun
tak politik praktis.
Sebagai
santri.
Saya
bangga.
Santri
mendapat pengakuan resmi.
Karena
santri.
Bagian
sejarah bangsa ini.
Santri
tak bisa dipisahkan.
Dari
sejarah perjalanan bangsa ini.
Santri itu pilihan.
Dan mutamayyiz (istimewa).
Dulu muncul kesan.
Anak masuk pesantren.
Karena anak itu dibuang.
Artinya.
Anak tak
masuk sekolah negeri.
Atau
sekolah lainnya.
Dimasukkan
pesantren.
Anak pesantren.
Identik
anak nakal dan terbelakang.
Persepsi
ini.
Telah bergeser
oleh realita.
Bahwa anak
santri.
Punya potensi
kapabilitas tidak kurang.
Bahkan
lebih.
Dibanding
anak sekolah umum.
Anak santri selama di pesantren.
Tak cuma belajar ilmu agama.
Justru di pesantren.
Anak-anak belajar ilmu kehidupan.
Mereka belajar hidup.
Sebagai manusia independen.
Dan tatapan masa depan optimis.
KH
Abdul Djabbar Ashiry.
Ketika
saya pamit ke luar negeri.
Untuk
sekolah.
Berpesan
soal belajar hidup.
Dalam
bahasa Arab.
Tertata
rapi dan fasih.
Beliau
mengatakan,
“Nak,
kamu itu di pesantren.
Tak hanya
menimba Ilmu.
Tapi
kamu belajar hidup.
Di
mana saja kamu berada.
Niscaya
kamu siap untuk hidup.”
Anak santri juga bermental baja.
Dunia makin kejam.
Persaingan makin ketat.
Hanya bisa ditaklukkan mental baja.
Manusia bermental kerupuk.
Akan hancur berkeping.
Dilabrak gerakan dan perubahan.
Yang tidak terkira.
Masalah hidup manusia.
Juga makin kompleks.
Anak santri.
Ditempa untuk:
1)
Berani.
2)
Percaya diri.
3)
Tak minder.
4)
Tak rendah diri.
Anak santri tumbuh tawadu.
Tapi berani dan percaya diri.
Ambil bagian dalam perubahan.
Dan tantangan hidup.
Anak santri.
Menggabungkan 2 modal hidup manusia.
Yaitu kekuatan :
1)
Akal (intelektual).
2)
Hati (spiritual).
Dengan 2 kekuatan ini.
Anak santri jadi manusia “Ulul albab”.
Anak santri.
Bisa jadi:
1)
Politisi.
2)
Pengusaha.
3)
Profesi lainnya.
Dengan
kuat akal dan kuat hati.
Mereka
tak mudah tertipu.
Karena
berakal.
Tak perlu
jadi penipu.
Karena
punya hati.
Anak santri.
Punya ragam kemampuan mumpuni.
Kuasai bahasa asing.
Di pesantren diajarkan:
1)
Ceramah.
2)
Diskusi.
3)
Debat.
4)
Dan lainnya.
Dalam bahasa lokal dan asing.
Hal itu
modal utama santri.
Ambil bagian
dalam dunia global.
Anak santri.
Punya banyak
keunikan istimewa.
Anak
santri.
Tak tidak
sekadar agen perubahan.
Tapi harus
jadi penghulu perubahan.
Anak santri.
Tidak luntur terbawa arus.
Tak terombang-ambing.
Derasnya goncangan.
Anak santri.
Diharapkan
selalu di depan.
Untuk
menyetir arah perubahan dunia.
Anak santri.
Bagaikan
air segar mengalir.
Ketika
terhambat.
Dia mencari
jalan lain.
Untuk
hadirkan kesegaran kehidupan.
Santri
bagai pohon subur sehat.
Meninggi
dengan banyak ranting.
Dengan
buah segarnya tiap saat.
Akarnya kuat menghunjam dalam tanah.
Tak
rapuh dan tak mudah tercabut.
Oleh
hembusan angin liar.
Santri
bervisi jauh ke depan.
Tapi tetap
mengakar.
Selamat
Hari Santri!
(Imam Shamsi Ali)
Alumni Pesantren Muhammadiyah.
“Darul-Arqam Gombara”.
Makassar
0 comments:
Post a Comment